“Ikh dengarkan dulu, pria yang semalam terlintas di pikiranku itu adalah kamu, Mas!” jawabnya polos.
Wajah yang muram durja mendadak berubah menjadi berbinar, bisa terlihat aura bahagia di wajah Rico. Pipinya merah merona sembari dihiasi senyuman manis di bibir merah jambu itu.
“Kamu, pasti lapar. Aku ambilkan makan dulu, ya!” tutur Rico sembari senyum-senyum dan kemudian keluar dari kamar.
‘Itu Mas Rico kenapa, ya? senyum-senyum sendiri. Aku kan memikirkan dia karena aku sangat kesal padanya sebab dia telah menciumku tanpa izin dariku?’
***
Tak lama Rico masuk kembali ke dalam kamar. Ada perubahan drastis dari sikap Rico kepada Anggun. Dia menjadi lebih perhatian dan bersikap sangat lembut kepada istrinya yang sedang sakit.
“Sayang, makan dulu!” titah Rico sembari menyuapi bubur ke mulut Anggun.
‘Sayang?’ tanya anggun dalam hati dan memberikan tatapan heran. ‘Kesambet setan mana ini orang, tiba-tiba memanggilku dengan kata sayang. Ehm, mungkin dia sedang bermain peran karena di hadapan orang tuanya,’ pikir Anggun.
“Setelah makan kamu harus minum obat agar sakitmu cepat sembuh,” tutur Rico memberikan perhatian kepada Anggun.
Anggun memandang aneh, sembari mengunyah bubur yang disuapi oleh Rico. Dia menarik tubuh Rico dan kemudian mengecek suhu tubuh suaminya itu dengan punggung tangannya.
“Mas, kamu sehat ‘kan?” tanya Anggun heran.
“Aku sangat sehat dan baik-baik saja,” sahut Rico.
“Mas, aktingnya nanti saja, ya, jika ada keluargamu. Aku geli melihat kamu tiba-tiba baik seperti ini, rasanya sangat aneh!” ujar Anggun dengan polos.
Mata Rico membelalak karena kesal, perhatian yang diberikan kepada Anggun itu hanya dianggap sandiwara belaka.
“Huh,” desah kasar dari mulut Rico. “Baiklah jika itu maumu, kita akan memainkan drama ini pada saat di depan keluargaku saja.”
‘Tuhan, kenapa istriku yang satu ini kepekaan hanya di pentium satu padahal di kampusnya dia termasuk mahasiswa yang cerdas,’ ungkap Rico dalam hati dengan wajah sendu.
“Mas!” panggil Anggun.
“Iya, kenapa?” sahut Rico dengan ketus.
“Ngapain masih ada di sini, aku tidak nyaman ditemani olehmu. Aku terbiasa sendiri, jadi lebih baik kamu temani kakek yang sedang sakit, sana!” ucap Anggun mengusir secara halus.
“Ish, tapi kamu juga sedang sakit, Anggun. Aku sebagai suami harus selalu ada di sampingmu!” ujar Rico kepada Anggun.
“Hahaha, sudahlah! Aku tidak apa-apa? Jangan pura-pura peduli seperti itu, aku saja sakit karenamu.”
Rico pun hanya bisa pasrah ketika Anggun memintanya pergi. Sebenarnya, dia masih ingin bersama istrinya itu. Akhirnya, Rico mengalah pergi keluar kamar dan menemui kakeknya kembali.
“Rico, sedang apa kamu di sini?” tutur Risa yang melihat Rico berada di dalam kamar sang kakek.
“Aku sedang menemani Kakek, Mah!” sahut Rico.
“Suami macam apa kamu, istrinya sakit bukan diperhatikan dan dijaga malah ditinggalkan di kamar sendirian. Awas kamu jika sampai melalaikan istrimu. Kamu akan tahu akibatnya!” ancam Risa.
“Iya, iya …! Aku kembali ke kamar untuk menemani Anggun,” tutur Rico yang mulai serba salah.
‘Akh, kenapa hidupku jadi seperti ini, ibuku mengusirku dan istriku juga mengusirku. Apakah tidak ada yang mengerti perasaanku saat ini. Bagaimana jika aku diusir lagi oleh, Anggun? Jika aku meninggalkan Anggun, mama akan marah dan aku disebut lagi suami yang tidak bertanggung jawab karena tidak menjaga dan memperhatikan istrinya. Tuhan, tolong aku!’ ungkap Rico dalam hati.
