Share

Part 06

Suasana open house di halaman belakang rumah Bradley Bob, terlihat cukup ramai. Walau waktu baru menunjukkan pukul setengah tiga sore.

Acara minum teh sederhana dengan kudapan berbagai macam kue tertata rapi dimeja panjang dengan hiasan dan dekor sempurna seperti kudapan para konglomerat.

Bradley Bob terlihat ramah dengan caranya menyambut dan berbicara bersama tamu-tamunya. Dia mengadakan acara tersebut untuk mempromosikan para model baru yang akan diumumkan di awal acara nanti pada pukul tiga sore.

Dave datang dengan setelan jas hitam dan kemeja berwarna senada. Dia menghampiri Bradley untuk menyapa, serta memberi selamat.

       "Hai... Bob, Congratulations," ujar Dave.

"Oh... Handsome boy... Akhirnya kau datang juga. Aku akan memperkenalkan kau dengan timku. Mereka akan bekerja sama denganmu. Aku tahu, setelah kemarin kau masih sedikit canggung dengan mereka, kali ini kau harus benar-benar mengenal mereka. Tujuanku agar kau nyaman melakukan pekerjaanmu. Kau tahu Mose... Aku tak menganggapmu bekerja denganku. Tapi aku-lah yang meminta bantuanmu." Bradley menjelaskan sambil mengarahkan Dave berjalan menjauh dari taman.

Dia merangkul pundak Dave dan membawa Dave ke dalam rumahnya. Dimana beberapa modelnya sedang berkumpul mempersiapkan diri untuk tampil dan diperkenalkan oleh beberapa orang penting yang bergelut dibidang entertaint.

"Jangan berkata seperti itu. Anggaplah aku sama seperti tim pekerjamu," ujar Dave tak enak hati.

"No... No... No, Mose. Aku mengenalmu karena bakatmu. Lalu ternyata ayahmu -Marvin- adalah orang penting dalam bisnisku. Jadi aku tak akan menganggapmu begitu. Jika kau merasa sungkap. Anggaplah aku rekan bisnismu. Tapi, aku ingin kau tetap bekerja sama dengan tim. Bersosialisasilah dengan mereka.

Karena kau akan bertemu hampir disetiap pekerjaan yang ada. Aku ingin kau merasa nyaman melakukan hobbymu," ungkap Bradley panjang lebar.

Mereka sudah memasuki ruangan khusus yang memang disediakan Bradley untuk acara di rumahnya.

"Excuise me...! Bisa berikan perhatian kalian padaku," teriak Bradley.

Seluruh kru kamera yang merekam beberapa model untuk dokumentasi acara tersebut, mulai mengalihkan kameranya ke arah Dave dan Bradley berdiri di dekat pintu.

Beberapa penata rias dan juga model turut menghentikan kegiatan mereka. Lalu mengalihkan perhatian mereka, Seperti apa yang diminta Bradley.

"Okay... Terima kasih. Well... Kalian pasti sudah bisa menebak, siapa pria di sampingku ini. Bahkan mungkin kalian sudah bertemu dengannya kemarin. Walau aku belum memperkenalkannya secara resmi. Dan sekarang aku ingin kalian mengenalnya dan sekiranya kalian bisa bekerja sama dengannya. Dia adalah sahabatku Dave Mose Williams," ungkap Bradley.

Saat Bradley sedang melakukan pidatonya. Mata Dave tertuju kepada Clara yang juga sedang menatap ke arahnya.

Clara memasang wajah yang begitu menyebalkan bagi Dave. Ditambah dengan gerakan bibir Clara yang berkata 'Mousie' sambil menjulurkan lidahnya keluar.

Setelah itu Clara malah mengabaikan penyambutan yang sedang Dave lakukan setelah diberikan sedikit waktu dari Bradley untuknya bicara.

Clara dengan sengaja malah melakukan selfie sambil memajukan bibir yang telah dipoles dengan lipstik berwarna merah terang.

"Apa Dave tak menarik perhatianmu? Hingga kau mengabaikannya dan malah melakukan selfie?" tanya Bradley berbisik tepat di samping Clara.

Clara terkejut dan ponselnya melayang di udara. Lalu hampir jatuh ke lantai jika dia tidak sigap menangkapnya.

Seluruh pandangan mata yang ada di sana. Tertuju kepadanya, membuat Clara meringis meminta maaf.

Clara menunduk hingga tatapan orang-orang kembali terarah kepada Dave. Walau Clara tahu, Dave sengaja meminta Bradley mendatanginya untuk membuatnya malu.

Kini Clara dengan berani menatap Dave sambil terus mengejek Dave dengan bibir yang bergerak mengatai Dave dengan sebutan 'Mousie'.

Hingga Dave selesai berbicara dan Bradley mengakhiri sesi perkenalan Dave kepada tim pekerjanya.

