Jam di layar ponsel memperlihatkan waktu 14:58. Kelas terakhir yang Feryan ikuti selesai belasan menit lebih lama dari perkiraan. Membuatnya cemas karena selain memikirkan tentang Setya yang entah masih menunggunya atau tidak di parkiran, dia juga berpikir mengenai Saga yang mungkin saja tengah merasa kesal lantaran dibuat menunggu cukup lama. Malah bisa jadi, alpha itu lebih memilih pulang duluan ketimbang harus repot-repot buang waktu demi menantikan kemunculannya.
Namun, semua isi pikiran tak mengenakkan itu sirna tatkala Feryan mendapati sosok Saga yang tengah berdiri di dekat ujung tangga. Tampak membalas sapaan beberapa orang yang berlalu lalang melewatinya sambil sesekali melirik jam di pergelangan tangan, sedangkan di tangan satunya dia terlihat membawa sebuah plastik cukup besar yang entah berisi apa.
Feryan menarik-embuskan napas cukup panjang. Membuat dia membaui feromon milik Saga yang beraroma menyekukkan, lalu membawa langkah
Mampus, mampus, mampus! Belum juga apa-apa gue malah udah ketemu sama ibunya. Aaaaa. Mesti jawab apa gue! Batin Feryan kalut sambil matanya melirik ke sana-kemari saking gugup.Di depannya, Laura masih memandang penuh tanya, menunggu respons darinya.Agak gelagapan, Feryan bersuara, "S-sorry. My name is--ah, no, I mean ... I'm new customer here. So, I, uhh ..." Bahkan dia tidak mampu tuk sekadar menuntaskan kalimatnya.Andai sanggup, saat ini sang omega ingin sekali menggali lubang untuk mengubur dirinya sendiri.Laura tersenyum geli menangkap nada gelisah dari sosok yang mengaku sebagai pelanggan barunya ini. "It's okay, Dear. Kalau kamu mau masuk ke kafe, tinggal ke dalam aja. Ayo, ikut saya."Entah bagaimana, titah itu tidak mampu Feryan tolak sama sekali. Namun, sebelum langkahnya mencapai pintu, dia lebih dulu berbalik untuk mengeluarkan ma
"Mommy, Mommy, Mommy!"Juanda Saga Fransiskus yang baru turun dari mobil segera melangkah ke dalam rumah secara tergesa-gesa mencari keberadaan sang Mommy.Laura yang tengah membaca majalah kuliner sontak tersenyum mendengar panggilan dari putranya. "Mommy's here, Sweetheart!"Bocah berusia 10 tahun itu mengerem langkahnya yang berniat berlari ke dapur, lantas berbelok menuju ke sofa ruang santai untuk menubruk sosok mommy-nya. "Mommy, I have a good news for you!" ungkapnya penuh antusiasme.Mommy yang melihat itu tentu saja penasaran. "What is it? Tell me!" bisiknya ingin tahu sembari mendudukkan Saga ke sisinya.Saga nyengir. "It's about my fated pair, Mom. I think, I finally found them!"Kedua mata Laura membulat tak percaya mengetahui hal itu. "Really? Are you sure?"Anggukkan kepala ditunjukkan tanpa ragu. "Yup! Saga ya
Feryan Feriandi kaku, membulatkan kedua mata dengan napas yang refleks tertahan. Tak mampu 'tuk sekadar; menghindar, menolak ataupun memprotes lantaran sentuhan yang bibir Saga jatuhkan pada mulutnya terlalu mendadak dan sangat tidak terduga. Hanya seperkian detik berlalu, tapi bagai waktu berlangsung amat lama bagi mereka berdua dan ciuman yang masih terjalin kini. Sampai ketika akhirnya Saga menyudahi ciuman, barulah Feryan dapat mengambil oksigen di sekitarnya kembali sembari mengedip-ngedipkan mata berusaha mencerna situasi. "That's your first kiss from me, Ryan. Dan seenggaknya, itu menjadikan gue selangkah lebih di depan dari fated pair misterius lo itu," ucap Saga sambil memasang seringai puas di wajah tampannya. Feryan tersadar, terkesiap seraya memegangi bibirnya yang seakan-akan masih dapat merasakan jejak sentuhan dari mulut alpha di depannya. "Hu--heh? Kok elo main sembarangan nyium aja!" Protes itu akhirnya
