Share

Part 04

—04—

Dave menggebrak-gebrak Stein yang masih tertidur di sofa ruang tamu apartemen asisten sekaligus detectif yang merangkap menjadi sahabat Dave. Lebih tepatnya... Teman curhat Dave selama beberapa tahun terakhir.

Well ... Bagaimana bisa Stein -sipemilik apartemen- malah tidur di sofa ruang tamunya?

Kembali lagi pada kenyataan, bahwa Dave adalah bosnya!

Setelah perdebatannya dengan Stein semalam ... Dave —pengungsi tak tahu diri itu. Meminta tidur di kamar Stein, dengan alasan ia lelah karena perjalanan panjangnya dari Manhattan menuju Sydney yang memakan waktu empat jam lebih lama dari penerbangan yang biasanya hanya mencapai duapuluh tiga jam paling lama.

Erangan dari mulut Stein terdengar menggerutu kesal. Bosnya yang satu itu memang tak bisa memberikan Stein sedikit jeda untuk bernapas sejenak dan menikmati tidurnya dengan tenang.

"Stein bangun! Jika kau tak ingin mengantarku ... Berikan kunci mobilmu!" tukas Dave.

Tanpa membuka mata, Stein menunjuk ke arah meja lalu membalik tubuhnya meringsek masuk ke sandaran sofa.

"Pergilah, jangan ganggu aku. Sebenarnya kau ini mau mempekerjakanku, atau menyiksaku! Dasar budak cinta!" tukas Stein.

Merutuk kesal karena semalaman ia diminta untuk merangkum semua kegiatan, alamat rumah dan sekolah anak yang bersama Clara selama masa pengintaiannya.

Dave sungguh menyiksanya untuk bekerja extra. Dasar bos laknat!

"Heh ... dasar pemalas! Pantas saja tak ada wanita yang mau dekat denganmu! Aku sumpahi kau akan menjadi budak cinta seorang wanita menyebalkan!" tukas Dave.

Memakai jas hitamnya dan bergegas keluar dari apartemen Stein.

Berbekal alamat rumah yang di tempati Clara dan sekolah kanak-kanak yang menjadi jadwal Clara mengantarkan bocah perempuan yang memanggil Clara mom.

Dave mengendarai mobil Stein dan mulai melaju menyusuri jalan yang masih sepi menuju ke tempat Clara.

Keadaan kawasan yang kental dengan bangunan tua menambahkan kesan horor saat Dave melewati jalan demi jalan yang masih sepi. Walau beberapa warga lokal  ada yang mulai keluar untuk lari pagi.

Setengah jam kemudian mobil hitam yang dikendarai Dave, berhenti dua rumah dari rumah yang dikatakan Stein sebagai tempat tinggal Clara dengan seorang laki-laki bersama bocah perempuan.

Dave memakai teropongnya untuk menyenterkan pandangan ke arah rumah minimalis bercat putih tersebut.

Terlihat seorang pria keluar dari rumah, memakai kacamata hitam dan langsung masuk ke mobil berwarna silver keluaran audi. Pria yang masih samar wajahnya terlihat langsung ke luar dari pelataran rumah yang memiliki gerbang otomatis terbuka dan tertutup melalui remote.

Dave sempat melirik ke arah mobil yang melintasinya, namun sial! kaca mobil itu terlalu gelap untuk memastikan siapa pria yang mengendarai mobil tersebut. Tak habis akal Dave memilih menunggu Clara dan membiarkan pria itu pergi.

Persetan siapa laki-laki yang kemungkinan besar memiliki hubungan dengan Clara.

Yang terpenting ... keyakinannya saat ini begitu kuat, bahwa; Claranya masih menunggunya. Dan ia akan membuktikan semua itu benar.

Maka dari itu ... disinilah ia, menatap gerbang besi berwarna hitam sambil bersandar di kap mobil yang sudah dipindahkan tepat di depan pintu gerbang sambil melihat jam di pergelangan tangannya.

Dave menghitung mundur saat mendengar suara wanita yang dinantikannya bicara dengan bocah yang terus berceloteh.

Debaran di hatinya terasa semakin kuat saat suara mobil dinyalakan mulai terdengar hingga ke telinganya. Di balik kacamata hitam ... Sepasang mata tengah terpejam sejenak, mengusap hidung mancungnya demi mengendalikan dirinya yang terlihat gugup.

Dave berdiri dengan tegak memasukan kedua tangannya di saku celana. Dengan keyakinannya ia menatap gerbang yang mulai terbuka.

Matanya menatap ke dalam mobil sedan berwarna hitam. Wanitanya di dalam sana ... sedang menoleh ke belakang, terlihat sedang bicara; menyuruh bocah tersebut untuk memakai seatbelt-nya dengan benar.

Hingga saat wanitanya hendak menjalankan mobil dan menoleh ke depan. Clara terkejut, sontak langsung menginjak pedal remnya.

