Setelah beberapa menit, Anggun kembali masuk dengan membawa es batu dan handuk kecil.
“Duduklah!” titah Anggun kepada Rico.
Rico menuruti perkataan sang istri. Anggun pun mengompres memar-memar di wajah Rico dengan telaten dan lembut.
Rico tak henti melihat wajah Anggun yang cantik dan menggemaskan. Di balik wajah yang feminim terdapat jiwa yang maskulin. Dia semakin penasaran dengan istrinya itu. Selain genius, cantik, pintar memasak ternyata dia juga bisa bela diri. Sungguh wanita sempurna. Diam-diam Rico mulai mengagumi istrinya itu. ‘Lalu apa kekurangannya?’ tanya Rico dalam hati. ‘Mungkin kekurangannya adalah mendapatkan suami brengsek sepertiku. Aku semakin tidak rela melepaskanmu untuk pria lain. Aku tidak akan pernah menceraikanmu, Anggun. Aku akan membuatmu mencintaiku. Tunggu saja tanggal mainnya!’ racau Rico dalam hati.
“Bagaimana Nisa?” tany
“Apa sih?” tanya Anggun kesal kemudian melihat ke arah Rico. Anggun tiba-tiba terperangah, mulutnya menganga melihat Rico yang terlihat seksi.Rico tahu jika Anggun menyukai tubuhnya, dia dengan sengaja mengibas-ngibas rambutnya yang masih basah. Dan kemudian menghampiri Anggun bak model pria yang sedang berjalan di catwork.Anggun menelan salivanya berulang kali, dia benar-benar kagum dengan tubuh Rico yang tinggi tegap dengan dada bidang dan perut kotak-kotak seperti roti sobek. Repleks tangan Anggun menyentuh perut Rico.“Sentuhlah aku!” bisik Rico di telinga Anggun.Anggun tersenyum dan kemudian berbisik, “Yakin, kamu mau aku sentuh!” telunjuknya mulai bermain-main di area perut Rico yang sixpeck.Seringai senyum tampak di wajah Rico yang tampan. Ketika Rico akan menyecap bibir Anggun yang ranum tiba-tiba Anggun menarik tangan Rico dan memb
Sarapan pagi buatan Anggun dengan bahan-bahan sehat tanpa pengawet akhirnya selesai. Bi Darmi membantu Anggun menghidangkan makanan. Bi Darmi sangat bersyukur karena istri syah dari Tuan Rico sangat baik berbanding terbalik dengan istri siri tuannya. Baru ditinggal semalam saja sudah membawa teman-temannya ke rumah sembari mabuk-mabukan.Anggun mengambilkan makanan untuk sang kakek lebih dulu kemudian untuk suaminya.“Sayang, aku mau disuapi. Tanganku sakit! Jika kamu tidak menyuapiku, aku tidak mau makan,” tutur Rico kepada Anggun dengan manja.“Baiklah, apa sih yang enggak untuk suamiku,” sahut Anggun dengan nada lembut namun tatapan yang menakutkan.***Rico tersenyum penuh kemenangan, pasalnya Anggun tidak akan berani berbuat macam-macam di depan sang Kakek. Anggun pun tersenyum kepada suaminya dan dia bersiap-siap untuk mengerjai Rico karena pikirnya
“Jika bukan karena ada Kakek yang memperhatikan, najis tralala harus mencium dan berkata lembut kepada pria menyebalkan seperti Mas Rico!” monolog Anggun sembari mengusap bibirnya dengan tisyu.Anggun melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi karena ingin meluapkan rasa kesalnya. Dia merasa sedang terjebak dalam persyaratan yang dia buat. Maksud hati mengadakan perjanjian tersebut agar Rico tidak menyentuhnya sama sekali tetapi tetap saja dia selalu menciumnya dengan dalih keadilan atas perbuatan pria tempo hari. Ingin rasanya dia terbebas dari pernikahan yang tidak berlandaskan dengan cinta tersebut. Namun, dia bingung bagaimana caranya?‘Sialan, Mas Rico benar-benar licik,’ ungkap Anggun dalam hati.Anggun mendadak menghentikan mobil yang dikendarainya karena ada sebuah kendaraan motor sport menyalip dan berhenti di depan mobilnya. Pria tersebut membuka helmnya.
Baru kali ini dia merasakan rasa sakit yang teramat dalam di lubuk hatinya. Baru kali ini juga dia melihat Anggun sebahagia ini. ‘Apakah pria itu adalah seseorang yang berarti untuknya? Tapi kenapa pada waktu itu dia bilang dia tidak mengenalnya?’ tanya Rico dalam hati.Akhirnya, Rico memutuskan untuk pergi. Dia tidak kuat berlama-lama melihat kemesraan Anggun dengan pria tersebut. Dia pun meminta tolong kepada salah seorang mahasiswa untuk memberikan bekal yang dia bawa untuk diberikan kepada Anggun.“Gun, ini tadi ada titipan dari pria tampan. Katanya, bekalmu tertinggal di rumah dan dia berpesan segera dimakan nanti penyakit lambungmu kambuh!” tutur salah satu teman sekelas Anggun yang dititipi bekal.“Sekarang dimana orangnya?” tanya Anggun.“Dia sudah pergi!” sahut temannya tersebut.“Makasih, Dini!” ucap Anggun.