Rico pun tiba di kamarnya dan mendapati Anggun yang hanya menggunakan pakaian dalam. Istrinya itu telah membersihkan diri terlihat dari rambutnya yang masih basah dan wangi sabun serta shampo yang menyerbak di kamar mereka.
Melihat pemandangan indah itu pun, Si Junior milik Rico terbangun dari tidur dan sedang meronta-ronta ingin keluar dari peristirahatannya untuk mencari tempat persinggahan yang nyaman.
‘Kenapa kamu suka terbangun disaat yang tidak tepat,’ racau Rico dalam hati sembari menunduk ke arah si Junior berada.
Bugh!
Satu bantal melayang ke wajah Rico. “Dasar mesum!” teriak Anggun.
“Sutts!” titah Rico agar Anggun jangan berteriak. “Kamu yang teledor, kenapa tidak mengunci pintu. Aku baru saja masuk tidak tahu apa-apa tapi sekarang aku jadi tahu apa-apa,” goda Rico sembari melangkahkan kakinya mendekati Anggun.
“Hus, hus, jangan mendekat!” usir Anggun kepada Rico sembari mengambil bathrobe yang ada di atas kasur dan langsung memakainya dengan cepat.
“Kamu selalu saja menggodaku,” tutur Rico dan kemudian menarik pinggang Anggun.
Rico mendekatkankan indra penciumannya di leher jenjang nan putih milik Anggun. Dia menghirup wangi tubuh Anggun dan mengecup singkat leher tersebut.
“Euh,” desah Anggun muncul dari bibirnya yang ranum.
Ada seringai senyuman licik dari bibir Rico pada saat mendengar desahan keluar dari mulut Anggun. “Aku tahu kamu juga menikmatinya, ‘kan? Tubuhmu saja merespon apa yang aku lakukan kepadamu. Jadi kamu tidak usah menolakku lagi, kita buat dede bayi sekarang,” tutur Rico sembari memeluk Anggun dan tidak membiarkan wanita itu menjauh dari tubuhnya.
Mendengar perkataan Rico tiba-tiba Anggun tersadar dari sensasi stimulasi yang diberikan oleh Rico kepadanya.
Bugh! Tiba-tiba Anggun menendang senjata pusaka milik Rico dengan lututnya.
“Akh, kamu gila, Anggun. Bagaimana jika terjadi sesuatu kepada Juniorku, kamu tidak akan mendapatkan kenikmatan yang hakiki dariku,” racau Rico merintih kesakitan sembari memegang senjata pamungkasnya.
“Heuh, memang siapa yang mau merasakan juniormu. Paling yang bersedih itu istri sirimu bukan aku,” sahut Anggun dengan lantang.
Tiba-tiba Risa ibunda Rico masuk ke dalam kamar karena mendengar teriakan Anggun dan Rico. Dia merasa khawatir Jika Rico dan Anggun bertengkar.
“Kenapa kalian? Tadi mamah mendengar Anggun yang berteriak dan kemudian kamu, Rico. Apa yang terjadi?” tanya Risa khawatir.
“Kami sedang bercanda, Ma. Tiba-tiba kakiku mengenai, anunya Mas Rico. Ini aku baru mau meminta maaf kepada Mas Rico,” tutur Anggun sembari menghampiri Rico.
“Mas Rico tidak apa-apa?” tanya Anggun sembari memeluk dan mengusap-ngusap punggung suaminya.
“Ma, sakit sekali. Bagaimana jika aku tidak bisa memberi Mama cucu gara-gara, Anggun!” tutur Rico mengadu kepada mamanya.
“Sayang, aku obati, Ya! Apanya yang sakit?” tanya Anggun pura-pura perhatian, dia tidak mau kena marah sang mama mertua.
“Ma, sepertinya ini harus di cek dulu oleh Anggun, apakah masih berfungsi atau tidak?” ujar Rico dengan sengaja membuat Anggun serba salah.
“Heuh,” Anggun melongo mendengar perkataan Rico.
“Anggun, sepertinya kamu harus memastikan keadaan Rico. Mamah keluar kamar dulu,” tutur Risa sembari meninggalkan Anggun dan Rico di dalam kamar.
Rico pun mendekati Anggun sembari menggigit bibirnya. “Sayang, cepatlah! tunggu apa lagi.”
“Eh … eh … sana pergi, kamu jangan macam-macam, Mas.”
