Share

Kecemburuan Seorang Wanita



Sekejap kepala Yuriel berdengung mendengar kata-kata dokter itu. Gambaran sosok berdarah wanita yang tidak bernyawa dalam mobil berkelebat dalam kepalanya.

Api besar berkobar membakar mobil itu disertai suara ledakan yang memekakkan telinga berseliweran bagaikan kaset rusak. Yuriel seketika menjerit histeris memegang dadanya. Tikaman rasa sakit menyerang dadanya. Napasnya tercekat. Dadanya sesak. Dia tidak bisa bernapas.

Yuriel tersendat-sendat mencoba untuk bernapas. Seluruh pandangannya memburam oleh air mata. Bayangan wanita yang tidak bernyawa dalam mobil terus-terusan berkelebat dalam kepalanya.

Dia mencengkeram dadanya. Tangisannya pecah, terdengar seperti lolongan binatang yang terluka. Itu terdengar memilukan membuat orang mengalihkan pandangan dengan mata memerah.

Aleandro tertegun dan beberapa orang di ruangan itu terdiam.

Dokter Kenneth melepaskan kacamatanya. Dia menunduk berpura-pura melapnya, padahal menghapus air mata di sudutnya.

Tangisan kesakitan Yuriel bergema di dalam kamar rawat itu, kemudian berhenti mendadak. Dokter Kenneth terkejut melihat Yuriel kembali pingsan.

“Nyonya!” Dokter Kenneth buru-buru memeriksanya. Setelah beberapa saat dia mengalihkan pandangannya ke arah Aleandro.

 “Tuan, sepertinya Nyonya Yunifer mengalami syok. Mari ikuti saya keluar, saya akan menjelaskan kondisi Nyonya Yunifer.”

Ekspresi Aleandro tak terbaca memandang wanita yang tidak sadarkan diri di ranjang pasien. Setelah beberapa saat berbalik mengikuti Dokter Kenneth.


“Nyonya Yunifer tampaknya mengalami depresi dan syok setelah kecelakaan. Itu kemungkinan yang menyebabkannya hilang ingatan karena otaknya ingin melupakan kenangan buruk untuk melindungi pemiliknya. Reaksi yang Anda lihat pada Nyonya Yunifer adalah salah satu pemicunya. ”

Dokter Kenneth menyimpulkan kondisi Yuriel yang dikira sebagai Yunifer dan menjelaskannya kepada Aleandro.


“Apa Anda yakin dokter bahwa dia tidak berpura-pura? Yunifer menggunakan segala cara untuk menunda sidang perceraiannya. Siapa tahu dia berpura-pura amnesia karena tidak ingin bercerai.” Sherly yang ikut mendengarkan sebagai sekretaris Aleandro, berkata curiga dan tidak senang.

Dia melirik cemas ekspresi wajah Aleandro yang tidak terbaca. Dia takut Aleandro tidak jadi menceraikan Yunifer karena kondisinya.

Dokter Kenneth hanya tersenyum sopan.

“Saya memang tidak bisa menyimpulkan berdasarkan sudut pandang medis, namun reaksi psikologis tidak mungkin berbohong. Jika Anda tidak percaya, Anda bisa memeriksanya ke rumah sakit lain. Hanya itu yang bisa saya lakukan.”

“Tidak perlu.” Aleandro akhirnya membuka suaranya. Dia melirik pintu kamar rawat Yunifer lalu berkata pada dokter Kenneth.

“Teruskan perawatan terhadap Yunifer Pastikan dia benar-benar sembuh.” 

“Baik Tuan Gilren.” Dokter Kenneth menjawab dengan hormat.

“Tapi bagaimana dengan perceraianmu?” Sherly bertanya tidak senang.

Aleandro menatapnya dingin. “Itu bukan urusanmu.”

Sheryl langsung menutup mulutnya. Dia melirik wajah tampan itu dengan sedih. Tetapi Aleandro tidak memperhatikannya karena ponsel di sakunya tiba-tiba bergetar.

Aleandro memijit-mijit pangkal hidungnya melihat nama ayahnya muncul di layar ponsel. Dia menjawab telepon dari ayahnya.

“Ada apa Ayah?”

“Kamu ada di mana! Kemari sekarang, kakekmu jatuh sakit!” Suara Cain, ayah Aleandro terdengar cemas sekaligus marah.

“Baiklah, aku akan segera ke sana sekarang.” Aleandro menutup teleponnya sebelum mendengar omelan ayahnya mengenai keputusannya untuk menceraikan Yunifer.

Di keluarganya, orang yang paling menentang perceraiannya adalah kakek dan ayahnya. Entah apa yang digunakan Yunifer hingga bisa meluluhkan dua orang yang paling tegas dalam keluarga Gilren.

Tetapi sekarang Yunifer hilang ingatan dan membuat masalahnya semakin rumit. Aleandro beranjak meninggalkan Dokter Kenneth dan Amanda. Namun Amanda buru-buru menahannya.

“Kamu mau ke mana?”

“Kakek jatuh sakit, Ayah ingin aku segera menemui Kakek,” jawab Aleandro memeriksa jam tangannya. Sebentar lagi dia ada rapat perusahaan tetapi karena telepon dari ayahnya dia harus membatalkannya.

“Apa aku boleh ikut. Aku mencemaskan kakek,” pinta Sherly dengan tatapan lembut kala menatap Aleandro.

Aleandro dan Sherly adalah teman masa kecil karena mereka bertetangga. Kedua keluarga mereka saling mengenal satu sama lain.

Aleandro melirik Amanda. “Tidak usah, Kakek paling tidak suka melihatmu.” Lalu berbalik meninggalkan Sherly.

Sheryl menggertakkan giginya kesal setelah Aleandro pergi.

