Share

Part 01

—01—

Dave berjalan sedikit sempoyongan di koridor hotel. Terlihat dari cara berjalannya yang tak beraturan dengan menabrakkan tubuhnya ke dinding kamar hotel.

Lalu sesekali ia terkekeh saat jalannya tak bisa kembali benar. Namun dia tetap berjalan menjauh dari kamar yang sempat dimasukinya bersama seorang wanita yang hendak memanfaatkan keadaannya yang setengah mabuk.

Bukan karena minuman yang ditenggak Dave saat di Club. Namun sebuah pil yang sempat dimasukan Penelope ke dalam mulut Dave.

Beruntungnya Dave menahan pil itu di bawah lidah. Dan hanya sedikit yang terlarut dari pil yang kemungkinan bisa membuat orang tertidur dalam sekejap.

Sebelumnya sesuatu hampir terjadi pada Dave untuk kesekian kalinya.

Jari lentik seorang wanita yang tak lain seorang Penelope hendak memanfaatkan keadaan Dave untuk menjadi tenar.

Setelah perpisahannya dengan sang kekasih... seorang Dave Mose William. Terlihat semakin berkharismatik dengan gaya memimpin perusahaannya yang begitu tegas dan membuat banyak orang berani menanamkan sahamnya di perusahaan agency model yang dimilikinya.

Hingga tak jarang beberapa model wanita, banyak yang mendekati dan berusaha menjadi kekasih dari Ceo Mose Entertain. Mulai dari cara yang baik seperti mencari perhatian... Sampai dengan cara yang ekstrim seperti yang tengah dilakukan wanita yang sedang membuka kancing kemeja Dave.

Penelope yang terlihat begitu seksi dengan tubuh yang hanya meninggalkan lingerie di tubuh rampingnya. Berada di atas tubuh Dave yang terbaring sambil menciumi aroma alkohol yang menyengat tercium dari bibir seksi Dave.

Bulu dada dan otot keras milik Dave menyambutnya dan menantangnya untuk terus membuka kancing-kancing lainnya yang begitu menggemaskan untuk segera dilepaskan dari tubuh pemiliknya yang seksi.

Tangan lentik dengan cat kuku berwarna merah menyala itu meraba dada berbulu Dave dengan perlahan dan gerakan menggoda. Hingga menyisakan tiga kancing kemeja di bagian bawahnya.

Namun wanita yang bertindak seperti seorang jalang itu sepertinya terlihat tak sabar. Dan dengan kedua tangan yang baru saja meraba dada Dave... hendak merobek kemeja Dave dengan paksa karena merasa tak tahan.

Sayangnya gerakannya terhenti saat kedua tangannya dipegang secara tiba-tiba oleh pemilik tubuh seksi tersebut.

Masih dengan mata tertutup rapat. Dave membuka mulutnya dan berkata begitu sadis kepada wanita di atasnya itu.

"Menggunakan cara licik seperti ini tak akan membuatmu naik daun, bitch!" tukasnya.

Dave membuka matanya, dengan tatapan yang begitu tajam. Ia melepaskan genggaman tangannya sambil kembali menukas.

"Get down from me!" hardik Dave.

Membuat Penelope beranjak turun dari atas tubuh Dave dengan wajah pucat seperti ketahuan mencuri.

Dave bangun dari baringnya... sambil mengancingkan kembali kemejanya... ia menatap sinis wanita yang terdiam di sudut ruangan. Tertunduk malu karena tingkah jalangnya barusan.

"Kau adalah wanita kesekian yang berusaha melakukan hal licik seperti ini!" Dave menatap jijik Penelope yang semakin menunduk malu dengan keadaannya.

Dave melangkah mengambil jasnya yang tersampir di sofa.

"Heh... sungguh malang. Aku menunggu pembatalan kontrakmu dari agency!" tukas Dave sambil mengenakan jasnya.

Lalu ia melangkah menuju pintu dan meraih gagang pintu kamar hotel tersebut. Ia menghentikan niatnya dan menatap sekeliling ruangan yang terlihat begitu kecil untuk ukuran hotel.

