Share

Bab 8. Salah Paham

Jordi menyelamatkan wanita yang terserempet motor di jalan raya saat akan menyeberang, Pria pengendara motor yang menyerempetnya kabur. Jordi bergegas menolong wanita paruh baya itu.

Bagian kening dan tangan Ibu itu terluka, sedangkan kakinya tidak tampak luka. Namun saat dia mencoba berdiri kakinya lemas dan tidak dapat menopang tubuhnya.

“Aw!” rintihnya merasa sakit tepat di pergelangan kaki kanan. 

“Sepertinya kaki Ibu cedera, saya akan membawa Ibu ke rumah sakit,” ucap Jodi, yang bergegas mengangkat wanita itu   di atas motornya, lalu meluncur menuju rumah sakit.

Setibanya disana dia segera mendaftarkan serta melaporkan kejadian yang di alami wanita korban tabrak lari itu. 

“Ada nomor keluarga yang bisa kami hubungi,” tanya petugas administrasi. 

“Sementara nomor saya, nanti saya akan tanyakan ke beliau,” jawab Jordi. Setelah mengurus administrasi Jodi kembali menghampiri Wanita paruh baya itu.

“Bu maaf, ada keluarga yang bisa saya hubungi untuk menginformasikan kejadian ini?” tanya nya penuh sopan santun.

Wanita itu meminta tolong membukakan tasnya yang berwarna hitam merek Gucci. Di bagian kantong kecil di depan tas dia meletakkan gawainya.

Wanita itu membuka kunci layar lalau menekan tombol hijau yang bertuliskan anakku. 

Setelah nada dering berbunyi, diserahkan gawai itu ke Jordi. Wanita itu lanjut di tangani Dokter, tidak lama seseorang menjawab panggilan itu.

“Assalamuallaikum, ya ma?” jawabnya.

“Waallaikumsalam,” balas Jordi. Dengan nada tinggi karena, terkejut mengapa gawai mamanya yang menjawab seorang lelaki.

Pria di panggilan itu bertanya. "Kamu siapa! Kenapa gawai mama denganmu?” tanyanya  berentetan. 

“Ma–af sebelumnya, Ibu Anda di serempet saat akan menyeberang sekitaran jalan Opu To Sappaile ( Opsal ). Pelakunya melarikan diri, mohon maaf saya tidak mengejar pelakunya nyawa Ibu Anda lebih penting,” jelas Jordi yang awalnya sedikit terbata, saat mendengar bentakan dari orang lawan bicaranya. 

“Maaf tadi sempat berpikir macam-macam, terimakasih banyak telah menolong Ibu saya. Sekarang beliau di mana?” tanya Pria itu. 

“Di rumah sakit dekat daerah situ juga,” jawab Jordi. Lelaki itu menjawab lagi segera menuju rumah sakit lalu mematikan sambungan telepon. 

Sekitar tiga puluh menit, Lelaki itu bertemu dengan Jordi. Betapa terkejutnya Jordi ternyata Pria yang menghampirinya adalah Senior di sekolah SMK Duta Karsa. Dia kakak OSIS yang bernama Farhan Putra Bramasta.

“Dimana Ibu saya?” tanya Pemuda itu. 

Jordi langsung menemaninya menuju ruang ibunya di periksa, setelah mereka menunggu sekitar lima belas menit Dokter keluar, beliau mengatakan bahwa di bagian pergelangan kaki Ibunya mengalami retak, sehingga harus di lakukan tindakan lebih lanjut. 

Mendengar pernyataan Dokter, Farhan langsung terduduk di tarik rambutnya bingung harus bagaimana. Dengan spontan Jordi  langsung menenangkan Farhan.

“Kamu hubungi saja Ayahmu mengenai hal ini, tetap tenang setidaknya Ibumu masih sadar dan tidak terlampau parah,” ujar Jordi memberi masukan, agar Farhan tidak salah mengambil keputusan. 

Farhan segera menghubungi Ayahnya, jawaban dari Ayahnya agar Farhan menyetujui saran dari Dokter. Ayahnya meminta agar ibunya di beri penanganan terbaik.