Wajah Anggun tampak pucat karena ketakutan. Rico pun membisikkan lagi di telinga Anggun, “Sayang, kamu tidak bisa lolos lagi. Tenang saja, aku akan melakukannya pelan-pelan. Ayo sekarang sentuhlah, aku milikmu malam ini!”
Author Note:
Gaes ini mau ditancapkan saja atau enggak ney, up lagi atau udah aja hahaha. selamat mesem-mesem.
“Ma, sakit sekali. Bagaimana jika aku tidak bisa memberi Mama cucu gara-gara, Anggun!” tutur Rico mengadu kepada mamanya.“Sayang, aku obati, Ya! Apanya yang sakit?” tanya Anggun pura-pura perhatian, dia tidak mau kena marah sang mama mertua.“Ma, sepertinya ini harus di cek dulu oleh Anggun, apakah masih berfungsi atau tidak?” ujar Rico dengan sengaja membuat Anggun serba salah.“Heuh,” Anggun melongo mendengar perkataan Rico.“Anggun, sepertinya kamu harus memastikan keadaan Rico. Mamah keluar kamar dulu,” tutur Risa sembari meninggalkan Anggun dan Rico di dalam kamar.Rico pun mendekati Anggun sembari menggigit bibirnya. “Sayang, cepatlah! tunggu apa lagi.”“Eh … eh … sana pergi, kamu jangan macam-macam, Mas.”Wajah Anggun tampak pucat kar
“Mama sudah tidur, jangan berteriak seperti anak kecil. Kamu jangan khawatir aku tidak akan memperlakukanmu dengan kasar. Aku akan melakukannya dengan lembut,” ujar Rico yang kemudian meraup bibir Anggun dengan rakus.Air mata Anggun keluar dari ujung kedua matanya. Sedang Rico tidak memperdulikan itu, dia terus mencumbui bibir istrinya itu dengan mesra dan tangannya mulai masuk ke dalam kaos yang Anggun pakai. Dia mengangkat penyangga aset kembar Anggun dan kemudian jarinya itu memainkan benda yang masih kenyal dengan lembut.“Mas kamu gila, jangan lakukan itu kepadaku,” tutur Anggun sembari menangis dengan menggerak-gerakan kakinya.“Malam ini kamu tidak akan lepas dariku, Istriku,” tutur Rico.Pada saat Rico akan mencicipi aset Anggun yang putih, bersih dan kenyal. Tiba-tiba telepon genggam Rico berdering tiada henti.“Shit,” ump
~Di dalam kamar~“Apa maksudmu mengirim foto-foto dan video ke Nisa. Apa kamu ingin kami bertengkar dan bercerai? Jika itu keinginanmu, usahamu akan sia-sia. Aku tidak menyangka jika kamu wanita picik. Apabila kamu cemburu kepada Karin, mengapa harus bawa-bawa Nisa?” tanya Rico mengintimidasi.***“Heuh.” Anggun terpengarah dengan perkataan Rico. Dia tidak menyangka bahwa ada manusia yang percaya dirinya tingkat dewa. Anggun bernapas dengan kasar dan menatap malas ke arah Rico.“Mas, sebentar-sebentar! Apa aku tidak salah mendengar? Aku seorang Anggun, wanita populer di kampus dengan tingkat IQ genius, harus cemburu kepada wanita seperti Karin! Kepada Nisa saja istri sirimu aku sama sekali tidak cemburu apalagi Karin. Aku hanya akan cemburu kepada wanita baik-baik dan berakhlak. Dan dengarkan baik-baik, kamu tidak pantas aku cemburui karena kamu bukan pria yang aku cinta
~Di ruang makan~Kini semua anggota keluarga sudah berkumpul di meja makan untuk makan siang.“Rico, Anggun. Besok Kakek akan mengadakan rapat dengan seluruh dewan direksi di kantor pusat jadi Kakek akan ikut dengan kalian ke Jakarta. Dan, selama di Jakarta Kakek akan tinggal di rumah kalian.”“Apa?” sahut Rico dan Anggun bersamaan.“Kakek, biar aku saja yang mewakili rapat dengan dewan direksi. Kakek harus banyak beristirahat. Aku tidak mau kakek kenapa-napa!” bujuk Rico.“Kenapa? kamu tidak suka jika Kakek tinggal di rumahmu?” tanya sang kakek.***“Bu-bukan begitu, Kek,” sahut Rico terbata-bata.“Apakah kalian menyembunyikan sesuatu?” tanya sang kakek penuh curiga.“Ti-tidak,” sahut Rico dan Anggun bersamaan.“Ka
