Share

Part 08

Sheryl memasuki kamarnya dengan perasaan kesal. Bukan hanya sekali Shello tidak melibatkannya dalam misi. Membuat Sheryl merasa bahwa Shello tak memercayainya.

Sheryl membanting tubuhnya ke atas ranjang besar di kamarnya. Dia menggunakan lengannya untuk menutup matanya. Dia memikirkan dirinya yang menjadi aneh.

"Mungkinkah aku hanya kesal karena Shello kembali tak mengajakku dalam misi?" Sheryl menggumam sambil menatap langit-langit kamarnya.

Atau aku cemburu karena Shello akan menggunakan Richard sebagai kekasih sandiwaranya untuk membuat Leonard keluar? batinnya bertanya.

Namun sedetik kemudian Sheryl menggeleng dan menepuk-menepuk keningnya. Merasa menjadi orang bodoh yang berpikir bahwa dirinya mulai menjadi melankolis karena seorang Richard.

Sheryl beranjak dari baringnya hendak menuju kamar mandi. Namun sekilas matanya menangkap bingkai kecil di dekat rak serbaguna.

Foto dirinya dengan Marco dan Shello bersama Leonard yang dipaksa ikut berfoto.

Sheryl mengingat jelas bagaimana dulu dia menyukai Marco. Namun selalu mendapat pengabaian. Dan Marco malah berusaha mendekati Shello.

Dia kembali mengingat Richard yang saat ini hendak dimanfaatkan Shello untuk misi gilanya. Memancing seorang Dowson menggunakan Dowson lain.

Sheryl berdecak kesal. "Cih! Sungguh memusingkan!" Sheryl mengambil bingkai kecil itu dan memasukkannya ke dalam laci.

Dia sangat ingin berendam dan mendinginkan otaknya yang hampir melepuh dengan kejadian hari ini.

Sheryl membuka seluruh pakaiannya dan memakai bathrobe-nya. Dia menuangkan wangi-wangian ke dalam bathup yang mulai terisi air. Mengeluarkan wangi yang begitu menenangkan.

Setelah semua persiapan berendamnya sudah siap. Dia membuka bathrobe meninggalkannya di lantai, lalu melangkah masuk ke dalam bathup.

Rasa hangat menyambutnya dengan aroma therapy yang begitu menenangkan. Sheryl mulai memainkan busa yang memenuhi bathup.

Hingga kegiatannya terhenti karena sebuah ketukan di jendela samping di dekat bathup.

Sheryl melihat bayangan tubuh seorang pria. Lalu suara berat orang itu membetulkan pemikirannya.

Sheryl hendak meraih bathrobenya. Namun pria itu kembali bersuara.

"Tenanglah, Sheryl. Aku tak akan menyakitimu. Aku ke sini untuk menitipkan pesan kepada kakakmu," ujar pria itu.

"Leonard… kau--kah itu?" tanya Sheryl mengerutkan keningnya.

"Ya. Sampaikan pada Shello… aku tak bisa keluar sekalipun dia menggunakan Richard. Aku akan keluar dari persembunyianku jika sudah saatnya," ungkap pria yang diketahui bernama Leonard Dowson.

"Baiklah…," jawab Sheryl. Lalu bayangan pria itu terlihat berbalik.

Namun terhenti dan menoleh. "Katakan padanya juga bahwa; aku merindukannya… dan sangat mencintainya," ujar Leonard lalu benar-benar pergi dari samping jendela kamar mandi Sheryl.

"Ya akan kusampaikan…," gumam Sheryl setelah sempat bergeming. Merasa kakaknya sangat beruntung, begitu dicintai seorang pria seperti Leonard.

Leonard sering mengajarkannya banyak hal. Bahkan kedekatannya tak jarang membuat Shello merajuk saat dulu mereka masih bersama-sama.

Namun Leonard dengan pesonanya sendiri, mampu membuat Shello mengerti akan sikapnya kepada Sheryl. Hanya sebagai bentuk perhatian layaknya seorang adik.

Sheryl terlarut akan kenangan tentang kebersamaannya dengan Leornard dan Marco saat dulu mereka sering berlatih dan berbagi ilmu bersama.

Hingga tak terasa air di dalam bathup-nya telah berubah menjadi dingin. Dia beranjak dari bathup menuju shower untuk membilas dirinya.

Sheryl kembali mengingat kedekatannya dengan Richard saat ini.

Mungkinkah seorang Richard akan memperlakukannya dengan istimewa? Seperti seorang Leonard yang melakukan sesuatu diluar pemikiran Shello. Mengingat keduanya adalah seorang keturunan Dowson.

Bolehkah Sheryl berharap demikian?