“Terimakasih ya Jordi kamu sudah mau menolong Ibu saya. Kamu anak baru di SMK Duta Karsa ya?” tanya Farhan. 

“Iya Kak, maaf  kalau ada salah kata tadi saya memanggil dengan nama saja,” jawab Jordi malu-malu. 

“Hahaha ... panggil saja Farhan. Karena, kita sebenarnya seusia, saya dulu waktu SMP ikut kelas Akselerasi di pulau Jawa sebab itu saat ini saya sudah senior di atasmu. Hanya saja saat SMA orang tua saya memindahkan saya kesini,” jelas Farhan. 

“Oh berarti kakak, masih baru di sini?” tanya Jordi. 

“Iya, baru dua tahun berjalan. Di sini Ayah membuka cabang perusahaannya. Seharusnya kami tinggal di kota Makassar, tetapi Ibuku lebih memilih kota Palopo. Entah mengapa dia meminta seperti itu,” jawab Farhan. 

“Oke kak, kalau begitu saya pulang dahulu. Takut di cari Mama,” balas Jordi berpamitan. Farhan saat ini sendiri di rumah sakit. 

Sepanjang jalan Jordi tidak habis pikir, berarti Farhan adalah murid yang cerdas. Tapi, mengapa Valencia yang disuruh mengerjakan tugasnya.

Pikiran-pikiran konyol menemani perjalanan pulangnya. Hingga dia memutuskan akan menceritakan kejadian ini, dengan Valencia. “Pasti Val, bakalan senang dapat informasi ini,” gumamnya. 

***

Matahari mulai menunjukkan senyum kebahagiaan, Valencia kali ini tidak kesiangan. Dia sempat sarapan bersama dengan Nenek dan Kakeknya karena, Selvi sedang berada di luar kota. Sekitar tiga puluh menit kemudian, suara klakson motor Jordi sudah terdengar. 

Pemuda itu setia mengantar serta menjemput sahabatnya, sehingga beberapa teman sebayanya sering salah paham dengan persahabatan mereka. “Sudah siap?” tanya Jordi. Valencia mengangguk dan berpegangan di bahu Jodi untuk naik ke belakang motor. 

“Jordi! Aku lupa buat topi daun,” jerit Valencia, membuat Jordi berhenti mendadak. 

“Aku pikir kenapa, tenang sudah aku siapkan buatmu,” jawab Jordi. Dia sangat paham dengan sahabatnya ini jadi selalu menyediakan dua untuk setiap tugas prakarya atau sejenisnya. 

“Ow ... Jordi senang sekali punya sahabat seperti kamu. Aku sayang kamu Jordi,” ucap Valencia sambil memeluk Jordi dari belakang. 

Ada perasaan aneh saat Valencia memeluknya, perasaan yang sangat berbeda. Sehingga membuat dia bingung, perasaan ini tidak seperti biasanya ada rasa senang dan berdegup tepat di jantungnya. 

Motor mereka memasuki halaman sekolah, seperti biasa semua mata memandang ke arah mereka yang menjadi primadona siswa baru.

“Jordi!” panggil Bulan dari kejauhan. 

“Ehem ... ada fans yang sudah menanti,” ejek Valencia. Merasa temannya jahil Jordi langsung menggenggam tangan Valencia, sambil tersenyum ke arah Bulan. 

Bulan yang tadinya ingin mendekat ke Jordi langsung putar balik merasa tidak nyaman dengan, pandangan keromantisan mereka.

“Eits, ada maksud apa ini. Jordi bagaimana kita mau punya pacar kalau setiap ada yang mau dekati kamu selalu begini,” ujar Valencia yang menepis tangan Jordi. 

“Sengaja, aku mau fokus sekolah dulu Val. Lagian kalau aku sudah punya pacar, otomatis mereka akan minta antar jemput. Memangnya kamu mau jalan kaki ke sekolah?” tanya Jordi mengejek tepat di wajah Valencia. 