"Cih! Kau bahkan hanya membawaku ke tempat murahan seperti ini!" Dave lagi-lagi menukas begitu sarkas.

Lalu dia benar-benar keluar dari pintu kamar hotel tersebut.

Dave menaiki mobil sport berwarna putih yang terparkir di depan lobby utama hotel tersebut. Dengan kepala yang masih sedikit pusing. Ia berusaha dengan keras untuk fokus mengendarai mobilnya kembali ke rumahnya.

Kesuksesannya selama beberapa bulan setelah berpisah dengan Clara Davonna Dawn... nyatanya tak membuat malamnya indah seperti kariernya sebagai pemilik satu-satunya Mose Entertain yang begitu dikenal di Manhattan.

Namun sayang... Dirinya tak tertarik untuk membawa salah satu dari sekian banyaknya model yang tertarik dengannya untuk masuk ke dalam hatinya. Bahkan hanya untuk sekedar menghangatkan ranjangnya saja.... Dirinya tak membiarkan satupun wanita ke dalam hidupnya lagi.

Walau sikapnya begitu meyakinkan wanita yang hendak mendekatinya. Bertingkah manis saat di awal... namun selalu diakhirinya dengan ucapan sarkas yang membuat siapapun sakit hati saat mendengarnya.

Maka dengan itu dirinya mendapat predikat sebagai... the lady killer.

Mobil Dave melaju seketika itu juga, membelah jalanan dengan cukup kencang karena dia sungguh ingin melemparkan tubuhnya ke atas ranjangnya yang nyaman namun dingin dan sunyi tanpa pernah ada penghuni di sampingnya.

***

Sydney

19.00

Suara gaduh terdengar dari sebuah ruangan yang disulap menjadi arena tarung dua orang wanita....

Ruangan yang dipenuhi dengan gaun-gaun indah itu telah berubah sedikit karena sesuatu tengah terjadi di sana.

Demi menyembunyikan kegiatan yang tak ingin diketahui oleh publik... semua itu dilakukan oleh pemilik butik tersebut untuk melatih seorang wanita rapuh yang ingin menjadi tangguh dan kuat demi menjaga dirinya sendiri.

Clara Davonna Dawn... wanita yang berniat melatih diri untuk menjalani kegiatan bela diri. Demi bisa menjaga dirinya, berubah menjadi wanita yang tak lagi bergantung kepada siapapun.

Setelah kejadian perih yang terjadi antara dirinya dan pria yang dicintainya kandas karena kesalahannya. Kini ia berusaha untuk menjadi lebih tangguh. Demi menjaga dirinya agar bisa menjadi lebih baik untuk pria yang ia cintai.

Napas yang terengah-engah terdengar keluar dari bibir Clara. Dia kembali mengusap pelu air bening di keningnya.

"Kau lelah? Ingin beristirahat sejenak?" tanya pemilik butik -Niana Zanetta Guerro-.

Clara menggeleng... ia kembali berdiri tegak, mengepalkan kedua tangannya di depan dadanya.

"Tidak. Aku tak ingin menyia-nyiakan waktu dan usahaku datang ke sini. Aku ingin menjadi sepertimu Niana," tekad Clara.

Niana tersenyum, mengingat betapa keras kemauan wanita di hadapannya. Dia melangkah mendekat sambil membuka kain putih yang terlilit di telapak tangannya.

"Aku rasa sudah cukup untuk hari ini, Cla. Kau sudah cukup banyak kemajuan. Jika kau ingin menjadi tangguh, kau juga harus menjaga kesehatanmu," ujar Niana.

Membantu Clara melepaskan lilitan kain putih di telapak tangan wanita itu. Setelah itu ia berjalan menuju sofa yang terdapat air mineral di atas meja di sampingnya.

"Kudengar dari Maggie, kemarin kau sempat ke dokter karena merasakan sakit di perut, apa sudah baik-baik saja?" tanya Niana.

