—Prologue—
Richard mengejar David yang tak lain adalah seorang wanita yang menyamar sebagai orang kepercayaan Kingswell. Dia penasaran dengan nama sebenarnya seorang wanita keturunan Berlin yang menyamar dan menipu dirinya.
Saat ini, mereka masih berada di Saudi Arabia untuk menghukum musuh dari sahabatnya -Jonathan Walz-.
David berhenti dan memasuki sebuah ruangan yang di sebut kamar. Mereka menginap beberapa hari dan diberikan ruangan masing-masing untuk beristirahat.
Richard yang penasaran dan nekad, memberanikan diri mengikuti David memasuki kamarnya.
Namun baru saja Richard melewati pintu dan menutupnya, tiba-tiba saja sebuah pisau belati menahan gerakannya yang baru saja berbalik badan. Pisau belati yang terarah ke dadanya itu begitu mengkilap seperti habis diasah dengan batu pengasah.
Seringai dari bibir seksi David terlihat. "Sudah kukatakan berapa kali... Jangan mencari tahu diriku! Apa kau bebal?!" tukas David.
"Apakah sebuah nama membuatmu harus membunuhku?" tanya Richard dengan santainya.
Membuat David sedikit mengendorkan pertahanannya untuk berpikir sejenak. Walau dirinya memiliki prinsip untuk menutupi identitasnya saat bertugas.
Namun... Bukankah saat ini tugasnya sudah selesai?
Richard menggunakan kesempatan saat David terlihat lengah. Dia meraih pisau belati itu dengan gerakan cepat dan begitu cekatan.
Bahkan David terkejut saat tubuhnya terangkat oleh Richard dan dibawa ke atas ranjang. Lalu ditindih dan dikunci pergerakannya.
"Kau yakin tak ingin memberitahukanku namamu yang sebenarnya?" tanya Richard dengan suara tertahan.
"Tidak! Bangun dari atasku! Dasar berengsek!" tukas David kesal. Merasa dirinya terkurung dan tak berkutik dibawah Richard.
Walau dia bisa melakukan beladiri, namun tetap saja... Tenaganya akan kalah dari Richard. Ditambah pria itu menahan kedua tangan dan menjepit kakinya. Membuat David kesal dan lelah mencoba melepaskan diri dari Richard.
"Perlu kau ingat... Kau adalah seorang wanita. Berapa kali kau berontak... Kau tak akan bisa menandingi tenaga laki-laki sepertiku!" ejek Richard.
David menatap tajam Richard yang mengejek dan meremehkannya.
"Dasar bajingan! Menyingkir dari atasku! Apa kau tak sadar tubuhmu sungguh berat!" bentak David.
Namun Richard hanya terkekeh hingga membuat David hendak menggunakan kesempatan itu untuk melepaskan diri.
"Kau pikir kekehanku, membuatku lengah dan akan membiarkan dirimu lepas begitu saja?!" tukas Richard menahan gerakan meloloskan diri yang hendak dilakukan David.
Membuat David semakin kesal setelah gagal mencoba terlepas.
"Tidak akan semudah itu nona...! Cepat beritahu atau kau memang ingin dipaksa?!" sergah Richard mulai geram.
"Tidak akan kuberitahu! Jangan keras kepala Richard! Bahkan setelah ini kau maupun diriku akan berpisah! Dan kita tak akan pernah bertemu lagi! Jadi untuk apa kau mengetahui nama asliku!" sanggah David.
Richard menatap tajam David yang keras kepala. "Siapa bilang kita akan terpisah setelah ini? Kau ini sungguh memaksaku, David!" sergah Richard lalu mencium David secara tiba-tiba.
Sebuah penolakkan sempat terjadi walau akhirnya David mengalah...
Mengalah untuk membuat Richard lengah agar memudahkannya untuk melepaskan diri dari Richard.
Ciuman mereka berubah menjadi sebuah lumatan dan pagutan terus tercipta hingga keduanya mulai menyeringai. Dan David mengigit bibir Richard cukup keras.
Lalu berontak melepaskan diri dari tindihan Richard. Menendang 'masa depan' Richard cukup keras. Hingga membuat pria itu secara otomatis menyingkir dan memekik serta meringis kesakitan.
