Share

2. Flashback (1)

Suasana Pagi yang cerah membuat semua siswa begitu semangat, hari ini siswa tingkat akhir akan melakukan perjalanan studi tour ke area pegunungan. Banyak dari mereka yang membawa tas besar, baik itu berisi makanan maupun pakaian yang akan dipakai di sana nanti.

"Nasya? Apa kau membawa cemilan lebih?" tanya Ratu penuh harap, sangat di sayangkan karena ia tidak membawa tas cemilan yang sudah di siapkan semalam. Akan sangat terlambat jika Ratu kembali pulang untuk menjemput itu saja, bisa jadi ketika ia sampai di sekolah kembali maka bus sudah berangkat.

Gadis cantik nan imut itu mengangguk, "Iya. Aku bawa lebih, tenang saja. Aku akan membaginya padamu nanti Ratu sayang."

"Aaahh ... Terimakasih, aku sangat senang!" teriak Ratu memeluk tubuh Nasya yang lebih pendek darinya, hal tersebut membuat orang-orang menatap mereka berdua dengan sinis.

"Hei! Jangan berisik, kalian pikir ini hutan?!" bentak Rihanna yang sejak tadi merasa risih karena teriakan Ratu.

"Terserah kami dong, kau saja yang terlalu memperhatikan kami. Butuh perhatian bilang dong!" jawab Ratu dengan santai jangan lupakan nada mengejek dari caranya bicara.

"Sialan kau, awas saja ya ...." Rihanna berniat menghampiri kedua sejoli itu, akan tetapi langkahnya terhenti ketika Galen dan kedua sahabatnya berdiri dengan gagah.

Rihanna mendengus ke arah Ratu kemudian berlari kecil pada Galen, "Hai Galen." 

Pemuda itu hanya diam dengan tatapan datar, ia menjauhkan tubuhnya dari Rihanna. Seorang guru pembimbing berdiri di depan lapangan.

"Baiklah hari ini perjalanan kita akan segara di mulai. Apa kalian sudah mengambil absen sesuai yang Bapak katakan?" tanya Pak Eri lantang.

"Sudah Pak!" jawab siswa serempak.

"Oke, kalian ambil lot untuk duduk di ujung sana. Jangan sampai salah bus ya," ucap Pak Eri menunjuk ke ujung lapangan. Beberapa siswa berbaris menurut kelas masing-masing dan mengambil lot.

"Len, lo sama siapa duduknya?" tanya Abian menggulung kertas yang ada ditangan.

"Gua gak tau, gua duluan." Galen melenggang pergi ke arah bus yang menurut nya ia duduk di sana. Tak habis pikir kenapa Pak Eri harus mengacak tempat duduk.

"Galen kamu nomor berapa? Mana tahu kita duduk berdua!" pekik Rihanna menghadang tubuh pemuda tampan itu.

"Hei kau! Jangan menghalangi jalan kami!" teriak Devan keras, "Apa kau tidak ada pekerjaan lain sampai-sampai harus menganggu Galen!"

Rihanna menepi membiarkan Galen masuk dengan kedua temannya, pemuda itu tampak mencari tempat duduknya dan melihat seseorang yang tak asing di sana. Dengan langkah pelan ia berjalan.

"Eh?" kaget Nasya ketika Galen sudah duduk di sampingnya, gadis itu tampak salah tingkah karena harus duduk berdua dengan Galen. Siapa yang tidak salah tingkah ketika berhadapan langsung dengan orang yang begitu populer di sekolah.

"Nas ... oh tidak jadi." Ratu yang ingin meminta cemilan, menghentikan niatnya ketika melihat Nasya yang begitu memerah. Gadis itu langsung peka dan pergi meninggalkannya Nasya, "Selamat menikmati perjalananmu cantik!" 

Wajah gadis itu sudah semakin memerah, Galen yang berada di sampingnya pun hanya diam. Tak berniat menengok ke arah Nasya, bus mulai berjalan membawa mereka semua ke area pegunungan. 

****

Nasya dan Ratu menarik koper mereka masing-masing, mencari kamar yang sudah ditentukan oleh Pak Eri dan pembimbing lainnya. Gadis itu membuka pintu menggunakan kunci dan masuk ke dalam, kamar sederhana dengan nuansa indah menjadi kekaguman mereka.

