Share

Sang Penakluk
Sang Penakluk
Penulis: Theresia Rini S

Jejaka Muda

Keenan membanting tubuh di sofa sementara ketiga gadis yang mendambakan dirinya melirik dengan penuh hasrat. Tiga mahasiswi semester empat, belia dan segar! Itulah istilah Keenan bagi wanita yang menarik minatnya. 

Lota, Jena, dan Carmen, tiga gadis berkulit putih dan memiliki tubuh indah memasang aksi menggoda. Siapa yang tidak mengenal dia? Anak pengusaha kaya raya, tampan dan cerdas! Kombinasi sempurna untuk makhluk keturunan adam. 

"Keen, jangan lupa!" seru Baren, teman kuliahnya yang selalu mengatur gadis-gadis incarannya untuk datang ke apartemen Keenan di kawasan Kemang. Keenan mengacungkan jempol dan Baren berlalu. 

"Have fun, Ladies!" seru Baren sebelum lenyap di balik pintu.

Keenan meraih telepon canggihnya dan masuk ke fitur mbanking. Sejumlah rupiah bernilai juta melesat ke rekening atas nama Baren Dwi Putra. Bayaran atas jasanya mendatangkan penghibur malamnya sekarang. 

Keenan mengeluarkan amplop dari tas ranselnya dan membeberkan sejumlah uang berwarna merah. Mata gadis-gadis itu terbeliak. 

"Ada yang mau?" tanya Keenan sambil menuang whisky ke gelasnya. Semua memekik senang.  

Tangan Keenan meraih remote dan mengalun lagu menghentak yang memancing tubuh mereka menari mengikuti irama lagu. 

"Menarilah untukku," pinta Keenan sambil melepas blazer dan sepatunya. Lota dan Jena mulai meliukkan tubuh dengan gemulai mengikuti alunan musik.

Carmen mengikuti dan mulai mendekati Keenan yang duduk di sofa. Tanpa diminta, Carmen melepas satu persatu bajunya dan meninggalkan underwear yang bernuansa hitam berenda. 

"Ayo dong! Yang lain jangan malu!" seru Keenan mulai melepas celana panjangnya. Lota dan Jena menggigit bibir saat melihat tonjolan di balik boxer Keenan. 

Pemuda itu memang bertampang keren. Hidung tinggi dan dagu terbelah, tubuhnya terpahat sempurna dengan kedua bahu kekar. Rambutnya sedikit mengombak dan panjang sekuping, sementara tingginya sekitar 183 centi. Banyak yang mengatakan, Keenan adalah Clint Eastwood muda ala Indonesia. 

Lota dan Jena telah melepas seluruh baju juga underwear mereka. Keenan tersenyum dan matanya lekat pada bentuk tubuh satu persatu. 

Lota mendekati dan mulai memagut dengan liar. Sementara Jena mulai meraba bagian tubuh Keenan yang masih tertutup boxer. Tangan Jena dengan lincah mengeluarkan benda menonjol dari balik celana boxer dan mulutnya mulai beraksi maju dan mundur. 

Keenan meringis dan melepas pagutannya. Ia mengincar Carmen yang memiliki ukuran paling besar untuk bukit kembar. Tangan Keenan menarik Carmen dan mulutnya bermain pada puncak bukit yang berwarna cokelat tua tersebut. 

Dengungan nikmat lirih terdengar dari bibir Carmen. Lota beralih mendekati Carmen dari belakang dan dengan posisi jongkok, ia melahap lembah basah temannya tanpa jijik. Carmen menjerit liar dan mulai meracau.

Keenan tersenyum puas. Semua saling menyenangkan satu sama lain. 

Sementara Keenan merasakan hangatnya mulut Jena yang terus beraksi di tubuhnya bagian bawah. Keenan Ganendra, pemuda berdarah priyayi jawa, memiliki gejolak muda yang ia umbar dan tidak pernah berhenti mencari kepuasan. 

Inilah surganya! 

*** 

Alden masuk mobil dan memasukkan kunci dengan buru-buru. Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Ia harus pulang karena menggantikan Keenan menemani neneknya, Widari, mendengarkan penyanyi keroncong. Seto, pamannya, khusus menyewa untuk malam itu. Keenan bukan saudara kandungnya melainkan sepupu jauh. 

