Share

Part 07

Sheryl menahan pergerakkan Richard yang hendak menanyakan langsung apa yang dikatakan Shello tentang Dowson yang sulit dia temukan.

Sheryl menggeleng, "aku akan menanyakannya pada Marco nanti. Percuma jika kau bertanya sekarang kepada Shello… dia tak akan memberitahumu," bisik Sheryl.

"Kalian sedang apa?!" tanya Shello tiba-tiba muncul di hadapan Richard dan Sheryl. Dia memicingkan matanya menyelidik.

Membuat keduanya terkejut dan menjadi salah tingkah.

"Aku… sedang merayu adikmu!" jawab Richard ringan. Sambil menoel dagu Sheryl dan menyeringai tipis.

Shello menatap tajam Richard.

"Di sini bukan tempat untuk berbuat mesum! Berhenti menggodanya! Dan kau Sheryl…." tatapan Shello beralih kepada Sheryl, "jangan menjadi murah karena dia seorang Dowson. Kau tak tahu apa yang bisa dilakukannya untuk mematahkan hatimu!" tukas Shello dan berlalu meninggalkan tatapan tajam menusuk kepada Richard.

Richard menarik lengan Shello, menatapnya dengan selidik… seolah tak tahan ingin bertanya ada apa dengan nama belakang ayahnya. Karena selalu ada penekanan disetiap kali Shello mengucapkannya.

Mulut Richard hendak membuka suara, namun sentuhan lembut tangan Sheryl menghentikannya.

Shello menghempaskan tangan dari genggaman Richard dengan kasar.

"Jangan menyentuhku kalau kau tak ingin mengalami patah tulang!" sentak Shello.

Richard mengangkat kedua tangannya ke udara.

"Ehm… sudahlah kalian. Ayo makan dulu, setelah itu kita bicarakan misi kita," ajak Sheryl. Dia berusaha melerai Richard dan Shello yang sama-sama keras kepala dan sulit untuk mengalah.

Shello melirik Richard sebelum berbalik ke meja makan. "Apa dia akan makan dalam keadaan seperti ini?!" tukas Shello.

"Ya… apa kau terganggu?!" goda Richard. Meletakkan kedua tangannya di pinggang.

"Aku sudah memberikan baju, tapi dia tak ingin memakainya!" jawab Sheryl, lalu dia menatap Richard, "cepat pakai baju yang tadi kuberikan!" desis Sheryl.

Sembari mendorong Richard kembali ke atas menuju ke kamarnya. Memberikan cubitan kecil di pinggang pria itu. Namun bukan membuat Richard kesakitan. Melainkan merasa geli karena Sheryl memberikan cubitan yang teramat kecil.

"Black swan, hentikan!" runtuk Richard menahan tangan Sheryl yang jahil.

Sheryl tertawa puas, dan tak mengindahkan peringatan Richard. Membuat Richard terpaksa menggendong Sheryl ke atas punggungnya.

"Kau akan menerima hukuman karena berani menggodaku!" ancam Richard.

"Hei! Turunkan aku! Kau curang…!" racau Sheryl. Lalu dia tertawa karena Richard menggelitik telapak kakinya.

"Ahahaha… hentikan itu!" sergah Sheryl.

"Rasakan ini! Berani menggodaku! Hah?!" balas Richard.

Suara tawa mereka semakin menjauh dan mengecil di pendengaran Shello. Dia berpikir sejenak di kursi meja makan.

Sebahagia itukah Sheryl bersama si Dowson konyol yang satu ini?! batinnya bertanya. Shello kembali mengingat bagaimana dulu saat pertemuan pertamanya dengan pria yang dicintainya di masa lalu.

Pria yang dingin dan irit bicara. Berbanding terbalik dengan Richard yang bisa membuat adiknya tertawa lepas seperti sekarang.

Shello tersadar dari lamunannya saat suara cekikikan dari Richard dan Sheryl mendekat. Dia menatap keduanya yang tiba di ruang makan.

Mata Shello menatap tajam Richard yang mengenakan baju milik seseorang dari masa lalunya.

Sheryl merasakan tatapan tersebut. Lantas dia menjelaskan sebelum ditanya.

"Tak ada pakaian lain selain itu," kata Sheryl kepada Shello.

"Aku tak bertanya apapun!" Shello berucap acuh mengalihkan tatapannya. Walau yang sebenarnya… Dia melihat bayangan lain dari Richard karena mengenakan baju tersebut.

"Tatapanmu yang bertanya," balas Sheryl tak mau kalah. Dia masih kesal dengan Shello yang menurutnya keterlaluan karena sudah membuat punggung Richard terluka akibat menjalankan tantangan dari Shello.

"Hei sudahlah… kalian jangan bertengkar. Apa kita tak jadi makan?" tanya Richard sekaligus melerai.

Shello dan Sheryl mengalihkan tatapan tajam mereka.

"Well… kita berdoa sebelum menyantap hidangan ini," ujar Shello. Lalu dia memimpin doa, merentangkan kedua tangannya dan disambut oleh Richard dan Sheryl yang juga bergenggaman  tangan hingga tersambung.