Dengan kening berkerut dan alis yang melengkung rapi ... Clara bertanya pada dirinya.

"Who is he?" tanya Clara pada dirinya sendiri.

Menatap pria di hadapannya sedang membuka kacamata hitam dan menampilkan manik abu yang begitu dirindukannya.

Sama seperti sorot tajam yang menatapnya lekat. Dengan langkah yang begitu meyakinkan, pria itu mendekat dan berhenti tepat di depan mobilnya tanpa jarak sedikitpun.

"Come out, Cla!" desis Dave menukas.

Clara yang masih tercengang bahkan tak bisa menjawab pertanyaan Anggie yang bertanya siapa pria yang menghalangi jalan?

Clara seperti melihat hantu yang muncul di hadapannya ... dengan tangan bergetar, ia membuka pintu mobilnya.

"Mom ... telepon Daddy saja. Aku takut, apakah pria itu orang jahat," rengek Anggie.

Clara menoleh dan tersenyum."It's okay, Anggie ... Mom mengenalnya. Pria itu teman lama, Mom." Clara mencoba membuat Anggie tenang, "kau tunggu di sini," timpal Clara.

Lalu Clara keluar dari mobilnya. Kedua mata mereka bertemu, menatap dengan artian yang begitu tersirat akan kerinduan.

"Dave ...." Clara menggumam dengan lirih.

Tak percaya bahwa sosok yang dirindukannya berada di sana. Nyata ada di hadapannya ... Dunia terasa berhenti detik itu juga.

Sunyi dan hening seketika ..., hanya sapuan angin yang berbisik, menelisik melewati kulit wajahnya dan masuk ke dalam rongga dadanya. Menerpa serta melewati tengkuk hingga menerbangkan helaian rambut hitam gelombangnya.

Tak ada suara lain selain langkah pria yang sedang menuju ke arahnya. Suara sepatu yang terantuk beradu dengan lantai keramik.

Bahkan Clara tak mampu untuk melangkah sedikitpun dan membiarkan pria itu semakin dekat, sampai seketika ....

Suara tubuh yang saling beradu terdengar, hingga cukup menyadarkan Clara dari keteperangahannya.

Hangat ....

Kenyamanan yang dirasakannya dalam sekejap. Saat tarikan di tubuhnya membawa diri masuk ke dalam rengkuhan pria tersebut.

Disaat yang bersamaan, setetes air bening keluar dari matanya dan mengalir ketika matanya terpejam dan indera penciumannya menghirup aroma yang telah lama hilang darinya.

Namun semuanya masih sama. Kehangatan dari pelukan Dave membuatnya merasa kembali kepada masa lalunya. Hingga ia terlarut dan ikut memeluk erat pria tersebut.

"I miss you so much ... Cla," lirih suara serak pria yang memeluknya erat.

Clara bahkan tak dapat berkata untuk membalas dan mengungkapkan perasaannya yang menghangat dalam sekejap.

I miss you too, Mousie... really. Hanya hati yang mampu mengatakan hal tersebut.

Karena bibirnya masih tertutup rapat dan lidahnya terasa kelu untuk mengucapkan semua itu.

Dalam beberapa menit mereka saling memeluk dan membiarkan kedua hati yang berpacu menciptakan getaran hebat di tubuh masing-masing hingga mereda.

Dave melepas pelukan itu. Memegang kedua bahu wanitanya dan menatap begitu lekat. Berkali-kali Dave mengedipkan kedua matanya, demi menahan aliran panas yang mendesak keluar.

Ia tak ingin menunjukkannya, karena sesungguh... Dave sangat ingin marah pada wanita di hadapannya itu. Karena dengan lancangnya membuatnya menjadi pria terbodoh di dunia.

Mengharapkannya segera kembali, namun wanita itu malah menghilang bagaikan ditelan lapisan bumi paling dalam.

"Kau sungguh keterlaluan, Cla! Kau kemana-kan janjimu yang akan kembali. Dan mengatakan semuanya tak akan lama!" tukas Dave.

Menuntut penjelasan yang masuk akal. Mengikis jarak dirinya dan Clara, hingga wanita itu terkunci di samping pintu mobil yang tertutup.

"Dave ... aku—"

Dave memberikan tatapan mengerikan, antara rindu dan marah yang bersatu padu keluar melalui sorotan tajam dari netra abunya ... ia menunjukkannya tanpa sungkan di hadapan wanita yang tercengang dengan pertanyaan yang dilontakannya.

Wajahnya kian mendekat, hingga membuat hidungnya menyentuh hidung Clara.

Dave kembali berdesis dengan suara rendah yang tertahan. "Empat tahun, Cla! Apa itu yang kau maksud tak akan lama? Heh?!" Dave berdecih seolah menyepelekan penantiannya selama empat tahun tersebut.

"Dave aku bisa jelaskan, bisa kau berhenti mendesakku. Ada anakku di dalam mobil," balas Clara.

