Share

Sampai di Jakarta

Jordan sampai di Jakarta. Begitu dia sampai di bandara, dia menarik napasnya panjang. Wajahnya terlihat tidak bisa ditebak. Apakah dia sedang marah, sedih atau bahagia?

Dia melihat beberapa orang yang datang menjemput beberapa penumpang pesawat. Dia tidak melihat seseorang menjemputnya. Seharusnya ada perwakilan dari Van Boss Jakarta yang menjemputnya atau menyambutnya di bandara.

Jo menyeret kopernya dan keluar dari gate kedatangan luar negeri. Dan barulah dia melihat seorang laki-laki yang baru datang membentangkan sebuah karton bertuliskan ‘Van Boss Jakarta”. Laki-laki itu pasti yang akan menjemputnya.

Dengan wajah yang sudah tidak bisa lagi menyembunyikan marah, Jordan kemudian berjalan menghampiri laki-laki itu. Wajahnya yang jutek dan tiba-tiba datang ke tepat depan laki-laki itu membuat laki-laki itu kaget karena didatangi seorang laki-laki jangkung dengan wajah yang arogan.

“Kenapa kau terlambat? Ini sudah lebih sepuluh menit dari waktu yang sudah ditentukan?” kata Jordan dengan suara keras membuat semua orang di sana menoleh padanya.

“Maaf Pak, apa Bapak Jordan?” tanya laki-laki itu takut Jordan salah orang memarahinya karena dia datang terlambat menjemput.

“Iya, apa staff Van Boss New York tidak memberikan foto profilku?” tanya Jordan ketus.

“Maaf Pak Jo, orang yang seharusnya menjemput Bapak tadi kecelakaan. Sekarang dia di rumah sakit. Saya mendadak yang harus menjemput Bapak,” jawab laki-laki itu gugup.

“Apa, kenapa dia bisa kecelakaan. Apa kalian dalam bekerja tidak hati-hati? Kalau kalian bekerja tidak hati-hati. Berapa banyak uang perusahaan yang harus keluar untuk menanggung biaya perawatan kalian, hah?” teriak Jordan.

Laki-laki itu merasa risih karena Jordan memarahinya di depan umum. Dan itu sangat memalukan. Tapi tidak bagi Jordan yang pemarah. Dia tidak akan berhenti mengoceh kalau belum semua unek-uneknya tersampaikan.

Laki-laki itu hanya menggaruk-garuk kepalanya. Mungkin yang ada di dalam pikirannya adalah kenapa dengan di hari pertama boss nya datang, dia sudah mendapatkan ceramah dan omelan. Padahal bosnya itu belum mengetahui siapa nama dirinya. Bahkan apa dia tahu kalau dia hanya karyawan magang bukan karyawan tetap.

“Maaf Pak, sebaiknya kita pergi dulu dari sini!” ucap laki-laki itu mencoba menghentikan Jordan agar tidak melanjutkan ocehannya di dalam bandara. Semua orang yang lalu Lalang di sekitar mereka memandang aneh karena Jordan begitu impulsif.

“Siapa nama kamu?” tanya Jordan menatap tajam.

“Alex Pak.”

“Alex, kali ini kau kumaafkan. Lain kali jika kau melakukan kesalahan. Kau akan mendapatkan kesulitan dariku!”ancam Jordan.

Alex hanya mengangguk ketakutan dan segera menarik koper Jordan dan membantu untuk membawakannya menuju mobil.

Jordan kemudian melihat tangannya yang merah kembali. Kenapa kalau dia marah tangannya akan berubah merah dan penyakit anehnya mulai kambuh.

“Alex!” panggil Jordan.

“Iya Pak,” sahut Alex sesopan mungkin menjawab. Dia takut melakukan kesalahan. Padahal keterlambatan dia menjemput bukan sepenuhnya yang salah. Tapi, dia malah kena imbasnya dari seniornya yang malah kecelakaan menabrak pembatas jalan ketika hendak menjemput Jordan.

Jo terlihat ragu untuk mengatakannya. Tapi dia sudah mulai merasa ada sesuatu yang menjalar dari tubuhnya. Dan Jo tahu, kalau ini artinya penyakit anehnya kembali lagi kambuh.

“Sudahlah. Lupakan. Tidak jadi!” ucap Jordan urung mengatakannya. Dia lantas mengikuti langkah Alex menuju mobil yang sudah menunggunya.

Alex kemudian memasukkan koper ke bagasi. Sementara Jo, langsung masuk dan duduk di kursi belakang. Begitu sampai di dalam, Jordan menggulung kemejanya sampai sikut. Dan setelah itu dia menggaruk-garuk tangannya. Sensasi ada yang merayap kembali lagi mendatanginya.