Setelah beberapa menit, Anggun kembali masuk dengan membawa es batu dan handuk kecil.“Duduklah!” titah Anggun kepada Rico.Rico menuruti perkataan sang istri. Anggun pun mengompres memar-memar di wajah Rico dengan telaten dan lembut.Rico tak henti melihat wajah Anggun yang cantik dan menggemaskan. Di balik wajah yang feminim terdapat jiwa yang maskulin. Dia semakin penasaran dengan istrinya itu. Selain genius, cantik, pintar memasak ternyata dia juga bisa bela diri. Sungguh wanita sempurna. Diam-diam Rico mulai mengagumi istrinya itu. ‘Lalu apa kekurangannya?’ tanya Rico dalam hati. ‘Mungkin kekurangannya adalah mendapatkan suami brengsek sepertiku. Aku semakin tidak rela melepaskanmu untuk pria lain. Aku tidak akan pernah menceraikanmu, Anggun. Aku akan membuatmu mencintaiku. Tunggu saja tanggal mainnya!’ racau Rico dalam hati.“Bagaimana Nisa?” tany
“Apa sih?” tanya Anggun kesal kemudian melihat ke arah Rico. Anggun tiba-tiba terperangah, mulutnya menganga melihat Rico yang terlihat seksi.Rico tahu jika Anggun menyukai tubuhnya, dia dengan sengaja mengibas-ngibas rambutnya yang masih basah. Dan kemudian menghampiri Anggun bak model pria yang sedang berjalan di catwork.Anggun menelan salivanya berulang kali, dia benar-benar kagum dengan tubuh Rico yang tinggi tegap dengan dada bidang dan perut kotak-kotak seperti roti sobek. Repleks tangan Anggun menyentuh perut Rico.“Sentuhlah aku!” bisik Rico di telinga Anggun.Anggun tersenyum dan kemudian berbisik, “Yakin, kamu mau aku sentuh!” telunjuknya mulai bermain-main di area perut Rico yang sixpeck.Seringai senyum tampak di wajah Rico yang tampan. Ketika Rico akan menyecap bibir Anggun yang ranum tiba-tiba Anggun menarik tangan Rico dan memb
Sarapan pagi buatan Anggun dengan bahan-bahan sehat tanpa pengawet akhirnya selesai. Bi Darmi membantu Anggun menghidangkan makanan. Bi Darmi sangat bersyukur karena istri syah dari Tuan Rico sangat baik berbanding terbalik dengan istri siri tuannya. Baru ditinggal semalam saja sudah membawa teman-temannya ke rumah sembari mabuk-mabukan.Anggun mengambilkan makanan untuk sang kakek lebih dulu kemudian untuk suaminya.“Sayang, aku mau disuapi. Tanganku sakit! Jika kamu tidak menyuapiku, aku tidak mau makan,” tutur Rico kepada Anggun dengan manja.“Baiklah, apa sih yang enggak untuk suamiku,” sahut Anggun dengan nada lembut namun tatapan yang menakutkan.***Rico tersenyum penuh kemenangan, pasalnya Anggun tidak akan berani berbuat macam-macam di depan sang Kakek. Anggun pun tersenyum kepada suaminya dan dia bersiap-siap untuk mengerjai Rico karena pikirnya
“Jika bukan karena ada Kakek yang memperhatikan, najis tralala harus mencium dan berkata lembut kepada pria menyebalkan seperti Mas Rico!” monolog Anggun sembari mengusap bibirnya dengan tisyu.Anggun melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi karena ingin meluapkan rasa kesalnya. Dia merasa sedang terjebak dalam persyaratan yang dia buat. Maksud hati mengadakan perjanjian tersebut agar Rico tidak menyentuhnya sama sekali tetapi tetap saja dia selalu menciumnya dengan dalih keadilan atas perbuatan pria tempo hari. Ingin rasanya dia terbebas dari pernikahan yang tidak berlandaskan dengan cinta tersebut. Namun, dia bingung bagaimana caranya?‘Sialan, Mas Rico benar-benar licik,’ ungkap Anggun dalam hati.Anggun mendadak menghentikan mobil yang dikendarainya karena ada sebuah kendaraan motor sport menyalip dan berhenti di depan mobilnya. Pria tersebut membuka helmnya.