Suara ketukan di pintu kamar mandinya terdengar. Suara berisik dari pria yang sejak tadi berputar di dalam pikirannya memanggilnya tak sabaran.

"Black Swan… Mau sampai kapan kau berendam? Keluarlah, atau kau ingin aku yang masuk?" teriak Richard sembarangan.

Membuat Sheryl berdecak kesal namun di dalam hati kecilnya dia merasa senang dengan kedatangan Richard.

"Aku akan membunuhmu jika berani masuk!" ancam Sheryl. Sambil mengenakan bathrobe.

Sheryl keluar menggunakan bathrobe-nya dan mendelik kesal saat melihat wajah menyebalkan Richard berada di balik pintu kamar mandinya.        

"Minggir! Sebelum aku menendang masa depanmu!" tukas Sheryl.

Richard menyingkir secara teratur dan menutup pangkal pahanya yang terancam ditendang untuk kedua kalinya oleh Sheryl. Namun tetap menunjukkan seringaian yang menambah kadar ketampanannya.

Melihat Sheryl yang masih merajuk dengan hanya memakai bathrobe. Membuat Richard tak tahan untuk tak memaksa wanita itu agar menatapnya.

"Untuk apa kau ke sini?!" tanya Sheryl ketus. Sambil berjalan ke arah walk in closet.

"Tentu saja untuk tidur," jawab Richard ringan. Menuju ujung ranjang Sheryl yang terdapat sebuah sofa tanpa sandaran.

Dia menahan kedua tangannya ke belakang menumpukannya di atas ranjang menggunakan sikunya. Memerhatikan Sheryl yang memasuki walk in closet untuk memakai baju.

Dalam benaknya berujar…, untuk apa menggunakan baju, jika nanti aku akan membukanya lagi, batin liarnya menyeringai seperti iblis mesum.

Sheryl keluar dari walk in closet dengan pakaian tidurnya yang tipis dan seksi.

"Siapa yang mengizinkanmu untuk tidur di sini?!" tukas Sheryl.

"Kakakmu," jawab Richard.

Sheryl menatap tajam Richard yang menatapnya dengan mesum.

"Tak mungkin Shello mengizinkanmu! Keluar dari kamarku, sebelum aku—"

"Sebelum kau apa, Black Swan?!" Richard mendekat, menarik Sheryl dari belakang dan merengkuh wanita itu.

Dirinya sudah tak tahan, dia meraih tubuh seksi Sheryl. Paha mulus dan dada sintal yang terekspos seolah menggoda Richard untuk memeluk dan menyentuh bagian mulus tersebut.

"Lepaskan!" runtuk Sheryl kesal. Berusaha memberontak. Namun percuma….

"Never! Shello memintaku untuk tak berlaku kasar padamu, namun aku malah semakin gemas saat kau merajuk karena cemburu! Aku rela pelurunya masuk ke dalam tenggorokanku" balas Richard dengan suara yang parau.

Richard merapatkan tubuhnya dengan Sheryl yang berdiri di dekat meja serbaguna mendekati wajah cantik Sheryl yang begitu dikagumi Richard.

Perlahan namun pasti, Richard mendaratkan sebuah ciuman dan menaikkan Sheryl ke atas meja tersebut. Tangannya mengusap turun dari tali tanktop yang digunakan Sheryl. Lalu mendaratkannya di pingggang ramping Sheryl.

Memperdalam ciumannya hingga membuat Sheryl terlarut dan kembali jatuh ke dalam lubang yang sama.

Hasrat yang disalurkan Richard begitu kuat dan sulit untuk ditolak hingga meruntuhkan akal sehat Sheryl. Dan membawa ciuman tersebut semakin panas. Saling meraup dan melumat dengan tergesa. Membawa wanita itu ke ranjang, memangku Sheryl masih dengan pagutan yang semakin panas.

Richard semakin tak tahan dengan sentuhan kasar dari tangan Sheryl yang meremas rambutnya seakan gemas dengan apa yang kini terjadi.

Pagutan yang seakan semakin membakar hasratnya dengan membuka pakaian Sheryl. Seperti apa yang dipikirkannya barusan.

Richard langsung membanting tubuh Sheryl dengan kasar. Meremas semua yang menonjol di tubuh Sheryl.

Namun seakan semua itu tak ada puasnya, Richard menatap Sheryl penuh gairah. Memohon untuk mengizinkannya memasuki kembali dan menyatukan milik mereka yang sudah tak bisa ditahan lagi.

"Izinkan aku Black Swan… Aku janji akan bermain lembut," bisik Richard. Suara parau dan serak terdengar seksi ditelinga Sheryl.

"Touch me like you do, Silver Bullet!" desis Sheryl. Seakan dirinya telah pasrah dan menyerahkan seutuhnya kepada Richard.