Mata Dave masih menatap tajam Clara yang juga melakukan hal yang sama. Hingga Bradley kembali mengajak Dave keluar, dan berkenalan dengan rekan bisnis lainnya.

-

Waktu tepat menunjukkan pukul tiga sore. Bradley menaiki panggung kecil yang sudah disiapkan oleh event organize.

Bradley memulai acaranya dengan mengucapkan kata penyambutan serta ucapan terima kasih kepada para tamu undangan.

Sementara di dalam rumahnya... ke duapuluh modelnya sudah berbaris untuk bersiap keluar saat mereka di panggil.

Para model itu sudah siap diperkenalkan untuk menarik perhatian para pengusaha yang hendak men-sponsori dan mau bekerja sama untuk memakai jasa modeling mereka sebagai brand ternama.

Dan jika mereka bisa membuat pengusaha tersebut tertarik. Kemungkinan namanya akan melambung naik, dan akan dipakai menjadi model diperusahaan besar lainnya.

Bradley selesai memberikan sambutannya. Lalu dia mempersilahkan ke dua puluh modelnya untuk masuk bergabung ke dalam acara.

Kedua puluh model itu terbagi menjadi dua. Yakni; sepuluh model pria dan sepuluh model wanita.

Masing-masing memiliki model utama. Jika dibagian model wanita, Clara-lah yang menjadi bintangnya. Dibagian pria... Bradley juga mempunyai jagoannya sendiri. Dia menemukan pria yang berasal dari Argentina. Dengan garis wajah yang tegas dan tubuh yang begitu terpahat sempurna.

Kedua puluh modelnya sudah berbaris rapi berpasang-pasangan. Termasuk Clara yang jelas dipasangkan dengan model utama pria yang bernama Diego Castiel.

Terlihat tangan Diego melingkari pinggang Clara begitu dekat dan seakan tak mau melepaskan walau sesi pengambilan gambar mereka telah selesai. Bahkan beberapa model lain sudah mulai beranjak dan berhambur untuk mengikuti Bradley yang akan membawa mereka berkenalan langsung dengan pengusaha ternama.

Clara melepaskan tangan Diego dari pinggangnya. Lalu tersenyum menampilkan deret giginya.

"Maaf... Aku merasa tak nyaman. Profesional-lah dalam bekerja!" sarkas Clara.

"Ck! Bukankah dengan berakting mesra, akan banyak pengusaha yang merekrut kita untuk bekerja sama?" tanya Diego.

Clara mengerutkan keningnya bingung.

"Kau pikir aku melakukan itu karena menyukaimu?! Jangan karena kau pilihan Brad. Lantas membuatmu menjadi sombong. Aku melakukan hal itu agar mereka melihat kita dan mau bekerja sama dengan kita," ungkap Diego.

"Tapi jika kau tak ingin... Tak masalah. Sembilan model wanita lainnya menantiku untuk mendekati mereka. Jadi... Selamat berjuang sendiri!" tukas Diego.

Lalu pria itu menjauh dan benar saja apa yang dikatakan Diego. Telihat dua model wanita lainnya mulai mendekat. Diego merangkul kedua pinggang wanita tersebut.

Clara mengerutkan keningnya tak percaya, lalu menggeleng saat melihat tangan kurang ajar Diego yang semakin turun menuju bokong kedua wanita langsing yang malah terlihat senang dengan perlakuan berengsek Diego.

"Cla! Kenapa kau melamun?" tanya Maggie. Dia juga sempat memperhatikan tingkah berengsek Diego yang hendak melakukan hal tersebut kepada Clara.

Namun belum sempat Maggie tiba di hadapan Diego. Clara sudah bisa mengatasi pria yang berasal dari Argentina tersebut.

"Hah... Aku tak percaya dia berani melakukannya di sini. Ayo Mag.. Kita cari makanan," ajak Clara.

Maggie mencubit pinggang Clara hingga wanita itu memekik kesakitan.

"Ouch! Sakit Maggie! Kenapa kau mencubitku?" tanya Clara.

"Apa isi kepalamu hanya ada makanan? Lihat model lain! Mereka hanya minum dan berbaur dengan beberapa perancang busana serta pengusaha besar agar menjadi brand ambasadornya," tukas Maggie menjelaskan alasannya mencubit Clara.

Clara melihat ke sekelilingnya. Dan benar kata Maggie, teman-teman model lainnya mulai berbincang dengan beberapa pengusaha besar.

"Apa aku harus melakukan hal yang sama?" pertanyaan bodoh itu keluar dari bibir Clara.

"Ah ya ampun... Bagaimana bisa kau mengatakan pertanyaan bodoh!" sergah Maggie.