Kakek tua sialan! Umpatnya dalam hati.

Kakek Hendry Gilren, merupakan orang yang selalu menghalanginya mendekati Aleandro. Semua itu gara-gara wanita sialan itu!

Sheryl memelototi pintu kamar Yunifer dengan penuh kebencian.

Kenapa wanita itu tidak mati juga dalam kecelakaan itu. Dia membenci fakta bahwa Aleandro dan Yunifer masih belum bercerai. Dan sekarang wanita hilang ingatan.

Sheryl berbalik pergi dengan gusar.

Dokter Kenneth yang menyaksikan semua itu hanya menggelengkan kepalanya. Dia hidup cukup lama untuk bisa memahami masalah orang dewasa itu.

Hati wanita yang pencemburu itu penuh dengan racun.

“Nyonya Yunifer yang malang.”

Dokter Kenneth memperbaiki letak kacamatanya menatap kasihan pintu kamar rawat Yuriel.

Tidak hanya mengalami kecelakaan, dia juga bahkan akan dicerai oleh suaminya begitu sadar dari komanya.

Dokter Kenneth tidak menonton berita skandal perselingkuhan istri Presdir Aleandro Gilren yang terkenal hingga dia berpikir seperti itu.


***

Seorang suster masuk ke kamar rawat VIIP yang ditempati istri Presdir perusahaan besar GN grup. Kamar itu gelap tanpa pencahayaan lampu.

Suster itu menghidupkan lampu lalu melirik wanita yang duduk termenung menatap kosong ke luar jendela. Pemandangan langit malam dan kota yang gemerlap dari kaca jendela terpampang di depannya.

Suster itu mendesah iri. Wanita itu mendapat jackpot karena bisa menikahi Presdir sebuah perusahaan raksasa di kota itu. Tetapi bukannya mensyukuri keberuntungannya, dia malah berselingkuh hingga akhirnya akan diceraikan.

 Suster itu mencemoohnya dalam hati.

Dia melirik nampan berisi makanan yang dia bawa tadi siang masih dalam keadaan utuh tanpa disentuh. Suster itu mengerutkan dahi tidak senang menatap wanita yang termenung. Dia bahkan tidak menghiraukan keberadaannya.

Dokter Kenneth sudah mengultimatumnya untuk merawat Nyonya Yunifer hingga dia harus benar-benar sembuh.

Tapi sedari tadi siang kondisinya seperti itu. Tidak mau makan, minum ataupun bicara. Dia bahkan tidak tahu apakah wanita itu pernah tidur.

Suster itu tidak peduli. Dia hanya perlu melaksanakan tugasnya. Siapa yang peduli wanita itu mau makan atau tidak. Toh dia akan segera diceraikan oleh Presdir Aleandro Gilren.

Suster itu meletakkan nampan berisi makanan untuk makan malam dan kantung plastik besar di meja samping ranjang.

“Nyonya, ini waktunya makan malam.”

Yuriel tidak menghirau suster itu.

Suster itu mencebik lalu melanjutkan omongnya. “Tadi pihak kepolisian mengantarkan tas Nyonya yang selamat dari ledakan mobil ke rumah sakit. Saya datang untuk mengantarkannya.”

Yuriel masih bergeming. Dia terlihat tidak peduli dengan keadaan sekitarnya.

Suster itu mendengkus dan berbalik menuju pintu untuk keluar. Dia bertemu dengan rekan perawatnya di depan pintu.

“Hai Diana,” sapa rekan susternya. Dia kemudian melirik ke dalam kamar, lalu berbisik kepada Suster Diana.

“Bukankah itu istri Presdir yang terkenal di TV?”

Suster Diana mengangguk. Dia tidak menutup pintu kamar VIIP. Toh wanita itu tidak akan peduli dengan percakapan mereka.

“Kabarnya dia mengalami kecelakaan, ya? Mengapa keadaannya seperti orang yang tidak punya semangat hidup?” tanya rekan suster Diana mengamati Yuriel.

“Ya tentu saja, siapa yang tidak stres karena akan diceraikan Pak Presdir. Jika itu aku, aku akan bunuh diri.”

Dua suster itu cekikikan.

Yuriel bisa mendengar percakapan antara suster dan tidak memedulikan mereka. Namun kalimat dari salah satu suster itu memicu kemarahannya.  

“Kasihan sekali. Padahal dia sudah bersusah payah naik ke ranjang Presdir Gilren. Tetapi wanita itu malah berselingkuh di belakang punggung Pak Presdir dan mengalami kecelakaan. Karma memang selalu berlaku.”

Yuriel menoleh dan memelototi dua suster itu dengan tatapan seperti binatang buas. Dia ingin sekali merobek mulut-mulut kotor yang sudah menghina adiknya.

Apa Yunifer selalu diperlakukan seperti itu?

Yuriel memiliki keinginan untuk mencari orang yang menjadi suami Yunifer dan mencabik-cabiknya tanpa sisa.

“Oh astaga, menakutkan sekali!” seru rekan suster Diana ketika tatapannya bertemu dengan mata merah ganas Yuriel.


“Apa dia mendengar percakapan kita?” Suster itu berbisik takut.

“Siapa peduli, setelah dia diceraikan Presdir Gilren dia sudah bukan siapa-siapa. Dia bisa panjat status karena membius Presdir Gilren.” Suster Diana mencibir.

“Tutup mulut-mulut kotor kalian!” Suara seorang wanita meraung mendekati mereka.

Kedua suster itu langsung berbalik memandang seorang wanita berambut merah bata mendekati mereka

“Nona Melly!”

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Jumain Jacky
mantap ceritanya
goodnovel comment avatar
Ummul Chusna
bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
@Fatamorgana16
Sherly itu Amanda kah?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status