-

Setelah mengenyangkan perut mereka. Shello mengajak Richard dan Sheryl untuk berdiskusi mengenai kasus yang sudah ditutup kepolisian selama bertahun-tahun lamanya.

Mereka yang mengalami hal sama yaitu kehilangan orang tua yang disayangi mereka.

"Menurut berita terakhir… kecelakaan di dua tempat berbeda namun dalam satu waktu yang sama. Menewaskan ayahmu di London. Dan kedua orang tua kami di Paris," terang Shello sembari membuka file dokumen lembaran koran lama yang sudah dikumpulkan menjadi satu dengan rapi.

Richard memerhatikan potongan koran yang mengabarkan berita kematian tiga orang berpengaruh di dunia bisnis.

Di dalam koran itu mengatakan mobil yang dikenali adalah milik Dowson dan Wilfred mengalami kecelakaan tunggal, mobil keduanya dikatakan meledak secara mendadak di sebuah terowongan saat tengah malam di saat lalu lintas lenggang.

Tubuh ketiga korban terbakar hingga tak dikenali lagi bentuk rupanya seperti apa. Namun hasil visum DNA dari mayat yang terbakar hangus menyatakan… itu milik Mitchell Wick Dowson dan Rebecca Calla Wilfred serta Marshello Wilfred.

Tanpa sadar Richard meremas kumpulan file penting itu dengan kedua tangannya. Membuat Sheryl menghentikannya.

Sheryl menggenggam tangan Richard dan mengelusnya. Menatap Richard dengan lembut. Hingga membuat pria itu menghentikan remasannya pada lembaran file tersebut.

"Maaf. Aku hanya…."

"It's okay, Richard. I know what you feel," tutur Sheryl. Menatap lembut Richard yang berusaha meredakan amarahnya jika mengingat kematian ayahnya.

"Ya… karena kami merasakan apa yang kau rasakan juga. Karena itu… aku menyetujui permintaan Sheryl, untuk membawamu bergabung dengan kami," ujar Shello.

"Baiklah… kalau begitu apa rencana kalian?" tanya Richard. Walau tatapannya tak teralihkan dari artikel di koran bekas tersebut.

"Aku ingin mencari jejak sepupumu, Dowson lainnya. Banyak hal yang dia ketahui dari penyelidikannya selama ini. Aku pernah mencari tahu semua ini dengannya. Kami sempat mendapat titik terang… namun sehari sebelum aku menemuinya… Dia menghilang!" tandas Shello.

Richard mengerutkan keningnya… begitu juga dengan Sheryl. Sheryl tahu orang yang dimaksud Shello, tapi dia tak mengetahui adanya kejadian tersebut. Pasalnya saat itu terjadi… Sheryl sedang berada di London. Karena sudah menjadi pengawal Kingswell selama dua tahun.

"Sebenarnya siapa yang kau bicarakan? Sepupuku yang mana? Selama ini aku hanya mengenal sepupu dari keluarga ibuku," ujar Richard.

"Dia… keponakan ayahmu -Leonard Dowson-. Anak dari pamanmu. Lebih tepatnya kakak dari ayahmu," ungkap Shello.

"Ya… si wajah datar tanpa ekspresi yang membuatmu jatuh cinta!" tukas Sheryl.

Shello menatap tajam Sheryl yang berceloteh seenaknya di depan Richard.

"Well… kemana kita harus mencarinya?" tanya Richard.

"Aku tak tahu dimana dia. Tapi dengan adanya dirimu… kurasa dia akan keluar dari persembunyiannya," ujar Shello.

"Apa maksudmu Shello? Kau ingin menggunakan Richard sebagai pendampingmu?" tanya Sheryl memastikan.

"Ya." Shello menjawab singkat. Sambil memerhatikan postur tubuh Richard dari atas sampai ke bawah.

"Jadi… kita harus memulainya dari mana?" tanya Sheryl.

"Bukan kita. Tapi hanya aku dan Richard," ungkap Shello menggantung.

Membuat Richard mengerutkan keningnya.        

"Apa maksudmu Shello?!" tanya Richard.

Sheryl terlihat cemberut mendengar rencana kakaknya yang tak ingin melibatkannya dalam misi.

"Kita hanya perlu berjalan-jalan sejenak. Aku yakin dia memantau pergerakanku. Dan kurasa dia akan keluar jika aku berjalan bersamamu," ungkap Shello.

"Kau ingin membuatnya cemburu?" tanya Sheryl.

"Ya… dia berkata, tak ada yang bisa menggantikan dirinya selain seorang Dowson. Itu kata-kata terakhirnya sebelum dia menghilang meninggalkanku," ungkap Shello.

"Lalu? Apa dia mengenalku?"

"Dia akan mengenalmu… dia akan mencari tahu semuanya secara detail," ujar Shello. Menatap Richard yang tampak berpikir.