"Argh! Shit!! Dasar berengsek!" umpat Richard. Berguling ke samping, kedua kakinya tertekuk demi menahan nyeri di bagian alat vital-nya.
Sementara itu...David sudah mencapai pintu dan tertawa puas melihat Richard yang berguling kesakitan di atas ranjang.
"Hah! Salahmu sendiri yang memaksaku bahkan mencuri ciumanku! Itulah yang akan kau terima, karena berani menantangku!" sergah David.
Richard tak lagi membalas, rasa berdenyut dan nyeri masih terasa menyiksanya.
David tersenyum puas. "Selamat tinggal, semoga milikmu masih bisa digunakan dengan baik!" ejek David.
"Oh... Tenang saja. Dia akan tetap bekerja dengan baik. Apa kau ingin mencobanya, Sheryl Calla Wilfred?" sarkas Richard, sambil membaca sebuah nama dari kartu pengenal yang berhasil dia ambil dari selipan baju yang dikenakan David.
Richard menariknya secara perlahan saat ciuman sedang berlangsung.
Membuat wanita yang diketahui bernama Sheryl itu terkejut dan menghentikan niatnya yang hendak membuka knop pintu.
Sheryl meraba perut hingga ke dadanya. Passpor dan visanya sudah tak ada di sana. Dia sengaja menyembunyikan semua itu di tubuhnya. Dia tahu seorang Richard sedang penasaran dengan identitas aslinya.
Dirinya yang harus segera kembali ke Jerman setelah tugasnya selesai, tak ingin repot bolak balik mengambil data pentingnya dengan membawa kelengkapan passpor data diri miliknya yang asli kemanapun dia pergi.
"Dasar bajingan! Kembalikan semua itu!" sergah Sheryl.
Dia beranjak dari pintu, menyerang Richard yang terus melihat data dirinya. Richard berdiri dan mengangkat tinggi ke atas kepala passpor dan visa Sheryl. Hingga pergulatan terjadi dan pijakan di atas ranjang membuat keduanya hilang keseimbangan dan terjatuh.
Posisi kali ini Sheryl yang berada di atas Richard. Namun tak membuat Richard marah ataupun protes. Dirinya malah tersenyum dan menyeringai.
Sheryl hendak beranjak namun Richard menahannya.
"Bolehkah aku ikut ke Berlin?" tanya Richard. Dia juga sempat melihat tiket tujuan ke Berlin atas nama Sheryl.
"Tidak! Untuk apa kau ikut?!" larang Sheryl langsung. Dia kembali bergerak berusaha keluar dari pelukan Richard.
"Untuk membuatku jatuh cinta padamu. Karena saat ini aku sangat tertarik denganmu, jadi... Aku ingin mengikuti kemanapun kau pergi. Untuk mengenalmu lebih—"
"Jangan bermimpi disiang hari! Dasar bodoh!" ketus Sheryl memotong ucapan Richard.
Dia beranjak dari atas Richard dan memilih pergi meninggalkan pria yang berbicara seenaknya.
Richard menyeringai melihat Sheryl yang pergi meninggalkannya. Berjalan begitu cepat namun mampu membuat Richard melihat sisi lain yang begitu seksi.
"Aku akan mencaritahu tentangmu, Ms.Wilfred. Semuanya... Bahkan mungkin sampai ke ukuran celana dalammu!" gumam Richard menyeringai. Sambil mengusap-usap bibirnya.
