Silka dan Ignar bergilir merawat dan menjaga Gya hingga sembuh. Renzo masih harus menyelesaikan keperluan surat menyurat untuk persyaratan pernikahan.
Setiap sore dia datang menggantikan kedua adik sepupunya dan tidur di rumah sakit.
Gya memang tidak memiliki luka dalam, tapi sepertinya dia masih menyimpan ketakutan tersendiri. Wajahnya sesekali mengernyit dan cemas.
“Kamu masih inget kejadian itu, Kak?” tanya Silka tampak prihatin.
Gya memejamkan mata dan membenarkan.
“Kebencian sama Bayu nggak sebanding dengan penyesalanku karena udah ngebiarin dia masuk dalam hidup ini.”
“Nyalahin diri adalah target Bayu yang sebenarnya. Jangan terpengaruh oleh hal itu, Kak. Kayaknya nggak berharga banget,” bantah Silka dengan cepat-cepat.
“Ya. Dia memang mau ngancurin aku pelan-pelan, lewat pikiranku.”
Gya sadar sekali akan hal itu.
“Kita nggak akan ngebiarin itu, kan?” Silk
Alunan musik yang memenuhi ruang keluarga membuat hati siapa pun menjadi damai. Pilihan mereka adalah menikah di Bali dan setelah persiapan matang di Salatiga, akhirnya bersama-sama terbang ke Bali dua hari lalu.Besok adalah hari yang mereka nantikan. Persiapan gedung dan catering memang menggunakan event organizer, tapi Indira dan Menik tampak tidak bisa diam.Keduanya sibuk memeriksa bunga, pilihan makanan, tamu undangan, tempat duduk dan bahkan persiapan bulan madu. Keduanya memastikan jika ini akan berjalan baik dan tidak ada kendala.Kini malam sebelum pernikahan, Gya harus tinggal di hotel dan menjauh dari Renzo sementara waktu. Alden menggoda putranya yang tampak mulai gugup dengan seloroh yang cukup vulgar. Keenan menimpali dengan tawa yang tergelak. Genta dengan tenangnya mengatakan semua akan berakhir indah.“Seindah lenguhan panjang dan senyum cemerlang di pagi hari!” imbuh Alden tanpa menahan diri.Indira muncul dan bertola
Inilah kisah dari beberapa manusia yang mampu menaklukkan tantangan hidup dan cobaannya.Indira Sartika, seorang wanita yang begitu tegar menjalani berbagai krisis dalam hidupnya selama ini, akhirnya merengkuh dan layak mendapatkan buah dari keprihatinannya.Bukan karena dia wanita hebat dan memiliki kualitas bertahan yang mumpuni, tapi karena dia mencoba mengikuti nuraninya yang tidak mungkin berbohong. Setiap jalan yang ia ambil selalu menempuh cara benar dan bukan yang mudah.Berani berkata tidak dan menolak segala nikmat dunia, demi mempertahankan martabat sebagai wanita yang juga pantas dihormati.Pria melihat dia sebagai pribadi yang begitu berharga untuk dimiliki, karena prinsipnya tidak sekedar menjadi perempuan yang pasrah.Indira tahu dengan baik, tujuan hidup dan keinginannya. Tahu bagaimana memperjuangkan haknya sebagai wanita dan juga berani mengambil tanggung jawab meskipun pahit.Siwi dan Shana adalah saksi bagaimana Indira me
You know I want youIt's not a secret I try to hideI know you want meSo don't keep sayin' our hands are tiedYou claim it's not in the cardsAnd fate is pullin' you miles awayAnd out of reach from meBut you're here in my heartSo who can stop me if I decideThat you're my destiny?What if we rewrite the stars?Say you were made to be mineNothing could keep us apartYou'd be the one I was meant to findIt's up to you, and it's up to meNo one can say what we get to beSo why don't we rewrite the stars?Maybe the world could be oursTonightYou think it's easyYou think I don't wanna run to youBut there are mountainsAnd there are doors that we can't walk throughI know
Keenan membanting tubuh di sofa sementara ketiga gadis yang mendambakan dirinya melirik dengan penuh hasrat. Tiga mahasiswi semester empat, belia dan segar! Itulah istilah Keenan bagi wanita yang menarik minatnya.Lota, Jena, dan Carmen, tiga gadis berkulit putih dan memiliki tubuh indah memasang aksi menggoda. Siapa yang tidak mengenal dia? Anak pengusaha kaya raya, tampan dan cerdas! Kombinasi sempurna untuk makhluk keturunan adam."Keen, jangan lupa!" seru Baren, teman kuliahnya yang selalu mengatur gadis-gadis incarannya untuk datang ke apartemen Keenan di kawasan Kemang. Keenan mengacungkan jempol dan Baren berlalu."Have fun, Ladies!" seru Baren sebelum lenyap di balik pintu. Keenan meraih telepon canggihnya dan masuk ke fitur mbanking. Sejumlah rupiah bernilai juta melesat ke rekening atas nama Baren Dwi Putra. Bayaran atas jasanya mendatangkan penghibur malamnya sekarang.Keenan mengeluarkan amplop dari tas ranselnya dan