"Aku... Hanya tak terbiasa menjilat seperti mereka. Lihatlah... Mereka seperti memakai topeng. Contohnya Vannesa... Selama ini dia tak pernah bicara dengan model lain. Bahkan untuk tersenyum saja, sangat jarang dia lakukan. Apa kau lihat saat ini dia sedang tertawa dengan seorang pria tua dengan cincin batu yang hampir memenuhi jarinya. Bukankah itu berarti saat ini dia hanya memakai topeng?" Clara berbisik kepada Maggie.

Mereka berjalan mengambil minuman sambil memperhatikan model lain yang sedang beraksi.

"Kau benar... Tapi kau tak harus menjadi sepertinya, bukan? Menyapalah dan bicara seperti biasa. Aku rasa itu dinamakan bersosialita. Apalagi kau memang membutuhkan mereka agar mau bekerja sama memakai jasamu," tutur Maggie.

Clara hanya mengangguk sambil sesekali meminum jus jeruk yang diberikan Maggie.

"Bagus kau mengerti. Jadi... Mulailah sekarang!" Maggie berujar cukup keras.

Membuat Clara tersentak, karena tatapannya teralihkan kepada Dave yang sedang bicara dan tersenyum kepada beberapa pengusaha muda yang begitu cantik dan elegan.

"Ah! Astaga... Kau bisa bicara pelan-pelan Mag. Aku tak tuli!" protes Clara.

"Kau tak tuli, tapi kau mulai rabun karena Dave! Kenapa kau memperhatikannya?!"

"Aku tak memperhatikannya... Aku hanya...."

"Hanya apa?!" sergah Maggie.

Clara kebingungan untuk mengeluarkan alasan lain. Dia sendiri tak tahu kenapa harus memperhatikan Dave begitu lama.

"Ah...! Sudahlah. Ayo ikut aku. Kau memang tak bisa ditinggal sendiri!" ajak Maggie.

"Maggie... Tapi aku lapar. Kau tak memberiku makan sejak pagi," rengek Clara.

"Kau sudah makan dua mangkuk salad tadi pagi. Dan kau masih mengeluh lapar, bahkan menuduhku tak memberimu makan?!" tukas Maggie.

"Bagiku itu kurang. Di sini banyak kue... Bolehkah aku memakannya satu?" tanya Clara.

Dia hendak mencomot kue kering dipiring yang tersaji di meja panjang.

"Aw! Sakit Mag!" pekik Clara.

Tangan mungilnya dipukul oleh Maggie yang melarangnya makan kue.

"Di dalam kue ini terkandung banyak gula! Kau tak boleh memakannya!"

"Hah! Kau menyebalkan Mag! Kau tahu aku akan limbung jika kelaparan!" protes Clara.

"Aku sangat tahu. Dan kau akan bodoh jika kekenyangan! Ayo... Ikut aku. Jika kau berhasil mendapatkan beberapa pengusaha yang mau bekerja sama denganmu. Aku akan membawamu makan di restoran all you can eat!" tekad Maggie.

"Seriously?" tanya Clara dengan mata berbinar.

"Ya... Maka dari itu. Menurutlah!" Maggie kembali menarik Clara.

Wanita itu akhirnya menurut dan mengikuti langkah Maggie yang mulai mendekati beberapa perancang busana serta pengusaha lain yang sedang berkumpul bersama Bradley.

-

Dave memperhatikan pergerakkan Clara yang sedang diperkenalkan Bradley dengan pengusaha muda dan tampan.

Wajah Clara terlihat berseri saat pengusaha muda itu sedang menjabat tangannya.

Cukup lama Dave memperhatikan Clara yang seperti salah tingkah.

Hingga sebuah suara menyadarkan dia dari pengamatannya kepada Clara.

"Baiklah... Dave. Sampaikan salamku pada ayahmu -Marvin-," ujar seorang pengusaha wine yang mengenal Dave sebagai anak Marvin.

Dave mengangguk dan tersenyum ramah. Lalu tatapannya kembali terarah kepada Clara.

Saat ini Clara sudah ditinggal berdua dengan pengusaha muda tersebut. Maggie yang sejak tadi ada. Entah kemana tiba-tiba menghilang. Sementara Bradley mulai bicara dengan rekan bisnis lainnya.

Clara merasakan tatapan seseorang yang begitu tajam memperhatikannya. Lantas dia menoleh kearah dimana Dave-lah yang menatapnya.

Namun saat Clara menemukan Dave. Pria itu mengalihkan tatapannya dan melengos menjauhi Clara.

"Ck! Dasar Mousie!" gumam Clara.

"Apa?" tanya pengusaha muda bertubuh tinggi itu.

Clara tersentak tak sadar jika dia sedang bersama orang penting. "Ah... Bukan apa-apa," jawabnya tersenyum manis.

"Kau begitu manis dan lucu. Aku rasa... Aku tertarik denganmu," ujar pria berjas biru tersebut.

"A...apa?"

**

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status