Gadis itu menghela napas. “Terserah kamu saja, yang penting kalau nanti enggak punya pacar jangan salahi aku,” cetusnya sambil lalu, sedangkan Jordi menatapnya dengan senyuman lega.

“Duh kak Farhan, mana aku belum buat tugas yang dia berikan,” gumam Valencia yang di dengar Jordi. “Memangnya dia ngasi tugas apaan?” tanya Jordi. 

“Membuat cerpen, tapi biarkan paling di hukum,” ujar Valencia lirih. Merasa kasihan dengan sahabatnya itu, Jordi menariknya.

“Ayo kita buat, bergantian  menulisnya agar cepat selesai,” ajak Jordi. 

Betapa senangnya Valencia memiliki sahabat seperti Jordi seperti malaikat pelindung baginya. Masih ada waktu dua puluh menit sebelum bel berbunyi, mereka segera menyelesaikan tugas yang di berikan Farhan. 

“Akhirnya selesai, terimakasih kamu selalu ada buatku,” ucap Valencia memegang tangan Jordi.

“Sudahlah itu memang sudah tugas sahabat, saling menjaga dan saling membantu,” ujar Jordi. 

Bel sudah berbunyi kali ini semua siswa, langsung berkumpul berdasarkan kelompoknya. Valencia terpisah lagi dengan Jordi, saat ini dia tidak terlambat. Awalnya dia pikir akan mendapatkan tugas sama seperti timnya ternyata, dia di tinggal lagi bersama Farhan. 

“Valencia disini saja, ada tugas khusus dari saya,” ucap Farhan. Valencia menelan salivanya, merasa tugasnya kali ini sama seperti kemarin mengerjakan tugas sekolah Farhan. 

“Huff....” keluhnya mengembuskan napas kesal. Gadis itu kesal karena, dari hari pertama dia benar-benar hanya di tempat itu tanpa mengenal lingkungan sekolah.

Hari ini dia juga masih di berikan tugas yang sama, seakan kebosanan mulai melanda dirinya. 

“Kak salah saya apa lagi? Kenapa saya hanya disini?” tanyanya merasa sudah tidak tahan, dengan sikap ketua OSIS super  aneh ini. 

“Kamu duduk saja, selesaikan tugas-tugas saya,” jawab Farhan santai, seakan perkataan Valencia tidak berarti buatnya. 

Saat Valencia mulai mengerjakan tugas dari dia tiba-tiba Pria itu membuka suara.

“Sebenarnya aku bisa mengerjakan semua itu, tapi saat ini aku merasa bosan. Melihat tulisan kamu kemarin membuatku merasa ada motivasi lagi. Seharusnya saat ini aku juga termasuk siswa baru seperti kalian, hanya saja aku ikut kelas akselerasi hingga jadi senior dari kalian,” cerita Farhan menatap kosong ke tengah lapangan. 

“Jadi, sebenarnya Kakak bosan bersekolah atau ingin bersekolah normal?” tanya Valencia. 

“Aku ingin bersekolah normal, merasakan seperti kalian. Tugas yang kamu kerjakan ini tidak semua siswa mendapatkannya,” jelasnya lagi. “Menurut kamu bagaimana?” tanyanya. 

“Menurutku, keren. Tidak semua siswa bisa mengikuti kelas seperti itu, setidaknya saat semua orang masih belajar kakak sudah bisa menghasilkan uang dari keringat kakak sendiri, jadi mandiri gitu,” jawab Valencia jujur. 

“Benar juga ya saran kamu,” balasnya sambil menyapu rambut Valencia. Valencia mencibir kesal, biasanya Jordi yang suka seperti itu ini ada lagi satu orang berani, merusak rambutnya. 

“Ma—af, pantas saja siapa temanmu itu, senang bersama denganmu. Ternyata kamu memang anaknya adik ya,” ujarnya lagi, pipi Valencia langsung merona. Ada rasa bangga di puji oleh lelaki yang sempat membuatnya terpesona. 

Bersambung ...

Jangan lupa follow Instagram @Indraqilsyamil 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status