**
Berlin, German. Pada akhirnya seorang Sheryl Calla Wilfred, menyerah karena sifat keras kepala yang dimiliki pria asal London, Inggris. Bernama Richard Dowson.Pria licik yang sialnya begitu tampan dengan tubuh atletis dan terawat, mengikutinya secara diam-diam. Lalu muncul di apartemennya lebih dulu dan seolah dia adalah penghuni tempat itu."Hei... Kau sudah sampai?" tanya Richard dengan santainya.Membuat si pemilik apartemen terkejut mendengar suara berat milik Richard. Awalnya wanita berambut panjang dengan tubuh langsing itu sempat curiga dengan keadaan yang aneh di apartemen mewah yang memiliki nuansa hitam dan putih. Interior yang digunakan pun rata-rata antara perpaduan dua warna yang membuat kesal minimalis terlihat memanjakan mata.Namun hawa seorang manusia yang seharusnya tak ada, dirasakan Sheryl begitu memasuki apartemennya itu.Sheryl bahkan sudah mengeluarkan pistol kecil untuk berjaga-jaga j
Richard membawa Sheryl ke tempat jajanan festival di pinggir kota. Suasana ramai dengan pengunjung yang berlalu lalang dan beberapastandjajanan tertata di bagian-bagiannya masing-masing.Richard membuka jas dan menggulung lengan kemejanya serta mengganti sepatu pantofelnya menjadi sepatu sneakers."Ayo... aku sudah lapar," ajak Richard."Kenapa kau mengajakku ke sini?" tanya Sheryl, enggan keluar dari mobil."Kau memakai pakaian santai seperti ini, aku harus mengajakmu kemana? Hutan?!" Richard bertanya balik."Aku tak meminta untuk diajak makan. Aku hanya ingin pistolku kembali! Jadi jangan membuatku membuang waktu untuk makan denganmu!" tukas Sheryl."Hah... perutku semakin lapar setiap kali kau mengoceh!" runtuk Richard.Dia keluar dari mobil meninggalkan Sheryl yang masih enggan untuk keluar.Richard memutari mobilnya, dan mengetuk kaca jendela di samping Sheryl."Kau yakin tak ingin keluar?" tanya Richard."
-03-Richard membuat dirinya seolah pemilik apartemen Sheryl. Dia dengan santainya memakai dapur mininalis dengan nuansa hitam yang mendominasi dapur tersebut, terdapat minibaruntuk sekedar membuat minuman.Seperti yang sedang dilakukan Richard saat ini. Dia sedang membuat dua gelas kopi dan roti panggang selagi menunggu Sheryl memakai pakaiannya."Yah... dia tetaplah seorang wanita, selalu lama saat merapikan diri," gumam Richard.Hingga beberapa saat kemudian suara dari pintu kamar Sheryl terbuka, Richard menoleh dan mengangkat nampan berisi kopi dan roti, memindahkannya ke atas meja makan bundar dan memiliki empat kursi yang mengelilingi meja itu."Siapa yang mengijinkanmu memakai dapurku?!" tukas Sheryl.Richard mengedikkan bahunya. "Well... Nantinya aku akan menjadi penghuni tempat ini juga. Jadi aku mencoba membiasakan diri," jawab Richard."Siapa yang ingin menjual tempat ini padamu?!" ketus Sheryl.Richard mendekatk
04—Siang yang terik membangunkan Richard dari lelapnya. Setelah mendapat kenikmatan yang indah dari percintaannya dengan Sheryl. Keduanya sempat terlelap karena lelah.Namun Richard tak menyadari bahwa Sheryl telah beranjak dari pelukannya dan pergi dari apartemen dengan sebuah pesan ditinggalkan di nakas.Hei Bastard…! kau sudah bangun?Aku pergi sebentar untuk menemui Shello.Di meja makan sudah kusiapkan makanan untukmu, panaskan dan makanlah.-Black swan-Richard terkekeh membaca pesan singkat dari Sheryl. Merasa lucu dengan wanita yang kemarin menolak panggilan darinya.Dan sekarang… wanita itu yang menamai dirinya seperti itu.“Dasar wanita… tak suka tapi menggunakan panggilan itu juga,” gumam Richard terkekeh.Dia turun dari ranjang menuju ke kamar mandi. Berniat menyegarkan tubuh dari lelahnya kegiatan tadi pagi.Setelah terlihat lebih segar. Dia keluar dari kamar dan berniat memanaskan makanan yang Sheryl ma