Sambil melemparkannya satu botol air minertal untuk Clara yang berjalan mendekat, dan dengan cekatan wanita itu menangkap air mineral tersebut.

Keduanya menenggak air bening itu hingga tandas. Sepertinya mereka memang harus beristirahat sejenak. Ditambah keadaan diluar gedung sudah banyak lampu jalan yang menyala, menandakan hari sudah mulai gelap.

"Aku sudah baik-baik saja... Terima kasih untuk hari ini, Niana. Kau memang wanita hebat. Kau memiliki kehidupan sempurna, dan begitu mandiri dengan segala yang kau miliki," ujar Clara.

Duduk di samping Niana, menatap ke salah satu gaun indah yang ada di sana. Menerawang seolah sedang membayangkan sesuatu yang indah dengan gaun tersebut.

Niana memerhatikan arah pandangan Clara... ia tersenyum dan mencoba berbagi pengalaman hidupnya yang juga sempat jungkir balik sebelum menikmati hidupnya saat ini.

"Dulu aku juga mengalami hal yang sulit sebelum menikmati hidupku saat ini... kedua orang tuaku meninggal... lalu aku disiksa oleh ibu tiriku," ungkap Niana.

Clara menoleh menyimak kisah Niana yang mungkin bisa dijadikan pelajaran bagi hidupnya saat ini.

"Namun dari sanalah aku bertemu dengan Dennis -ayah si kembar-. Oh kau mau melihat mereka? Usia mereka sudah enam tahun saat ini," ujar Niana.

Wanita yang ahli dalam mendesain gaun itu, mengambil ponsel dari tasnya. Lalu mencari foto kedua anaknya.

"Ini... Oliver dan Valerie. Mereka kembar. Namun Oliver begitu menjaga Valerie. Dia merasa bertanggung jawab dengan adiknya," jelas Niana.

"Mereka lucu... aku yakin mereka akan tetap saling menjaga hingga dewasa nanti," ujar Clara.

"Kuharap begitu... lihat ini, anak laki-laki ini, adalah anak sahabatku. Mereka juga kembar, Raizel dan Kyle. Mereka sering bermain ke rumah, lalu ini sepupu mereka... Skyla, Summer, Arthur dan Athena. Aku senang jika rumahku ramai," ungkap Niana.

"Pasti rumahmu tak akan sunyi jika seperti itu," kata Clara berkomentar.

"Ya... Persahabatan kami masih terjalin cukup erat. Jadi kami sering berkumpul, sekaligus membiarkan anak kami bermain bersama.... Namun yang kutakutkan... pergaulan mereka hanya akan berputar antara kedelapan anak ini. Semoga mereka akan tetap akur hingga dewasa." Niana berharap walau hatinya khawatir jika anak-anak itu akan terjebak dalam satu putaran perasaan.

"Well... bagaimana denganmu? Ceritakan sedikit kisahmu?" tanya Niana.

"Tidak... kisahku menyedihkan. Kau juga pasti sudah mendengarnya dari Maggie." Clara menolak untuk membuka kisah pahitnya.

Dia menunduk tersenyum miris seolah menutupi perasaannya.

"Oh dear... be strong! Semua kisah manis selalu diawali dengan kepahitan. Kau harus bisa menjalaninya dengan kuat. Aku yakin... semuanya akan berlalu, kebahagiaan sedang menantimu, Cla. Jangan takut untuk melangkah," tutur Niana.

Mengusap punggung Clara dan tersenyum. Clara merasakan kehangatan dari Niana. Wanita yang dianggap seperti kakaknya itu sungguh dewasa dan bijaksana. Padahal jelas usia Niana lebih muda darinya.

"Terima kasih... aku akan berusaha melewatinya. Aku tak ingin mengecewakan orang yang menungguku dan telah banyak berkorban untukku, seperti Maggie...," ujar Clara.

"Niana juga, Cla," sahut sebuah suara.

Maggie mendekati kedua wanita yang sedang asik berbagi pengalaman itu. Ia mengambil duduk di samping Niana.