Lalu tatapannya beralih kepada Sheryl. Adiknya terlihat tak menyukai rencananya barusan.

"Aku tak akan merebut priamu, Sheryl. Tenanglah...," ujar Shello. Karena melihat aura kecemburuan diraut wajah Sheryl.

"Cih… terserah kau dan dia ingin bagaimana!" tandas Sheryl.

Richard dan Shello menatapnya penuh selidik. Lalu tersenyum mencurigakan.

"Kenapa kalian menatapku begitu?" tukas Sheryl.

Shello menggerakkan kepalanya kepada Richard. Menyuruh Richard membujuk adiknya.

Richard mendekati Sheryl, meraih tangannya dan mengusapkan ibu jarinya di punggung tangan wanita itu, dengan mata yang menatap lembut ke dalam manik biru langit Sheryl.

"Tenanglah… aku tak akan menjadi pria berengsek yang berpaling pada kakakmu hanya karena kebersamaan," ujar Richard serius.

Sheryl menghempaskan tangan. "Apa yang kau bicarakan?! Jangan terlalu percaya diri bahwa aku menyukaimu!" sentak Sheryl mengelak. Menatap mata Richard begitu tajam. Lalu dia mengalihkan tatapannya kepada Shello.

"Kalian lanjutkan saja perencanaan kalian. Aku tak ikut bukan? Aku ingin istirahat saja!" Sheryl hendak beranjak dari ruangan tersebut.

Namun Richard menahan lengannya, mereka saling menatap untuk sejenak.

"I'm yours, Black Swan. And you're mine. Remember it!" desis Richard.

Sheryl tersenyum. "Really?" tanyanya mendapat anggukan dari Richard.

"It's true," jawab Richard.

"Oh. . . I was very impressed," puji Sheryl tersenyum tipis. Membuat Richard ikut tersenyum.

Namun sedetik kemudian wajahnya berubah menjadi dingin. "But, i dont care!" tandas Sheryl menghempaskan genggaman Richard dengan kasar. Dan berlalu meninggalkan ruangan tersebut.

Sedikit membanting pintunya hingga terdengar bunyi bedebum.

Richard tak berbalik badan sedikitpun saat Sheryl melewati dan menyenggol bahunya dengan kasar. Dia malah terkekeh seakan senang dengan perlakuan  Sheryl padanya.

"Hei… bujuk dia," pinta Shello.

"Nanti saja… biarkan dia merajuk. Kita lanjutkan misi kita dulu," ujar Richard.

"Hah! Aku tahu akan begini jika dia sudah memakai hatinya. Dan kau… Jangan pernah berniat mempermainkannya. Aku akan membunuhmu!" tukas Shello.

"Ck! Sekedar informasi… aku tak pernah merasa seyakin ini mengejar seorang wanita. She's very interesting. And I'm falling in love with her," ujar Richard dengan yakin dan berani menatap mata Shello. Seolah menunjukkan bahwa dia mengatakan kebenaran dari apa yang dia rasakan.

"Bagus kalau begitu… tapi aku tetap akan memantaumu… jadi jangan sampai kau melukainya!" ancam Shello.

"Siap kakak ipar!" seru Richard.

"Cih! Hentikan itu… aku sungguh jijik mendengarnya!" sergah Shello.

"Oh ayolah kakak ipar… jangan begitu terhadapku. Kau harus terbiasa dengan panggilan itu," goda Richard.

"Jika kau terus memanggilku begitu. Aku tak akan merestui!" ancam Shello.

"Kalau begitu aku akan membawa lari adikmu yang sexy itu…," balas Richard. Sambil membayangkan tubuh indah Sheryl menunjukkan wajah mesumnya yang tetap terlihat tampan.

Namun seketika… dia menghentikan kekehannya saat sebuah moncong pistol terarah kepadanya.

"Jika kau berani menyentuhnya dengan kasar! Aku akan membenamkan peluruku ke dalam tenggorokanmu!" ancam Shello.

"Ops…! Semoga aku tak kelepasan!" gumam Richard.

Suara tarikan pelatuk menghentikan kekehan Richard.

"Wow! Slowly, Shello… aku hanya bergurau," ujar Richard mengangkat kedua tangannya ke udara.

Shello menurunkan senjatanya walau tatapannya tetap terarah kepada Richard.

"Nah… Begitu baru bagus… lagipula jika kau menembakku, kau akan kehilangan kesempatan mendapatkan adik ipar tampan sepertiku!" celetuk Richard.

Membuat Shello kembali menaikkan pistolnya, namun Richard dengan cepat merebut dan membalikkan posisi.

Richard menyeringai saat dia berhasil merebut pistol dari tangan Shello dan mengarahkannya kepada wanita itu.

"Too slow, Shello… kau harus banyak belajar!" ejek Richard menyeringai.

Shello terdiam mengatupkan rahangnya menahan kesal.

"Kita lanjutkan besok... Selamat malam, Shello." Richard berlalu dari ruangan itu meninggalkan tatapan tajam kepada Shello.

**

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status