"Lihatlah betapa indah kamar kita Nasya!" pekik Ratu senang, ia melempar koper dan menghempaskan tubuh ke atas ranjang, "Ayo coba ini Nas ...."

"Kau duluan saja, aku harus membereskan beberapa barang terlebih dahulu," jawab gadis pendek nan imut itu, tangannya menarik ikat rambut dan mengikat rambut hitam panjang miliknya ponytail. 

"Kenapa kau sangat cantik ketika mengikat rambut?" tanya Ratu yang terpesona dengan tampilan sahabatnya sekarang. 

"Jangan berlebih-lebihan begitu Ratu," kekeh Nasya memasukkan baju ke dalam lemari yang tersedia. Ia menarik ikat rambutnya kembali, "Aku akan memusnahkan ini. Jika menganggu ketenangan dirimu."

"Kenapa bicara begitu, aku suka dengan penampilan mu tadi." Ratu berdiri dan berkacak pinggang, "Ayo cepat kita kebawah, sebelum guru pembimbing menghukum kita nantinya."

Keduanya berjalan keluar kamar, beberapa orang sudah memenuhi lift untuk menuju lantai bawah. Saat Nasya dan Ratu masuk ke dalam lift, mereka sedikit terkejut ketika melihat Galen dengan kedua sahabatnya lagi. Detak jantung Nasya berdegup begitu kencang. 

Mereka semua hanya diam, bahkan Ratu yang biasanya heboh itu juga ikut diam. Tak lama kemudian mereka semua sudah sampai di lantai bawah, melihat pembimbing dan siswa lainnya berkumpul.

"Kalian akan dibagi untuk melakukan sebuah tantangan nantinya, kalian tahu sebenarnya ini bukan studi tour melainkan melatih mental dan fisik kalian agar semakin kuat," jelas Pak Eri selaku ketua pembimbing. Semua siswa di bagi dengan rata menurut kelas masing-masing.

"Sepertinya kita akan sekelompok dengan mereka," tunjuk Ratu pada Rihanna, Galen, Abian dan Devan.

****

Tiga hari menghabiskan hari di area pegunungan membuat siapa saja akan merasa lelah, Nasya dan Ratu asik merebahkan tubuh di atas ranjang. Sesekali terdengar gumaman tak jelas dari mulut Ratu, "Hm ... Nanti malam akan ada pesta bukan? Bagaimana kalau kita mencari pakaian nya sekarang Nasya?"

"Ide bagus Ratu," jawab Nasya yang langsung di angguki oleh gadis di hadapannya. Mereka mulai mengepak koper dan mencari pakaian yang cocok untuk ke pesta.

Nasya berdecak, "Sepertinya aku tidak akan pergi. Tak ada pakaian yang cocok. Bagaimana denganmu?" 

"Aku bawa tiga dress, apa kau ingin meminjamnya?" tawar Ratu mengangkat dua dress dengan warna berbeda.

"Tidak, aku tidak ingin merepotkanmu Ratu." Nasya berdiri dan kembali ke arah ranjang.

"Baiklah. Aku juga tidak akan datang nanti malam, terserah kata orang nanti." Ratu merajuk.

"Jangan begitu, tak mungkin hanya karena aku seorang Ratu yang begitu menyukai pesta tak datang? Baiklah aku akan datang bersamamu nanti."

Senyuman di wajah Ratu mengembang, dengan cepat ia berlari ke arah ranjang dan merebahkan badan, "Kau harus terlihat cantik nantinya. Buatlah seluruh siswa menjadi kagum, apalagi para lelaki. Dan mereka juga tidak akan memandang buruk tentang dirimu lagi Nasya."

"Ratu! Kau ini ada-ada saja!" teriak Nasya dengan wajah yang terlihat kesal, bahkan ia tak berpikir sampai ke sana. Untuk apa bangga menjadi incaran para lelaki, lebih baik tetap menjadi diri sendiri, bukan?

Ratu terkekeh, "Biar aku tebak. Pasti kamu sedang membayangkan apa yang aku ucapkan tadi bukan? Wah bahagia sekali aku bisa membuatmu tak berkutik Nasya."

Lagi-lagi Nasya hanya bisa menyembunyikan wajah kesalnyanya, dia mengambil bantal yang tersandar di kepala ranjang, "Jangan mengatakan itu lagi Ratu. Kau membuatku kesal!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status