“Kek, bilang pada Anggun bahwa Kakek ingin segera mendapatkan cucu,” tutur Rico dengan wajah memohon.“Menunggu 1 semester bukan hal yang lama untuk Kakek. Biarkan Anggun menyelesaikan kuliahnya dulu,” sahut sang Kakek.Rico berlutut dan memegang kaki kakeknya. “Ayolah, Kek!”“Apa-apaan kamu Rico?” tanya sang Kakek yang berusaha melepaskan kakinya.“Kek, aku ingin segera memiliki seorang bayi, aku yakin bayi kita nanti akan cantik seperti ibunya dan tampan seperti aku. Kakek tidak mau menggendong cucu cepat-cepat?” tanya Rico.“Hais, baiklah nanti pulang dari kantor kakek akan berbicara kepadanya,” tutur sang Kakek.Suasana hati Rico yang buruk kini berubah menjadi ceria. Dia berpikir keras agar Anggun menjadi miliknya. Hanya dengan seorang bayi, Anggun bisa tetap bersamanya dan tidak men
“Kek, Mas, aku berangkat dulu, ya!” pamit Anggun kepada Kakek dan sang suami.“Iya, sayang hati-hati!” sahut sang kakek. Sedangkan Rico tidak menjawab sepatah kata apapun, dia sedang merasakan reaksi dari obat tersebut.‘Gila, reaksi obat itu cepat juga,’ ungkapnya dalam hati.Rico mulai merasakan kegerahan di seluruh tubuh, pasalnya dia memasukkan 3 butir tablet ke dalam minuman yang tadinya dibuat khusus untuk Anggun. Dia merasakan gairah yang tak terhingga. Sungguh, ingin sekali dia melakukan hubungan suami istri pada saat ini juga. Namun, sangat di sayangkan umpan sudah pergi, jika pergi ke tempat Nisa, khawatir kakeknya akan curiga. Wajah Rico nampak seperti orang yang sedang menahan buang air besar, tubuhnya dibanjiri oleh keringat. Dia memutuskan untuk pergi ke kamarnya dan berpamitan kepada kakek dengan alasan sakit perut.Rico lari terbirit-birit ke kamar,
“Ambil pisau di dapur atau racun yang mematikan kemudian bunuh aku. Karena selama aku masih hidup, aku tidak akan pernah menceraikanmu. Kamu hanya bisa menikah lagi jika aku mati. Walaupun aku mati, tetap saja aku akan menjadi arwah gentangan yang akan menghantuimu dan pasangan barumu,” ujar Rico dengan pelan tapi tegas.“Uwu, suamiku tercinta sepertinya sudah mulai jatuh cinta kepadaku?” tanya Anggun sembari menggoda sang suami yang sedang terkulai lemas.“Jangan mimpi! Mana mungkin aku jatuh cinta kepadamu? Aku hanya tidak ingin kamu bahagia, aku akan selalu membuatmu menderita,” sanggah Rico karena gengsi tidak mau mengakui bahwa dia sudah jatuh cinta kepada wanita yang sedang duduk di sampingnya di tepi tempat tidur.“Sayang sekali, padahal aku—”“Aku apa? Jawab!” tanya Rico berharap jika Anggun pun merasakan hal yang sama dengan d
“Kamu terlihat tampan mengenakan koko dan peci hitam ini, Mas,” tutur Anggun pelan sembari malu-malu.“Benarkah? Jika begitu aku akan mengenakannya setiap hari di hadapanmu, agar kamu tidak melihat pria lain di belakangku,” tegas Rico.Mereka pun saling memandang satu sama lain dan menatap lekat ke satu titik. Rico pun mendekatkan wajahnya dan kemudian memegang tengkuk Anggun. Dia mencumbu lembut bibir Anggun yang ranum. Awalnya Anggun tidak membalas, tetapi entah mengapa, ada dorongan kuat dari dalam dirinya untuk membalas cumbuan Rico kepadanya.Ada senyuman di bibir Rico pada saat Anggun membalas ciumannya. Hatinya sungguh berbunga-bunga. Bibir mereka saling berpagut dan tidak ingin segera berhenti.Anggun melepaskan lebih dulu cumbuannya karena kehabisan oksigen. Kemudian dia melontarkan pertanyaan kepada pria yang halal baginya. “Apakah kamu mau melakukannya, Mas?&r