Share

Part 06

Richard dan Marco mulai melangkahkan kakinya menginjak bagian lorong jebakan tersebut. Keduanya berusaha untuk tiba lebih dulu agar memenangkan tantangan dari Shello.

Pertarungan tak dapat terhindari. Keduanya berusaha menahan lawannya agar tidak tiba lebih dulu.

Mereka saling mengadu keahlian memukul dan meninju wajah dan bagian tubuh lainnya. Saat keduanya mencapai titik tengah dengan aman. Tanpa menjatuhkan sebuah benda yang akan mengaktifkan tanda bahaya dan mengeluarkan laser mematikan.

Hingga Marco yang sangat ingin menang, mengeluarkan sebuah belati dari balik jaketnya. Dia menodongkannya kepada Richard.

Richard menepisnya hingga belati tersebut terlepas dari tangan Marco. Beruntung Richard begitu cepat menangkap belati tersebut. Dan membuat pria asal London itu menyeringai.

Richard mulai menyerang menggunakan belati Marco hingga sebuah goresan tersampir di lengan Marco.

"Rasakan itu bodoh!" cerca Richard.

"Dasar bajingan tengik!" balas Marco dan menepak tangan Richard yang memegang belati.

Belati terlepas dari tangan Richard, dan Marco membiarkannya terjatuh.

"Dasar bajingan bodoh!" runtuk Richard geram.

Mereka berdua serentak melompat demi menghindari sorotan laser yang telah aktif karena bunyi belati yang jatuh. Lalu beberapa sinar laser menyenter ke tengah.

Richard dan Marco berusaha melompat menghindari laser yang mulai menyenter ke tengah. Mereka lalu berdiri di bagian yang tak terkena sorotan sinar laser.

Sorotan sinar laser berwarna merah itu terus berganti arah menyilang dan membentuk horizontal serta vertikal.

Richard dan Marco kembali melanjutkan pertarungan mereka yang semakin sengit. Keduanya bukan hanya berusaha untuk tiba di ujung -yang terdapat Shello di dalamnya-. Melainkan mereka juga sambil berusaha menghindari sorotan tak beraturan dari sinar laser tersebut.

Marco berada lebih unggul satu langkah di depan Richard. Namun pria Inggris itu tak mudah menyerah begitu saja. Dia berusaha melangkah dan menahan pergerakkan Marco.

Namun Marco yang terlalu berambisi ingin memenangkan pertarungan tersebut. Mendorong Richard saat sorotan laser datang dari arah start menyilang membentuk huruf X.

Sheryl yang melihat hal tersebut segera mengambil tameng yang tersedia di sisi kiri sebelum melewati tempat itu.

Lalu dengan gerakan berlutut dia meluncur memasuki area jebakan laser. Melewati sorotan X dengan menunduk.

Lalu menendang kaki Richard yang tepat saat itu baru saja berbalik. Membuat Richard jatuh di atas tubuhnya. Sheryl memeluk Richard untuk menutupi punggung Richard dengan tameng yang dia bawa, agar tak mengenai bagian tubuh Richard.

Saat hal itu terjadi… keduanya saling menatap seolah berbicara. -Seperti sebuah ungkapan i love you namun bukan itu maksud tatapan Sheryl-. Dia hanya menyorotkan betapa Sheryl rela menghadapi bahaya demi melindungi Richard.

"Thank you, Black Swan," ujar Richard.

Lalu melemparkan belati ke arah Marco dan tepat mengenai kakinya. Marco yang saat itu tengah melakukan gerakan yang sama dengan Sheryl. Tak bisa menghindari belati yang meluncur ke arahnya. Hingga belati itu melukai kaki kanannya.

Richard dan Sheryl menggunakan kesempatan itu untuk menyerang dan melewati Marco.

Mereka menekan pundak Marco untuk melompat dan juga menolong Marco untuk menunduk agar terhindar dari sorotan laser dari arah garis finish.

"Kau sungguh memaksaku melakukan kecurangan ini!" sergah Sheryl sempat-sempatnya berkata demikian sambil terus melompat, merapat ke dinding untuk menghindari sorotan laser.

"Hei… kau membuatku kesal dan tak bisa berkonsentrasi karena kau menciumnya!" protes Richard.

"Aku melakukannya untuk membuatmu cemburu agar kau bertekad untuk menang! Kau ini bodoh atau apa?!" sanggah Sheryl membela diri.

"Kau sengaja melakukan itu?!" tanya Richard tak percaya.