Seseorang tampak duduk dengan gelisah di antara kerumunan orang-orang yang mengantre dan saling berkumpul di sekitarnya. Kakinya mengetuk-ngetuk ubin lantai terus-terusan, matanya memandang ke sana-kemari secara tidak tenang sembari membekap indra penciumannya sendiri mencegah bermacam aroma yang memenuhi ruangan ini supaya tidak tercium olehnya. Setya Febrianu yang menyadari gelagat aneh kawannya ini mengerling heran. Memasukkan HP yang sedari tadi dirinya mainkan untuk menggeser kursinya lebih ke dekat Feryan yang ditempati mereka selama menunggu Ervano dan Saga yang tengah membeli tiket. "Elo kenapa?" Feryan mendongak sedikit dari posisi agak menunduknya lantas menggelengkan kepala pada Setya. "Feromon dari para alpha sama omega di sini bikin gue enek, Set. Mana gue lupa bawa masker juga. Terlalu banyak orang ngumpul di satu tempat tertutup gini. Pusing gue gara-gara feromon mereka." Jawab
"Aku suka kamu, Feryan." Pemuda omega itu terpaku. Rambut lurus sebahunya bergerak tertiup semilir angin, menutupi sebelah matanya yang membulat tak percaya kala menangkap ungkapan dari sosok alpha di hadapannya, tak menyangka bahwa salah satu kawannya ini memendam perasaan demikian teruntuk dirinya. "S-suka?" tanya Feryan, memastikan. Arbenjo Maulana mengangguk tanpa ragu. "Iya. Apa kamu mau jadi pacarku?" Daun-daun kuning dari pohon beringin tempat mereka berdiri berjatuhan terhempas angin yang kian kencang. Menyusul awan abu-abu yang datang, mengganti cerah langit biru menjadi mendung yang kelam. Feryan Feriandi mengigit bibir. Rambut secara terburu-buru diikat olehnya, sembari matanya melirik gelisah ke segala arah. "Sorry, Ben. Kayaknya, elo salah, deh. Elo pasti suka ke gue cuma karena gue ini seorang omega, 'kan?" Arbenjo terkesiap, tak menyangkakan r
Delete contact 'Alpha Bangsat ಠ益ಠ'? Jempol Feryan menggantung pada tombol yes, akan tetapi dia masih tak cukup berani untuk menekannya. Berakhir melemparkan ponsel ke sudut kamar, kemudian meringkuk memeluk guling dipenuhi berbagai macam pemikiran. Selalu seperti ini. Sudah lewat lebih satu minggu sejak Feryan dan Saga berdebat malam itu. Ekspresi murka sang alpha, bisikan memohon serta sorot mata kecewa yang ditunjukkan; semuanya masih tak mampu omega ini lupakan. Menyesal? Tentu. Namun, pilihan apa yang memangnya Feryan miliki untuk sekarang? Feryan takut memilih Saga. Tidak mau apabila suatu hari mereka pada akhirnya berpisah. Bisa jadi, karena Saga mungkin saja akan bertemu dengan fated pair miliknya. Bisa juga perpisahan terjadi, sebab Feryan akan didatangi oleh sosok fated pair yang dinantikannya selama ini.
Memori Feryan berhamburan ke setiap titik di kepala. Terpatri seketika di dalam otaknya, memperlihatkan bermacam-macam gambaran yang diisi oleh dirinya serta Saga. Saat mereka pertama kali berjumpa. Ketika heat-nya datang tiba-tiba begitu keduanya saling berpapasan. Juga, sewaktu kali pertama pertemuan antara Feryan dengan seorang bocah alpha yang tak dikenalinya terjadi. "You smell really good." Kalimat yang diucapkan. "Are you perhaps an omega?" Suara dan tanya itu. Pandangan nanar Feryan ditujukan pada Saga yang juga masih tak melepas tatapan darinya. Sendu. Penuh haru. Kepala pemuda omega ini menggeleng tak percaya, pun sedikit takjub. Genggamannya di tangan Saga kian rapat sebab terkejut. Tak mengirakan hal ini sama sekali. "E-elo ..." Feryan terisak-isak. Air mata
Mommy's gonna kill me. Batin Juanda Saga Fransiskus berucap ngeri sembari kepalanya memutar kilas balik. Mengingat momen ketika dia beserta para remaja alpha lain menghadiri kelas pelatihan alpha. "Omega yang tengah heat, apalagi di hari pertamanya, memiliki persentase kehamilan 90%, terutama bila rahim mereka terisi oleh benih sperma alpha yang dapat langsung memulai pembuahan." Saga menyimak secara fokus. Sementara di sampingnya, Ervano justru mengabaikan dan sibuk bermain game di ponsel. "Maka dari itu, para alpha yang terhormat, ingatlah selalu untuk menggunakan pengaman ketika kalian berniat menggauli para omega. Terutama female omega yang masa suburnya selalu bereaksi." Profesor wanita di depan sana mengangkat tangannya, memegangi sebuah plastik yang membungkus karet pengaman. "Alat kontrasepsi inti bagi alpha; kondom. Untuk berjaga-jaga, jangan lupa membawa se