Mungkin selama ini Sheryl berusaha menolak setiap ucapan Richard yang menurutnya hanya sebuah candaan. Tak pernah menganggap serius semua itu karena merasa takut.

Dia pernah mencintai seseorang… sangat mencintai pria itu. Namun penolakan terjadi, dan yang membuatnya semakin terpuruk adalah pria tersebut mencintai kakaknya sendiri.

Ingin marah dan membenci kakaknya… namun semua itu bukan salah kakaknya ataupun pria yang mencintai kakaknya. Melainkan salahnya sendiri yang tak bisa menahan perasaannya dan membiarkan perasaan yang sudah dia ketahui tak berbalas terus berkembang.

Hingga dirinya tersadar saat merasa sakitnya sebuah penolakan. Hal tersebut membuatnya membentengi dirinya begitu kuat. Tak membiarkan siapapun untuk mendekat dan menyentuh hatinya lagi.

Namun saat ini… Dia mengizinkan seorang pria yang baru dikenalnya, dalam hitungan bulan. Menyentuh hatinya… memasuki kehidupan pribadinya. Dan… mengambil semua yang berharga dari dirinya.

Seakan semua itu tak cukup… pria yang saat ini tengah menyatukan dirinya itu menghancurkan pertahanannya dengan membuang harga dirinya yang dikenal begitu misterius.

Sheryl merasa lemah di hadapan Richard. Pria yang diakuinya sungguh keturunan seorang Dowson yang begitu dominan.

Genggaman erat dari Richard yang menyatukan dirinya terasa begitu memabukkan dan meng-hipnotis Sheryl untuk terlihat lemah dan hanya bisa menikmati setiap hujaman yang dilakukan Richard.

Milik Richard yang terasa penuh di dalamnya semakin membuatnya terhanyut dan tak ingin segera menyudahi semua itu.

Hingga gesekan yang semakin cepat, membawanya dalam nikmat yang mampu menciptakan desahan yang tak tahan untuk diloloskan.

Richard menciuminya dengan lembut namun tetap menggoyangkan pinggulnya. Tak ingin menghentikannya walau hanya sebentar.

Hingga dirinya hendak menyusul Sheryl dan mempercepat gerakannya. Membawa Sheryl kembali merasakannya. Dan erangan serta desahan bersautan dengan napas yang menderu memenuhi ruang kamar Sheryl.

"Hah… Hah… i love you… black swan. Falling all in you. I promise I'll take care of you," bisik Richard menatap Sheryl.

Tatapan yang berbeda dari sebelumnya... tatapan yang menyiratkan kesungguhan dengan apa yang dikatakannya.

Namun Sheryl tak mudah percaya walau dia sendiri sudah jatuh cinta kepada Richard. Dia meletakkan jari telunjuknya di depan bibir Richard yang begitu dekat dengan bibirnya.

"Jangan mengatakan sebuah janji… aku tak ingin berharap, aku hanya ingin kita menjalaninya sebagaimana waktu mengalir dan membawa kita entah kemana," bisik Sheryl secara gamblang.

Tak ingin ada komitmen, karena dia tak ingin berharap banyak.

"Kenapa? Apa kau tak mencintaiku?Hanya sebatas ingin bersenang-senang denganku?" tanya Richard. Menunjukkan kekhawatirannya.

Dia tak pernah merasa sedalam ini mencintai seseorang, menggilainya hingga dia tak bisa berhenti memikirkan wanita yang berada di dekapannya saat ini.

"Aku pernah mencintai seseorang… namun aku terluka. Aku merasa tak layak dicintai, maka dari itu aku hanya ingin… menjaga hatiku untuk tetap seperti ini. Aku tak ingin terburu-buru menyimpulkan perasaanku. Aku tak ingin terlihat lemah karena cinta. Aku tak ingin kembali dianggap remeh oleh Shello." Sheryl berujar jujur. Menyuarakan hatinya yang masih takut mengungkapkan perasaannya.

"It's okay… I'll wait for you, until you are ready to love." Ucapan Richard yang begitu menenangkan membuat Sheryl bersyukur.

Tak ada paksaan seperti yang biasanya dilakukan Richard sejauh ini.

"Thank you, Silver Bullet. Aku akan memanggilmu begitu. Bolehkah?" tanya Sheryl mendongakkan kepalanya sambil mengelus lengan Richard.

"As you wish, my black swan. Tidurlah…." Richard mengeratkan pelukkan dan mengusap daun telinga Sheryl.

Aku berjanji akan membuatmu percaya bahwa kau layak dicintai… Dan sangat layak mendapatkan cintaku, Sheryl -my black swan-. Richard membatin dan ikut memejamkan matanya.

**   

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status