Brak!! Shassy yang sudah tidak tahan dengan tingkah Keen pun akhirnya menggebrak meja itu.
"Pak, saya itu butuh kepastian dari Anda," ujar Shassy dengan nada tinggi.
Keen lalu melirik Shassy sekilas.
'Apa maksud lirikan itu?' batin Shassy yang kini menjadi canggung sendiri, karena Keen tak menanggapi hal tersebut.
"Pak …." panggil Shassy,
"Kenapa Kamu takut sekali pada Raka? Bukankah dia kekasih kamu?" ujar Keen dengan santai, lalu ia menyesap kopi buatan Shassy.
"Ya justru karena Mas Raka itu kekasihku, maka dari itu aku tidak ingin dia salah paham," ujar Shassy yang semakin kesal saja.
"Seharusnya dia itu percaya pada kamu, apapun yang kamu katakan," ujar Keen sambil
"STOP!" teriak Shassy."SSST!" Suara rem mobil Keen, karena ia menghentikan mobilnya saat itu juga."Ada apa?" bentak Keen yang kesal karena tindakan Shassy yang sembarangan.Shassy yang terkejut mendengar teriakan itu pun, hanya membalasnya dengan senyum canggung."Apa Kamu gila, ini jalan raya!" teriak Keen dengan tatapan tajam mengikuti kalimatnya."Ya, maaf Pak.""Lalu, kenapa Kamu berteriak seperti tadi?" tanya Keen sambil memijat-mijat kepalanya dan membawa mobilnya menepi."Anu Pak, biarkan saya turun di sini."'Apa wanita ini malu pergi ke kantor denganku, sombong sekali dia,' batin Keen sambil menatap tajam
"Selamat siang Tante," ucap Shassy dengan senyum manis mengembang di wajahnya.Melati yang mendengar suara Shassy pun langsung menoleh. "Siang juga," ucap Melati dengan nada datar.'Wah, sudah kena racun sepertinya,' batin Shassy sambil terus tersenyum pada tante Melati yang enggan menatapnya, karena salah paham yang belum terselesaikan."Eh, ada Sherin. Kamu sejak kapan di sini Sher?" tanya Shassy masih dengan nada ramahnya, padahal rasanya ia sudah ingin melemparkan vas bunga yang ada di dekatnya ke wajah adik tirinya itu."Ah, Kak Shassy, aku baru saja datang. Kamu jangan salah paham," ujar Sherin dengan nada lembutnya. Nada lembut itu terucap dari bibirnya yang menggunakan lipstik berwarna pink terang.Sherin lalu menatap ke arah Raka yang sedang berdiri di samping Shassy. "Eh
Deg-deg-deg! Jantung Shassy berdegup kencang, saat ayah Raka menggantung kalimatnya.'Oh tuhan, apa tidak enak ya ….' batin Shassy yang terlihat begitu gugup, ia pun terus menundukkan wajahnya dan terus berharap jawaban baik yang di berikan oleh ayah Raka."Lumayan," Ayah Raka melanjutkan kalimatnya.Shassy pun langsung tersenyum sambil menggigit bibir bawahnya menyembunyikan perasaan yang begitu senang di hatinya.'Kalau gak ada orang, aku udah nyanyi seriosa di sini,' batin Shassy yang masih menyembunyikan perasaan senang di dalam dirinya.Lalu …"Paman, coba juga kueku. Ini tadi aku antri 1 jam loh untuk membelinya," ujar Sherin sambil mengambilkan sepotong kue, Sherin bermaksud memberikan sepotong kue itu pada Ayah Raka.