—05—Sheryl menggelengkan kepalanya sambil menekan pelipisnya yang terasa pusing. Memiliki kakak yang sedemikian unik dengan keahliannya yang gila. Lalu dia harus mencoba mengenalkannya kepada Richard yang konyol dan menyebalkan.Bagaimana bisa menyatukan dua kepala yang bertolak belakang?Sementara Sheryl sendiri merasa gerah dengan tingkah Richard yang menyebalkan."Untuk apa kau mondar mandir di sana? Lebih baik kau keluar dan tunggu dia di depan. Berpura-puralah bahwa kau juga belum menemuiku. Dan meminta bantuannya untuk melewati rintangan ini!" perintah Shello semakin membuat Sheryl geram.Walau dia tetap menurutinya dengan tetap keluar dari ruang bawah tanah dan naik ke lantai atas untuk menyambut kedatangan Richard."Hah… ya ampun. Aku ini adik atau bawahannya? Bagaimana bisa dia menjadi semenyebalkan ini jika menyangkut dengan pria!" Sheryl meruntuk di sepanjang perjalanannya menuju ruangan yang tadi sempat menjadi pertarungan sengit anta
Richard dan Marco mulai melangkahkan kakinya menginjak bagian lorong jebakan tersebut. Keduanya berusaha untuk tiba lebih dulu agar memenangkan tantangan dari Shello.Pertarungan tak dapat terhindari. Keduanya berusaha menahan lawannya agar tidak tiba lebih dulu.Mereka saling mengadu keahlian memukul dan meninju wajah dan bagian tubuh lainnya. Saat keduanya mencapai titik tengah dengan aman. Tanpa menjatuhkan sebuah benda yang akan mengaktifkan tanda bahaya dan mengeluarkan laser mematikan.Hingga Marco yang sangat ingin menang, mengeluarkan sebuah belati dari balik jaketnya. Dia menodongkannya kepada Richard.Richard menepisnya hingga belati tersebut terlepas dari tangan Marco. Beruntung Richard begitu cepat menangkap belati tersebut. Dan membuat pria asal London itu menyeringai.Richard mulai menyerang menggunakan belati Marco hingga sebuah goresan tersampir di lengan Marco."Rasakan itu bodoh!" cerca Richard."Dasar bajingan tengik!" bal
Sheryl menahan pergerakkan Richard yang hendak menanyakan langsung apa yang dikatakan Shello tentang Dowson yang sulit dia temukan.Sheryl menggeleng, "aku akan menanyakannya pada Marco nanti. Percuma jika kau bertanya sekarang kepada Shello… dia tak akan memberitahumu," bisik Sheryl."Kalian sedang apa?!" tanya Shello tiba-tiba muncul di hadapan Richard dan Sheryl. Dia memicingkan matanya menyelidik.Membuat keduanya terkejut dan menjadi salah tingkah."Aku… sedang merayu adikmu!" jawab Richard ringan. Sambil menoel dagu Sheryl dan menyeringai tipis.Shello menatap tajam Richard."Di sini bukan tempat untuk berbuat mesum! Berhenti menggodanya! Dan kau Sheryl…." tatapan Shello beralih kepada Sheryl, "jangan menjadi murah karena dia seorang Dowson. Kau tak tahu apa yang bisa dilakukannya untuk mematahkan hatimu!" tukas Shello dan berlalu meninggalkan tatapan tajam menusuk kepada Richard.Richard menarik lengan Shello, menatapnya dengan selidi
Sheryl memasuki kamarnya dengan perasaan kesal. Bukan hanya sekali Shello tidak melibatkannya dalam misi. Membuat Sheryl merasa bahwa Shello tak memercayainya.Sheryl membanting tubuhnya ke atas ranjang besar di kamarnya. Dia menggunakan lengannya untuk menutup matanya. Dia memikirkan dirinya yang menjadi aneh."Mungkinkah aku hanya kesal karena Shello kembali tak mengajakku dalam misi?" Sheryl menggumam sambil menatap langit-langit kamarnya.Atau aku cemburu karena Shello akan menggunakan Richard sebagai kekasih sandiwaranya untuk membuat Leonard keluar?batinnya bertanya.Namun sedetik kemudian Sheryl menggeleng dan menepuk-menepuk keningnya. Merasa menjadi orang bodoh yang berpikir bahwa dirinya mulai menjadi melankolis karena seorang Richard.Sheryl beranjak dari baringnya hendak menuju kamar mandi. Namun sekilas matanya menangkap bingkai kecil di dekat rak serbaguna.Foto dirinya dengan Marco dan Shello bersama Leonard yang dipaksa