Alena selalu suka hari Rabu. Mungkin karena hari ini ada pelajaran seni musik dan ekstrakurikuler teater. Setelah beristirahat tadi malam, dia sudah tidak merasa pusing, dan badannya juga tidak hangat lagi.
Sampai di kelas, Alva tidak kelihatan. Mungkin dia agak telat, pikir Alena.
Sekitar satu menit sebelum bel masuk berbunyi, Alva melangkah masuk kelas, dan menyusul tepat di belakangnya... Farah. Alena merasa jantungnya mulai berdetak lebih cepat. Ia berpura-pura tidak melihat, dan mengajak Sania yang duduk di depannya mengobrol. Ia juga tidak menoleh waktu Alva duduk di sampingnya.
Pelajaran terasa berjalan sangat lambat, bahkan pelajaran seni musik pun tidak bisa menghiburnya. Ia merasa kesal pada dirinya sendiri. Sebaiknya tidak usah menduga macam-macam, ia berusaha menghibur dirinya sendiri.
Jam pelajaran terakhir sudah usai. Alena mengemasi tasnya. Ia masih belum berbicara dengan Alva sepanjang hari ini
Jumat pagi adalah saatnya olahraga bagi kelas Alena. Hari ini jadwal olahraga bebas. Alena dan Karin sudah membawa raket badminton mereka masing-masing. Mata Alena dari tadi mencari-cari Alva.Itu dia! Ternyata Alva sedang duduk di bangku taman, dekat lapangan voli. Sepertinya dia sedang asyik dengan pikirannya sendiri. Alena berjalan mendekatinya. Karin sudah asyik bermain badminton dengan teman-teman yang lain. Alva sudah menoleh lebih dulu sebelum Alena menyapa."Ayo, ikut main badminton...," ajak Alena. Ia duduk di samping Alva di bangku."Aku nggak punya raket..." Suara Alva terdengar pelan."Kenapa? Kamu kayaknya kurang semangat hari ini..."Alva memandangnya. "Karena ini hari Jumat. Besok kamu pulang ke rumah. Aku sendirian lagi."Alena tidak menyangka Alva akan berkata seperti itu. Sepertinya ini saat yang tepat."Kamu nggak perlu sendirian... Kamu mau ng
Om Andre tinggal sendiri di sebuah rumah, yang menurut Alena sangat unik. Om Andre seorang arsitek, jadi dia sendiri yang mendesain rumahnya. Rumahnya berbentuk seperti joglo, rumah adat Jawa, dengan bahan sebagian besar dari kayu. Halaman depannya luas dan terdapat pendopo, di sinilah ia biasanya menerima tamu. Rumahnya sendiri memanjang ke belakang, dan terdapat banyak kamar.Om Andre menyambut mereka dengan ceria. Om Andre adalah adik Papa yang bungsu. Alena selalu tidak mengerti kenapa Om Andre belum menikah, padahal ia sudah mapan, dan menurut Alena, Om Andre juga sangat baik dan menarik.Om Andre mengajak mereka duduk-duduk di taman belakang rumah, di situ ada kolam ikan yang cukup besar. Alena dan Alva asyik memberi makan ikan."Opa dan Oma kamu baik banget ya... Masakan Oma juga enak, aku tadi sampai makan banyak banget, semuanya enak sih...," komentar Alena sambil tertawa.Alva kelihatan ceria, matany
Semua siswa kelas XI SMA Scientia semakin bertambah sibuk di minggu-minggu menjelang pentas seni. Ada yang sibuk berlatih untuk tampil saat pentas seni nanti, ada yang ribut memikirkan kostum, ada pula yang masih bingung mencari pasangan seperti Karin. Lucky, yang diincar Karin untuk jadi pasangan, sepertinya tidak menyadari, walaupun Karin sudah berkali-kali memberi isyarat.Alena sibuk dengan latihan gamelan, yang akan tampil di hari pertama pentas seni. Begitu juga Alva, yang terus berlatih dengan permainan biolanya. Beberapa kali, Alva berlatih dengan Sir Johan, guru seni musik mereka, setelah jam pulang sekolah.Sementara itu, ujian akhir semester pertama juga sudah dekat. Mereka akan menjalani ujian satu minggu sebelum pentas seni. Dan itu berarti lebih banyak latihan soal, ulangan harian mendadak, belajar, dan belajar bagi semua siswa.Alena merasa jadwal sekolah semakin padat. Dia lebih jarang bisa menghabiskan sore b
Hari Jumat, hari pertama pentas seni. Kegiatan belajar mengajar ditiadakan. Pentas seni adalah acara tahunan bagi seluruh siswa di SMA Scientia, sedangkan Prom Night hanya khusus untuk siswa kelas XI.Acara pentas seni diselenggarakan di aula utama sekolah, yang terletak di lantai lima, lantai paling atas. Seluruh lantai lima khusus dibangun untuk aula dan ruangan penunjangnya, seperti ruang ganti, ruang latihan, ruang transit, gudang peralatan, ruang sound system, dan sebagainya.Hari ini, Alena dan Karin akan tampil. Acara dimulai jam delapan pagi, tapi dari jam lima pagi, mereka sudah bersiap-siap. Bersama teman-teman yang lain, mereka berganti kostum dan berdandan di ruang ganti.Alena memakai pakaian kebaya berwarna merah dan rok kain yang sudah disiapkan dari sekolah, sedangkan Karin memakai pakaian penari berwarna-warni. Ada guru pembimbing yang membantu mereka, tapi karena jumlah siswa yang banyak, tetap saja