"AAAAAA!" teriak Shassy yang begitu ketakutan saat itu."Diam!" bentak Keen."Astaga! Pak Ken, Anda mengagetkanku saja," ujar Shassy sambil mengusap-usap dadanya."Kamu itu yang ngapain malam-malam begini teriak di kantor, apa kamu kurang kerjaan? Mau, aku tambahin lagi kerjaan kamu?" ujar Keen yang kini dengan santai berjalan di depan Shassy.'Hais, kalau bukan karena kamu, mana mungkin aku berteriak seperti ini,' gerutu Shassy di dalam hati.Shassy pun terus berjalan di belakang Keen hingga mereka sampai di di luar gedung tersebut. Setelah sampai di luar gedung perusahaan, ia segera berlari ke tempat parkir.Saat ia sampai di tempat parkir, ia mulai menggaruk pelipisnya. "Di mana motorku?"ujar Shassy sambil menatap s
Shassy yang baru mendengar keterangan dari Dira lewat telepon pun langsung berlari ke arah parkiran perusahaan. Ia bergegas membawa motornya meninggalkan perusahaan itu."Aduh lama sekali, pakai macet segala!" gerutu Shassy, ketika dirinya sedang berada di persimpangan lampu merah. Sebenarnya dia berada di urutan ke-3 dari depan, hanya saja baginya saat itu terasa sangat lama, karena ia sedang terburu-buru.Shassy pun memacu motornya secepat mungkin. Iya tak peduli dengan suara klakson dari kendaraan yang ia lewati.Bahkan beberapa kali kita hampir saja menyenggol kendaraan lain karena tak bisa berkonsentrasi.Hingga akhirnya 25 menit kemudian, ia sampai di tempat yang dikatakan oleh Dira. Sasi segera turun dari motornya, ia menatap sekitar mencari keberadaan Dira."Di mana dia, bukankah katanya dia ada d
Dira pun segera berlari meninggalkan ruangan tersebut. Gerry dan 2 orang lainnya segera menoleh ke arah Shassy bersamaan dengan keluarnya Dira dari ruangan tersebut."Kamu membohongi kami," ucap Gerry dengan mata yang merah menyala penuh kemarahan menatap ke arah Shassy.Shassy pun siap menghadang Gerry dan teman-temannya dengan balok kayu yang dibawanya sebagai senjata."Kam-" Sebelum Gerry menyelesaikan kalimatnya, Shassy pun segera menyerang terlebih dahulu.'Ingat Shass, kamu harus bertahan!Bertahan!' Hanya itu yang ada dalam pikiran Shassy saat ini. Shassy terus memukul membabi buta keempat remaja laki-laki yang ada di ruangan itu.
"Emmm," guman Keen ketika bibir Shassy menyentuh benda pribadinya.Shassy pun langsung melahap benda tersebut, ia memperlakukannya dengan manja seolah sedang menikmati benda manis kesukaannya. Perlakuan yang terasa begitu intens dan terkesan liar itu, membuatkan napas Keen mulai naik turun, keringatnya mengucur menggambarkan betapa sulitnya ia berkonsentrasi memandangi jalanan di depannya."Shass, kamu benar-benar menguji diriku," ucap Keen sambil mempercepat laju mobilnya.Tubuh Keen benar-benar sedang di uji, ia berkali-kali menyeka keringatnya ketika Shassy semakin panas mempermainkan bagian tubuhnya tersebut.Sesekali nafas Keen terdengar memburu, ketika Shassy mempercepat ritmenya.Hingga 15 menit kemudian …
Semua orang yang ada di luar ruangan IGD pun terkejut, Keen dan juga Arnold pun segera masuk ke dalam ruang IGD.'Apa yang wanita ini lakukan?' batin Keen yang saat ini menatap Shassy dengan wajah heran dan tak bisa berkata-kata.Di ruangan itu, Shassy sedang berteriak-teriak dengan wajah pucat dan seolah ketakutan ketika melihat infus yang ada di dekatnya."Tenang Nona, tenang!" ucap Arnold yang mencoba menenangkan Shassy dan dengan hati-hati mendekati Shassy.Shassy pun langsung menatap ke Arnold, menatapnya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Ia memperhatikan pakaian Arnold yang khas pakaian kerja seorang dokter. "Kamu dokter?" ucap Shassy yang terus menatapi Arnold."Iya, tentu aku dokter," sahut Arnold dengan cepat, mencoba tid