Panggilan itu masih Valencia abaikan, perasaannya benar-benar bingung. Mau menjawab takut di tanya oleh Bundanya.
Satu panggilan terabaikan, ada rasa lega di hati Valencia. Mereka bergegas keluar menuju lobi. Sekitar lima belas menit dari panggilan itu. Gawai Valencia berbunyi lagi, nama yang tertera kali ini Jordi.Segera dia menggeser lambang telepon berwarna hijau.“Assalamuallaikum, ada apa Jor?” tanya Valencia dalam panggilan itu.“Waallaikumsalam, kata ART kamu pulang hari ini Val?” tanya Jordi antusias.“Hem, bagaimana ya. Mau kamu pulang hari ini atau tidak?” goda Valencia.“Huff, aku serius Val? Kamu enggak kasihan aku merana seperti pena kehilangan buku,” ujar Jordi.“Hahaha ... jangan sedih gitu. Aku sekarang dalam perjalanan, Kamu siapkan coklat kalau tidak ...,” ancam Valencia yang menghentikan ucapannya.Di tempat lain di mana Farhan berada, pria itu mendapat pesan singkat dari Valencia. Awalnya dia tidak yakin akan membalas pesan itu atau langsung menghubunginya. Hati kecilnya sempat bergelut merasa tidak yakin.Jika dia menghubungi langsung, maka dia tidak perlu repot-repot menghapus setiap kata. Akhirnya dia memutuskan menekan tanda telepon di gawainya.Panggilan mulai berdering, Farhan menunggu dengan sabar hingga ada jawaban dari Valencia. Tetapi hingga dering terakhir Valencia tidak menjawabnya.Mungkin dia sedang sibuk akhirnya Farhan memutuskan menjawab melalui pesan singkat, dia kembali meletakkan gawainya di atas nakas.Kegiatan hari ini dia ikut ayahnya ke salah satu perusahaan mereka, jadi perjalanan yang akan di tempuh lumayan lama dari kota Palopo ke Makassar.“Farhan sudah siap?” tanya Bramasta.“Sebentar lagi Farhan keluar, ini lagi mengenakan sepatu,” ujarnya.Sekitar lima belas m
Farhan kembali menuju tempat Ayahnya berada dia tidak habis pikir, dengan apa yang dia lihat. Sosok yang dingin itu tiba-tiba menghilang. Menurut Farhan seperti ada pesan yang ingin di ceritakan gadis itu.Walau Farhan berupaya menyingkirkan kejadian yang dia alami, tetapi semua seakan sia-sia. Benaknya masih bertanya-tanya ke mana perginya gadis dengan ekspresi dingin, yang membuat bulu kuduknya merinding.Seseorang menepuk pundaknya dari belakang, Pria itu terkejut. Hampir saja dia memikul orang yang dibelakanginya itu.“Duh Ayah, hampir jantungku copot,” ungkapnya.“Kenapa, seperti habis lihat setan saja?” tanya Bramasta.Farhan diam sejenak seakan masih bingung harus bagaimana memulainya. “Tadi pas ke lantai atas ada anak seusiaku, dia sendirian. Mungkin salah satu anak rekan kerja Ayah,” ceritanya.“Bisa jadi, tapi ap
Di sebuah rumah sakit lahirlah seorang gadis bernama Valencia Novrianto Permana. Sebelum dia lahir ke dunia ini Selvi Pujiastuti merupakan seorang anak yatim piatu yang tinggal sebatang kara di sebuah desa yang bernama Banyuwangi di Jawa Timur.Sejak kepergian kedua Orang Tuanya Selvi di besarkan oleh tetangganya yang sangat baik mereka dengan ikhlas merawat Selvi hingga dewasa.Selvi di besarkan dengan kesederhanaan serta bekerja keras. Hingga Selvi dewasa mampu menafkahi dirinya sendiri.Suatu hari saat gadis itu pergi bekerja menjadi buruh panen padi, sesuatu menimpanya. Sepeda yang ia kayuh menabrak batu besar, sehingga membuatnya terjatuh dan terluka.Seorang pemuda datang menghampirinya untuk menolong. Pemuda itu membantunya untuk menepi ke pinggir jalan, lalu bertanya.“Ada yang sakit?” tanyanya lemah lembut mencari tahu.Selvi malu-m
Tatapan mata Arumi di abaikan oleh Permana hingga Ibu Sutiyah datang. “Wah sedang ada tamu, loh Arumi kenapa malah masih disitu bukannya tamunya di persilahkan duduk,” tegur Sutiyah yang melempar senyum penuh curiga, melihat posisi Arumi.“Oh iya Bu Sutiyah saya baru saja datang, tadi anak Ibu sepertinya tersandung kaki kursi itu. Saya belum sempat membantunya bangun,” kilah Permana, berusaha menutupi tingkah anaknya."Jika wanita itu tahu bahwa anaknya, berusaha menggodaku. Dia akan malu dan jadi tidak enak denganku. Aku harus segera menyampaikan tujuanku, sebelum gadis itu keluar lagi dari ruangan yang tertutup tirai itu," batin Permana.“Maaf Bu sebelumnya, kalau kedatangan saya mendadak,” ujar Permana.“Tidak apa-apa nak Permana, bagaimana keadaan Selvi? Maaf ibu belum sempat menjenguknya,” balas Sutiyah lemah lembut.“Sebab itulah kedatangan saya kemari Bu, kondisi