Jordan panik. Kenapa di saat seperti ini, dan juga dia baru datang ke Jakarta. Penyakit aneh itu malah datang.

Alex yang sudah memasukkan koper ke bagasi segera masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin. Dia sempat memperhatikan Jordan yang sedang menggaruk-garuk tangannya dan lehernya.

“Bapak kenapa?” tanya Alex yang heran melihat Jordan menggaruk-garuk tubuhnya tanpa berhenti.

Jordan tidak bisa menjawab karena dia sangat kewalahan dengan gejala yang sedang dia hadapi saat ini.

“Apa Bapak alergi?” tanya Alex. Dia melihat tangan dan leher Jordan merah-merah.

“Iya.”

“Kok bisa. Apa kita ke rumah sakit saja?” tanya Alex.

“Tidak usah, langsung antar saya saja ke apartemen!” jawab Jordan dengan suara tertahan karena menahan sakit dan gatal.

Jordan kemudian mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Frans. Tapi begitu sadar kalau ada perbedaan waktu. Saat ini di New York sedang malam hari. Frans pasti sudah tertidur lelap.

“Bapak sepertinya harus ke rumah sakit. Kulit Bapak jadi merah-merah dan kayaknya Bapak kesakitan!” ucap Alex merasa cemas.

“Tidak usah, antarkan saja aku ke apartemen cepat!” teriak Jordan frustasi.

Alex menurut dan segera tanpa banyak bertanya lagi, dia kemudian mengantarkan Jordan menuju sebuah apartemen yang sudah disiapkan untuk Jordan selama dia di Jakarta.

Jordan tidak bisa berhenti terus menggaruk tubuhnya. Kalau ini  dibiarkan terus dia bisa seharian atau lebih tersiksa dengan keadaan itu.

Sampai di depan gedung apartemennya. Jordan harus meminta bantuan Alex. Kalau tidak, dia akan tersiksa dengan penyakitnya.

“Alex, bisakah aku meminta bantuanmu?” tanya Jordan.

Alex menjadi heran karena nada bicara Jo sangat berbeda dari sebelumnya. Kali ini nada bicaranya terdengar sangat putus asa.

“Bantuan ap aitu Pak?” tanya Alex.

“Apa kau bisa mencarikan aku wanita hari ini!” ucap Jordan.

“Apa. Wanita. Wanita macam bagaimana maksud Bapak?” tanya Alex kaget.

“Ya wanita yang bisa diajak untuk tidur,” jawab Jordan.

Tentu saja itu membuat Alex terkejut. Dia tidak mengira kalau bos nya adalah lelaki yang biasa mencari wanita seperti itu. Dan lebih membuat heran Alex adalah bosnya itu baru sehari sampai di Jakarta. Tapi dia sudah ingin dicarikan wanita untuk diajak tidur olehnya. Alex baru tahu kalau Bos nya adalah orang brengsek yang senang tidur dengan wanita.

“Apa kau bisa?” tanya Jordan semakin frustasi karena Alex tidak segera menjawab.

“Akan saya usahakan Pak. Tapi saya tidak bisa jamin kalau bisa cepat,” jawab Alex.

Jordan kemudian menyuruh Alex mengantarkannya ke kamar apartemenya dan membawakan kopernya.

Dengan perasaan yang tidak menentu Alex kemudian membantu menurunkan koper Jordan. Dia tidak habis pikir ternyata bos nya itu di hari pertama nya sudah memberi tugas yang tidak terduga.

Sambil membawa kopernya Alex terus melihat Jordan yang terlihat menggaruk-garuk tangannya dan lehernya tanpa berhenti.

‘Kenapa dia tidak mau dibawa ke rumah sakit. Malah meminta seorang wanita,’ batin Alex dalam hati.

Begitu sampai di lantai 10 kamar apartemennya. Alex memberikan kunci kamarnya kepada Jordan. Dan Jordan langsung membuka pintu kamarnya dengan buru-buru. Rasa gatal dan perihnya sudah tidak bisa terbendung lagi.

“Alex, cepatlah. Kalau tidak aku akan seperti ini sampai berhari-hari!” seru Jordan.

“Maksud Bapak apa?” tanya Alex tidak mengerti.

Jordan kemudian memberikan beberapa lembar pecahan 50 dollar Amerika dan memberikan pada Alex.

“Carikan dan jaga rahasia!”

Alex bingung tapi dia tidak menolak saat Jordan menyerahkan uangnya. Sebelum dia masuk, Jordan memberikan ponselnya.

“Masukkan nomor ponselmu!” ucap Jordan.

Alex kemudian segera mengetikkan nomornya dan memberikannya pada Jordan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status