"Hah, kau berlebihan, Maggie. Aku senang bisa membantumu dan Clara. Semoga kelak kalian bisa mendapatkan kebahagiaan," tutur Niana begitu tulus.

"Terima kasih telah mengajari Clara, Niana... kau sangat berjasa saat ini," kata Maggie.

Niana hanya mengangguk dan tersenyum. "Aku tinggal kalian, aku harus segera pulang. Anakku pasti sudah menunggu," ujar Niana.

Clara dan Maggie mengangguk bersamaan sambil melambaikan tangannya.

Maggie menggeser posisi duduknya mendekat kepada Clara.

"Bagaimana, Matheus? Apa keadaannya membaik?" tanya Clara.

"Cukup baik. Semenjak dia mengetahui sikap ibunya yang tamak... dia menyesal telah banyak merugikan orang. Dan dia cukup depresi hingga mengurung diri di kamar. Namun hari ini dia sudah mau bicara denganku, dokter yang menanganinya bilang... itu sebuah kemajuan," ungkap Maggie.

"Hah... adikku yang malang. Semoga ia bisa pulih kembali. Lalu bagaimana dengan ibunya -Veronika-? Dia sudah ditemukan?" tanya Clara.

Maggie menggeleng. "Terakhir dia terlihat kembali ke Manhattan. Meninggalkan Matheus di sini... maka dari itu, ayahmu meminta kita untuk tinggal bersama. Tapi ibumu menolak," ungkap Maggie.

Helaan napas kembali terdengar di mulut Clara. Pasalnya bukan hanya masalah kehidupan pribadinya yang kacau. Melainkan kedua orang tua dan adik tirinya yang terlihat lebih kacau darinya.

Dan jangan lupakan Maggie yang juga baru saja mengalami kegagalan untuk kedua kalinya, disaat hari pernikahannya sudah di depan mata. Ia kembali mengalami hal yang sama. Yaitu ditinggalkan tunangannya, karena terlalu sibuk mengurus Clara.

Semua itu menambahkan beban pikiran Clara yang semakin rumit.

"Menurutmu, apa ibuku sekeras itu tak ingin tinggal bersama ayahku?" tanya Clara.

"Aku rasa, kau bisa membujuknya... kau adalah satu-satunya alasan ibumu ikut ke Sydney. Dia sangat ingin menebus waktunya bersamamu." Maggie berpendapat.

"Bagaimana maksudmu, Mag?"

"Tinggallah di tempat ayahmu, maka ibumu akan mengikutimu. Lagipula aku tak tega melihat Matheus yang melamun sepanjang hari. Biar bagaimanapun... dia adalah rekan bisnis terbaik selama aku menjadi manajermu, Cla," ungkap Maggie terlihat sama murungnya.

Namun Clara mencoba tersenyum untuk menghibur Maggie.

"Kalau begitu... malam ini antar aku ke tempat ayahku. Lebih cepat lebih baik, bukan?!" seru Clara antusias.

Demi menyatukan orang-orang terkasihnya... ia akan melakukan apapun.

Dia berharap bukan hanya ayah dan ibunya yang bersatu. Melainkan Maggie dan Matheus yang juga kemungkinan bisa bersama. Dan itu sudah terpikirkan di dalam benak Clara.

Selagi ia memulihkan hatinya... ia akan berusaha menyatukan banyak hati, agar semua orang di sekitarnya mendapatkan kebahagiaan.

Ya... setidaknya orang-orang disekelilingku harus mendapatkan kebahagiaan lebih dulu... kuharap kebahagiaan kita akan menyusul setelah itu, Mousie, batin Clara bertekad.

Kembali menatap gaun putih gading yang terlihat indah di hadapannya.

**

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nietha
lah terus apa gunanya ekting mabok kalo gk ngapa2in modelnya... aneh bnget, rugi waktu dong mna udh kehotel juga...... kirain bkal seneng2... hadechh2... ini nmnya kurang kerjaan...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status