"Hah! Aku tak mau mengulang kata-kataku barusan!" tukas Sheryl.

"Hei… apa kalian sudah selesai?" tanya Marco. Dia sudah berdiri sambil melemparkan belati ke arah Sheryl.

Sontak membuat Richard mendorong Sheryl untuk menghindari belati yang melintas dan melewatinya tanpa menggores. Namun sorotan vertikal dari laser tersebut membuat Sheryl menarik Richard hingga menempel dengan tubuhnya ke dinding.

Sayangnya hal tersebut tetap saja mengenai bagian belakang tubuh Richard. Hingga pria itu memekik perih.

"Argh!!"

"Richard?!" seru Sheryl memeluk erat Richard.

"Ya ampun… kalian sungguh romantis!" seru Marco. Hendak melewati Richard dan Sheryl.

Namun Richard masih sempat mengeluarkan pistol, dan menembak betis kanan Marco.

Pria Spanyol itu berlutut kesakitan. Richard menarik Sheryl untuk bergegas mencapai pintu. Menahan perih dari luka bakar di punggungnya.

Sheryl menekan tombol merah di sisi kiri, membuka bagian ujung lorong itu. Sorotan laser datang dari arah start membentuk bintang (*) yang tak lagi dapat dihindari.

Richard mengulurkan tangannya untuk Marco. Kali ini dia bersungguh-sungguh menolong pria licik itu. Marco meraih genggaman tangan Richard, lalu Richard menariknya tepat sebelum pintu di hadapannya benar-benar tertutup rapat.

Sedetik saja Richard terlambat menarik Marco… mungkin saja orang tersebut sudah hangus terbakar karena sorotan sinar laser itu.

Permainan selesai, seluruh pintu kembali terbuka. Shello muncul dari arah dimana Richard dan yang lain memulai. Dia melangkah maju menuju bagian tengah lorong tersebut.

"Apa-apaan ini Shello?!" sergah Sheryl.

"Aku senang kalian berhasil melewati rintangan ini dan tetap saling membantu," ujar Shello ringan. Seolah semua itu biasa saja.

"Kenapa kau ada di sana?!" bentak Sheryl. Memapah Richard untuk mendekati Shello.

"Aku hanya menguji mereka… apa itu salah?" tanya Shello.

"Kau sungguh sudah menjadi gila Shello! Kau hampir membunuh kami! Lihatlah Richard dan Marco. Mereka terluka… kau ingin membuat kami saling membunuh?!" bentak Sheryl.

Dia sungguh kesal dan tak dapat menerima perbuatan Shello yang menurutnya sudah sangat keterlaluan.

"Aku hanya ingin melihat…. Bagaimana kalian saling menjaga. Dan Richard membuktikannya. Dia menjagamu dan menolong Marco. Aku rasa… Semua itu cukup membuktikan bahwa dia sungguh seorang Dowson sejati!" tutur Sheryl.

"It's bullshit!" bentak Sheryl dan membawa Richard pergi dari ruang bawah tanah.

Mengajak Richard ke kamarnya yang dulu, untuk mengobati luka bakar di punggung Richard. Walau hanya sedikit... namun Sheryl yakin itu cukup menyiksa dan membuat Richard tak bisa tidur terlentang.

***

"Argh! Pelan-pelan!" runtuk Richard untuk kesekian kalinya.

"Ini sudah selesai! Kau ini tak bisa menahan sebentar saja!" tukas Sheryl.

Sebenarnya wanita itu sungguh tak tega melihat luka Richard.

"Hei! Aku mendapatkan ini karena melindungimu! Harusnya kau berterima kasih! Bukan memarahiku!" balas Richard.

"Siapa suruh kau begitu bodoh!"

Richard bangun dari terlungkupnya. Duduk dan mendekati wajah Sheryl yang merah padam.

"Kenapa wajahmu merah?!" tanya Richard. Berniat menggoda Sheryl.

"Aku masih kesal dengan Shello!" jawab Sheryl berdusta.

"Oh ya? Bukan karena… kau malu bersamaku dalam keadaan setengah telanjang?" goda Richard.

Sheryl mengetuk kepala Richard dengan perban gulung.

"Otakmu yang mesum terlalu banyak bermimpi!" ketus Sheryl hendak berdiri untuk menjauh dari Richard.

Karena tebakan Richard begitu tepat. Sheryl merasa gugup memandang tubuh liat Richard dari jarak yang begitu dekat.

Dalam hatinya berkata, benar-kah tubuh ini yang pagi tadi kusentuh?