Alena dan Karin sampai di pintu gerbang samping asrama. Di sana, sudah ada beberapa teman cowok, yang sepertinya juga menjemput pasangannya yang tinggal di asrama. Karin sudah bertemu Lucky. Lucky tampak gagah dengan tuksedo berwarna hitam dan kemeja putih.Mendadak Alena tertegun. Ia melihat Alva berjalan ke arahnya. Alva tampak sangat... Alena kehilangan kata-kata. Alva memakai tuksedo berwarna putih dengan pinggiran kerah berwarna gold. Vest yang ia kenakan di dalam tuksedo dan dasi kupu-kupunya juga berwarna gold. Ia seperti pangeran berkuda putih yang sedang menjemput putrinya. Alena tersenyum gugup pada Alva. Mata Alva terus menatapnya dengan lembut."Kamu cantik banget...," puji Alva dengan suara setengah berbisik, saat mereka sudah berdiri berhadapan.Alena semakin berdebar-debar. "Kamu juga gagah banget... Kayak pangeran...," Alena balas memuji.Mata Alva bersinar dan wajahnya terlihat berseri-seri. A
Alena terbangun jam lima esok paginya. Ia merasa tidak bisa tidur lagi, karena ingatan akan apa yang terjadi di Prom Night masih sangat kuat. Biasanya, ia baru bangun dan mandi sekitar jam setengah enam.Alena meraih ponsel di atas meja samping tempat tidurnya. Seingatnya, semalam setelah ia merekam Alva memainkan lagu pertamanya, ia tidak membuka ponselnya lagi, bahkan ia langsung tidur setelah capek mengobrol dengan Karin.Ada chat dari Mama semalam, menanyakan bagaimana acaranya. Alena segera membalas chat Mama, bercerita bahwa semalam sangat luar biasa. Ia tidak leluasa bercerita panjang lebar lewat chat, jadi ia berjanji akan menelepon Mama nanti sore, setelah pulang sekolah.Alena segera bangun dan mandi. Rasanya tidak sabar ingin segera ke sekolah. Saat berganti pakaian di kamar, matanya tertuju ke selempang bertuliskan 'Queen of Prom Night', dan buket bunga yang ia taruh di meja belajarnya di samping
Alena merasa hari-harinya jadi jauh lebih berwarna, dan ia selalu bersemangat untuk berangkat ke sekolah. Mungkin karena ia tahu akan bertemu dengan Alva. Mereka selalu bersama di kelas dan waktu istirahat. Begitu juga sepulang sekolah, kadang mereka mengerjakan tugas atau PR bersama di perpustakaan, kadang Alva mengajari Alena bermain biola di rooftop, atau sekedar berjalan-jalan di sekitar sekolah dan asrama.Teman-teman sekolah juga sudah tidak menyoraki mereka berdua lagi, sepertinya pasangan 'Alvalena' sudah menjadi lumrah di sekolah mereka. Karin tidak pernah keberatan, jika Alena jadi lebih jarang bersamanya. Sepertinya ia juga mulai dekat dengan Lucky, dan beberapa kali menghabiskan waktu dengan Lucky. Alena merasa Prom Night membawa berkat tersendiri bagi dia dan Karin.Setelah pentas seni berlalu, masih ada agenda selanjutnya yang menunggu, yaitu pentas drama musikal. Latihan diadakan mulai hari Rabu ini. Alva mengantar Al
Hari Sabtu tiba, hari yang dinanti-nanti Alena dan Alva. Papa dan Mama menjemput mereka di asrama sekitar jam enam pagi, lalu mereka langsung berangkat menuju Magelang.Sepanjang perjalanan, mereka asyik bercerita tentang banyak hal, tentang Prom Night, nilai rapor, rencana pentas drama musikal di sekolah, pentas di Prambanan, dan latihan dengan komunitas musik klasik yang mereka kunjungi semalam. Papa dan Mama saling berpandangan sambil tersenyum, melihat betapa antusiasnya mereka berdua.Mobil Papa tiba di depan rumah Alva sekitar jam sembilan. Opa dan Oma sepertinya juga sudah sangat merindukan kehadiran mereka. Mereka bersalaman dan berpelukan begitu bertemu.Kemudian seperti biasanya, Oma akan menjamu mereka dengan masakan yang lezat. Menu pagi itu adalah nasi megono. Selain itu, ada juga pie apel dan puding kelapa buatan Oma untuk menemani mereka mengobrol.Alena membawa sehelai syal kain tenun