Seluruh warga mencari keberadaan Selvi namun sia-sia tidak ada titik terang. Hingga mereka semua memutuskan untuk menghentikan pencarian. Kembali menuju rumah masing-masing.Kejadian itu segera di laporkan kepada Sutiyah, betapa terkejutnya wanita paruh baya itu mendapat laporan dari tetangga yang sempat membesarkan Selvi. Walaupun dia bukan anak kandungnya tapi rasa sayang ke Selvi dari mereka seperti orang tua kepada anaknya sendiri.Malam semakin larut suasana di desa itu mulai sepi. Ketika itu seorang laki-laki bernama Jarwi sedang memancing menggunakan sampan, ketika hendak melemparkan kail pancingnya dia melihat sesuatu tersangkut di dekat pohon bambu yang lebat di tepi sungai.Di dayung perahunya mendekati benda mencurigakan itu. Saat dia mengarahkan lampu minyak yang berada di tangannya, terlihat seorang wanita merintih kesakitan.“Tolong ....” Suara lirih terdengar dari wanita itu, segera Ja
Angin saat itu bertiup kencang di kota Palopo, di sanalah Selvi mengadu nasib bersama Valencia putrinya. Selama sepuluh tahun sudah, dia berada di pulau Sulawesi tepatnya bagian selatan.Dia bisa merantau sampai ke sana karena, ikut program pemerintah untuk mengelola lahan perkebunan. Bermodal lahan dari pemerintah yang dia kelola selama sepuluh tahun, saat ini sudah menghasilkan rumah dan membuka lapangan pekerjaan.Hari-hari dia lalui bersama Valencia, walaupun sesekali gadis kecilnya sering merengek menanyakan sosok Ayahnya. Berbagai cara Selvi lakukan, untuk menutupi semua itu. Bahkan dia mengatakan, bahwa Permana hilang tersapu badai.“Bunda ... Bunda di mana,” suara sayu-sayu terdengar dari dalam rumah.Selvi sedang sibuk di pekarangan belakang rumah, memberi makan ikan Lele peliharaannya. Berkat ketekunannya sejak merantau Selvi benar-benar merasa bahagia bersama putri semata wayangnya.
Pesawat mendarat di Bandara Makassar, Selvi dan Valencia menjemput Jarwi beserta Sukandar.Melihat Sukandar di kejauhan tepat di pintu keluar penumpang, Valencia berlari seraya bersorak.“Kakek!” Tangannya di rentangkan berlari berusaha memeluk Sukandar. Sedangkan Sukandar meletakkan kopernya dan setengah jongkok merentangkan tangannya.Dengan senyum merekah di wajahnya dia bersedia memeluk cucu dari anak angkatnya itu.Tidak lama Jarwi terlihat di belakang Sukandar dengan sosok seseorang yang sangat tidak asing buat Selvi.Kejutan luar biasa di berikan Jarwi Pak Darno dan Winarsih bergandengan tangan berjalan ke arah Selvi, merasa rindu dengan orang tua sambung yang membesarkannya langkah Selvi seperti bergerak sendiri.Menghampiri kedua orang paruh baya itu, rambut mereka yang mulai terlihat dua warna walau masih dominan hitam.“Ibu ....” tangis Selvi pecah di
Pagi hari Valencia sudah siap berangkat ke sekolah tidak lupa dia menyeruput segelas susu berlari menghampiri kakek, nenek beserta ibunya untuk lebih dulu berangkat kesekolah.“Kenapa terburu-buru, makan dulu sambil duduk,” ucap Winarsi merasa heran dengan tingkah cucunya.“Nanti telat nek, keburu di tutup pintu pagarnya!” teriak Valencia yang duduk di belakang Jordi.“Aduh gempa,” ucap Jordi menjahili sahabat kecilnya itu.Peletak!“Aw, aku bercanda Valen kenapa di ketek gitu kepalaku,” keluh Jordi mengusap-usap kepalanya.“Kapok, biar kamu tahu rasa. Jadi, besok-besok kalau mau mengejek aku berpikir seribu kali,” sahut Valencia dengan senyum devil di belakangnya.“Nih helmnya.” Jordi memberikan helm, sembari memasang helm di kepalanya sendiri.Motor mulai melesat menyusuri kota Palopo menuj