Menggerakkan kepalanya untuk menyuruh Dave menoleh ke samping, di mana terdapat Anggie di dalamnya.

Lalu Dave melirik ke dalam mobil Clara, dalam gelap ..., terlihat siluet seorang yang anak yang juga sudah diketahui Dave berada di sana.

Namun sesaat tadi dirinya sempat lupa bahwa bocah yang berada di dalam mobil itu menyaksikan adegan mengharukan yang dilakukannya terhadap Clara.

Jendela kaca mobil itu terbuka dengan perlahan, Anggie menolehkan kepalanya. Menatap kedekatan sang ibu dengan pria asing, membuatnya mengerutkan keningnya heran.

"Mom ... siapa dia?! Kenapa ia memelukmu dan sekarang kalian begitu dekat. Apa dia menjahatimu, Mom?" tanya Anggie dengan semua keluguannya.

Sontak Clara tersadar dan melihat jarak antara dirinya dan Dave memang terlalu dekat. Bahkan dengan santainya Dave menyandarkan lengannya ke mobil yang ada di belakang Clara.

Hingga membuat tubuhnya hanya berjarak satu sentimeter. Itu artinya mereka terlihat menempel walau tak terasa sampai ke dalam pakaian mereka.

Lantas hal tersebut membuat Clara secara spontan menginjak kaki Dave hingga membuat prianya berjingkrak, meringis kesakitan dan secara otomatis menjauh dari tubuh Clara.

Wanita itu menggunakan kesempatan tersebut untuk masuk ke dalam mobilnya, dan hendak menutup pintu mobil tersebut. Namun belum sampai tertutup, Dave kembali menahannya, dan menghalanginya menggunakan tubuhnya.

Sambil melipat kedua tangan di depan dadanya.... Dave kembali menuntut penjelasan.

"Siapa anak itu?!" tanya Dave.

"Dia Anggie. —Anakku—!" jawab Clara. Membuat Dave terdiam dengan sorot mata tajam menusuk ke manik biru Clara.

"Minggir, Dave! Aku harus mengantarnya ke sekolah. Dia akan terlambat," ujar Clara.

Mengabaikan tatapan menyeramkan dari Dave. Dan kembali hendak menutup pintu. Namun Dave enggan menggeser tubuhnya sedikit-pun.

Masih dengan tatapan yang sama, ia kembali melontarkan pertanyaan yang akan menentukan ia harus bagaimana.

"Siapa ayahnya?" tanya Dave.

Gerakan mendorong tubuh Dave terhenti ketika pertanyaan itu terlontar dari mulut Dave. Clara tertunduk tanpa berani menatap Dave yang memberikan tatapan mengintimidasi, yang menuntutnya harus menjawab.

Tak ada jawaban yang bisa di keluarkan Clara, ia hanya mengembuskan napasnya dengan kasar. Sambil kembali melanjutkan aksi menyingkirkan tubuh Dave dengan paksa.

"Minggir Dave! Aku tak ingin Anggie terlambat di hari keduanya sekolah!" tukas Clara beralasan. Wajahny memerah padam menahan marah dan takut secara bersamaan.

"Tell me, Cla ... who-is-the-Father?!" tanya Dave menekankan setiap katanya, karena geram dengan bungkamnya Clara.

Sambil menahan lengan Clara yang mencoba mendorong tubuhnya menjauh dari pintu laknat itu.

Clara menatap genggaman tangan Dave di lengannya ... dia mencoba tenang dan mendongakkan kepalanya, menatap ke dalam irish abu yang tersirat kemarahan di sana.

"Someone else ... Certainly not you!" tukas Clara. Masih dengan memberikan tatapan tajam kepada pria itu.

Lalu secara secara perlahan genggaman tangan Dave terlepas begitu saja, membuat Clara dengan mudahnya menyingkirkan tubuh Dave. Dan menutup pintu mobilnya ....

Lalu melaju menyerempet sedikit mobil yang diparkir oleh Dave di depan gerbangnya.

Meninggalkan Dave yang terdiam tanpa sanggup berkata apapun setelah mendengar kenyataan yang begitu menyakitkan.

Dave masih tercengang, mencoba menjernihkan pikirannya dengan mengusap kepala hingga wajahnya. Dengan geram dia melangkah ke mobilnya.

Menatap mobil Clara yang menjauh dan menghilang di belokan perumahan tersebut.

Dave membasahi bibirnya yang terasa kering hingga ia juga harus menelan salivanya demi menenangkan diri sejenak, mencerna kembali ucapan Clara.

Lalu meyakinkan dirinya bahwa semua ucapan Clara hanyalah omong kosong. Sambil menggeleng. Ia bergumam demi meyakinkan diri.

"That's ... impossible, i don't believe it, Cla! Itu adalah kebohongan terburukmu! Dan aku akan mencari tahu semuanya. Karena semua itu tak akan membuatku mundur sedikit-pun .... Tidak! Tanpa membawamu kembali!" tekad Dave.

**

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status