Sheryl berusaha mengenyahkan pikiran bodohnya itu selagi mengobati punggung Richard barusan. Dan mungkin hal itu membuat wajahnya memerah karena menahan malu.

Richard menarik tangan Sheryl hingga wajah mereka kembali berhadapan begitu dekat membuat hidung mancung keduanya saling menyentuh.

"Aku tersentuh saat kau melakukan pertolongan tadi. Rasanya aku sangat ingin menciummu saat itu juga!" bisik Richard dengan suaranya yang tercipta begitu seksi.

Keduanya saling menatap mata lalu turun ke bibir lawannya. Hingga Richard menekan tengkuk Sheryl dan mencium wanita itu. Melumatnya dengan perlahan dan sensual… seakan menggoda Sheryl untuk membalas ciuman.

Namun sayang… kali ini Sheryl tak membalas pagutan tersebut. Melainkan menggigit bibir Richard,  hingga membuat pemiliknya memekik kesakitan.

"Argh! Damn!" umpat Richard, "kau sungguh tega Black Swan!"

"Aku masih marah denganmu! Jadi jangan harap mendapatkan balasan manis dariku!" tukas Sheryl.

Kali ini dia benar-benar beranjak untuk meletakkan obat p3k.

"Pakailah baju itu… setelah itu turunlah... kita harus membuat perhitungan dengan Shello," perintah Sheryl.

"Baju siapa ini?" tanya Richard menyelidik. Mengerutkan kening sambil membolak-balik baju tersebut.

Mengingat Sheryl dan Shello seorang wanita. Dan baju itu terlalu stylish untuk seorang ayah.

"Mantan kakakku! Aku sengaja mengambilnya, aku ingin membuatnya marah."

"Hah! Kembalikan ke tempatnya!" Richard melemparkan kembali baju yang diberikan Sheryl.

"Kenapa?!"

"Jangan melanjutkan kekesalanmu. Shello melakukan hal ini karena dia menyayangimu. Dia melindungimu dengan caranya. Dia tak ingin kau terjebak denganku," tutur Richard.

"Kau tak mengerti dia, Richard. Dia menyamaratakan keberengsekan mantannya kepada semua pria. Termasuk Marco. Walau Marco memang berengsek!" runtuk Sheryl.

"Dan kau bodoh…," cetus Richard.

"Apa kau bilang?!" sanggah Sheryl tak terima.

"Kau bodoh karena sempat menyukai Marco. Sekali melihat… Aku sudah tahu bahwa dia seorang penipu ulung! Bajingan bodoh yang hanya dijadikan pion catur oleh seseorang!" tutur Richard.

"Dari mana kau tahu semua itu?"

Richard berdiri dari ranjang mendekati Sheryl yang berdiri di ambang pintu.

"Hanya menebak… Ayo kita lihat apa yang kakakmu sajikan untuk tamu istimewanya," ajak Richard begitu yakin.

"Siapa tamu istimewanya?" Sheryl meruntuki mulutnya yang mengeluarkan pertanyaan bodoh.

"Aku… bukan-kah aku seorang Dowson. Dan kalian sangat menghormati si Dowson yang telah tiada," ucap Richard begitu ringan.

Sheryl menggelengkan kepalanya, bagaimana bisa ada anak seperti Richard. Mengejek ayahnya yang sudah meninggal itu sungguh tak sopan.

"C'mon Black Swan… punggungku sudah tak apa. Jangan mencemaskannya lagi," ujar Richard.

"Cih! Siapa yang mencemaskannya! Kau terlalu per—"

Richard membungkam mulut Sheryl saat mereka hendak menuruni tangga.

Suara Shello terdengar sedang bicara dengan Marco.

"Dia seorang Dowson… sedangkan kau siapa? Lebih baik kau pergi sebelum aku melakukan cara keras!" sergah Shello.

"Baiklah… hari ini aku akan pergi. Tapi besok aku akan datang lagi!" tukas Marco.

"Terserah! Jika kau tetap ingin mati ditanganku! Jangan membuatku kesal. Aku tahu apa yang kau lakukan padanya!" sergah Shello.

"Aku hanya membantunya pergi. Dia yang memintaku!" jawab Marco membela diri.

"Kau tetap salah jika membantu seorang Dowson untuk melarikan diri! Membuatku kesulitan mencarinya!"

Dowson lain? Pikir Richard. Menatap Sheryl yang juga mengerutkan keningnya.

Apa mungkin aku memiliki saudara? batin Richard bertanya.

**   

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status