Pagi itu seharusnya Keenan melakukan fitting untuk jas wisudanya. Tapi entah apa yang membuat pemuda yang hampir menyabet gelar Sarjana Ekonomi tersebut, memilih untuk menghabiskan waktu di apartemennya.Penghiburnya semalam sudah pergi dan kini tinggal pembantunya, Mbok Ipah. Wanita separuh baya yang datang setiap pagi, untuk membersihkan apartemennya. Decak kesal terdengar dari mulut wanita berusia empat puluh lima tahun itu.Bukan karena kondisi ruangan yang berantakan. Namun Keenan yang terkapar tanpa busana, menjadi keprihatinannya Mbok Ipah. Dengan lembut dan penuh kasih, ia menyelimuti tubuh majikannya."Napeee ... jadi begini sih ...," desah wanita itu kecewa. Tidak ingin tenggelam dalam perasaan bersalah, ia bergegas membersihkan seluruh apartemen. Keenan masih tertidur pulas.***Alden menyambar tas kecilnya dan bergegas keluar kamar. Keluarga Ganendra memberinya satu kamar di paviliun dekat taman belakang. Saat mel
Hujan gerimis menguyur kota Jakarta sedari pagi. Sejak bencana banjir tahun 2000-an yang cukup merusak parah beberapa kota, pemerintah sudah mengantisipasi lebih baik tahun ini. Awal tahun 2005 yang indah bagi Keenan dan Alden. Keduanya mampu membuktikan pada orang tua masing-masing, bahwa tampang menawan mereka juga didukung dengan otak yang cerdas.Keenan Ganendra, mampu menyelesaikan pendidikan bisnisnya dan menyabet gelar Sarjana Ekonomi.Sedangkan, Alden Aminata berhasil menjadi pengacara muda. Alden juga mendapatkan tawaran menarik untuk bergabung dengan Hadi Saputra S.H and Partner. Sebuah biro hukum swasta yang cukup terkenal, karena kepiawaian mereka dalam menangani kasus besar nasional."Makan malam jam delapan, jangan telat!" teriak Siwi yang terkenal sangat bawel dan cerewet. Alden yang masih berkeringat dan menenteng bola basket segera mendapat pandangan melotot dari Siwi."Itu juga berlaku buat loe, Al!" pekiknya d
Alden mengernyitkan mata saat matahari menerobos kaca dan menyinari kamarnya. Keenan sudah masuk ke paviliunnya dan membuka lebar-lebar pintu kaca dan menyibak gorden. Kolam renang yang tepat berada di depan kamar Alden, terlihat biru dan menyegarkan pandangan."Bangun! Jam sebelas siang nih!" seru Keenan menghempaskan tubuh di sofa bulat."Sial. Kemana aja tadi malem, Loe?!" umpat Alden dengan kepala pening. Dirinya terlalu banyak mengkonsumsi alkohol tadi malam."Ngelonin Shana ...," jawab Keenan ringan. Mata Alden yang masih mengantuk mendadak terbuka lebar."Sial, Loe! Serius?" pekik Alden tidak percaya. Keenan tertawa dan tidak memberikan jawaban."Bokis pasti deh ...!" sanggah Alden tidak ingin segera percaya."She's a masterpiece ...!" cetus Keenan pamer. Alden meletakkan kepalanya kembali di atas bantal."Kampret, pantesan anteng," gerutu Alden."Gue mau ke kantor bokap, Siwi pese
Apa yang salah dengan menyukai satu wanita pada waktu bersamaan? Tidak masalah dan bukan hal penting dalam hidup Keenan dan Alden.Keduanya hanya menganggap wanita untuk dimiliki seperti barang dengan nilai yang bisa dibeli. Alden merelakan Shana untuk Keenan saat ini. Biasanya Alden akan menikmati kemudian saat Keenan sudah mendapat mainan baru. Sebuah kerjasama yang sopan, tapi membuat bergidik bagi kaum 'normal'.Tawaran Seto pada Keenan untuk membantu Siwi, segera diterima dengan antusias. Kebersamaan dengan Shana akan lebih intens lagi. Tetapi, anggapan Keenan salah.Walaupun Shana telah tidur dengannya, namun tidak semudah itu menikmati tubuhnya setiap saat. Shana ternyata bukan wanita yang sembarangan mengumbar kesenangan jika ada prioritas yang lebih penting.Keenan harus menelan kecewanya. Tetapi sore itu, Keenan berniat mencoba lagi. Kantor mulai sepi dan Shana masih berkeliaran di kantornya. Dengan harapan yang menggebu, Kee