Namun karena hubungan baik kedua orang tua mereka, Alden tinggal dengan keluarga Keenan sejak SMP.  Keduanya sangat kompak dan akur. 

'"Al ...," panggil seorang gadis dari jauh. Belinda, nama gadis itu, berlari mendekat. Alden menurunkan kaca mobil sportnya. 

"Hai, Bel!" sapa Alden. Belinda adalah mantan pacar Keenan yang baru putus.

Alden bersumpah saat ini ingin menikmati tubuhnya. Dulu setiap mereka berenang bersama, Belinda selalu mengenakan bikini yang membuat mata Alden haus memandang. 

"Aku mau bareng dong," pinta Belinda manja. Alden tersenyum pucuk dicinta ulam pun tiba! 

"Hayuk. Masuk deh," sambut Alden terkesan cuek.

Padahal setengah mati ia ingin itu terkabul. Dirinya memilih single cukup lama setelah Nora, pacarnya, meninggalkan dia karena tidak setuju dengan gaya hidup Alden yang suka sekali berpesta. 

Belinda masuk dan mengucapkan terima kasih. Alden tersenyum tipis dan mulai memutar stir mobil meluncur meninggalkan halaman parkir kampus. Selama perjalanan mereka mengobrol dan bercanda. 

Saat lampu merah, Alden memutar musik. Layar kecil yang seharusnya menampilkan klip video, tiba-tiba menampilkan adegan syur dari film koleksinya.

Alden menepi dan memohon maaf pada Belinda. Gadis itu tidak terlihat tersipu. Wajahnya menatap tak berkedip dan napasnya mulai cepat. 

"Jangan diganti," pinta Belinda menahan jari Alden. 

"Ntar kalo kepingin?" goda Alden. Belinda tidak menjawab, namun melebarkan pahanya.

Alden tersenyum dan tanpa ragu, ia menelusup di antara kedua belah kaki Belinda. Cairan hangat terasa di jarinya, seiring desahan lirih Belinda. Jari Alden masuk menyelinap dari samping segitiga tipis yang membungkus area kenikmatan Belinda. 

Setelah sekian detik. Tangan Belinda menurunkan resleting Alden. Bentuk mencuat panjang dan tegak membuat Belinda terbeliak. Siapa yang tidak ingin bersama dengan Alden? Pemuda tampan, calon pengacara dan dari keluarga konglomerat. 

"Al, aku nggak tahan," bisik Belinda. 

"Kemarilah, aku bisa menjamin aman, security wilayah sini mengenalku," jawab Alden dengan tenang dan memundurkan tempat duduknya. Tanpa membuang waktu, Belinda membuka celana dalamnya dan merangkak kesamping. 

Alden mengeluarkan persneling saktinya, dan membiarkan tangan Belinda menuntun ke dalam lubang penuh kehangatan. Alden memejamkan mata dan menikmati setiap goyangan dan hentakan pinggul wanita cantik tersebut. 

Mobil sport Alden yang terparkir di pinggir area kampus tampak bergoyang dari luar. Namun dengan penuh pengertian, security komplek tersebut mematikan lampu jalan. Belinda semakin liar menggerakkan tubuhnya. 

Mulut Alden turut melahap puncak bulatan yang membusung indah. Dua kenikmatan yang Belinda rasakan, membuat gadis itu memekik dengan liar.

Tidak lagi mampu menahan dorongan yang siap meledak, keduanya mencapai puncak dengan teriakan keras. 

Alden Aminata, putra seorang keluarga ningrat dari Bali, berdarah Belanda, memiliki kehidupan yang fantastis. Liar, berduit, dan penuh dengan sensasi. 

Namun, seperti apakah karakter Keenan dan Alden sesungguhnya? Betulkah kedua pemuda itu seliar itu? Atau ada sisi lain yang memicu keduanya untuk bersikap demikian? Apa misteri dibalik ketidak perdulian Eyang Widari? Penasaran? Kepoin ceritanya yuk ...

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Liena Lambada
baru baca udah ser seran............
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status