“Kamu terlihat tampan mengenakan koko dan peci hitam ini, Mas,” tutur Anggun pelan sembari malu-malu.
“Benarkah? Jika begitu aku akan mengenakannya setiap hari di hadapanmu, agar kamu tidak melihat pria lain di belakangku,” tegas Rico.
Mereka pun saling memandang satu sama lain dan menatap lekat ke satu titik. Rico pun mendekatkan wajahnya dan kemudian memegang tengkuk Anggun. Dia mencumbu lembut bibir Anggun yang ranum. Awalnya Anggun tidak membalas, tetapi entah mengapa, ada dorongan kuat dari dalam dirinya untuk membalas cumbuan Rico kepadanya.
Ada senyuman di bibir Rico pada saat Anggun membalas ciumannya. Hatinya sungguh berbunga-bunga. Bibir mereka saling berpagut dan tidak ingin segera berhenti.
Anggun melepaskan lebih dulu cumbuannya karena kehabisan oksigen. Kemudian dia melontarkan pertanyaan kepada pria yang halal baginya. “Apakah kamu mau melakukannya, Mas?&r
Rico membuka sarungnya tanpa malu sedikit pun, bahkan dia sangat percaya diri dan bahagia. Akhirnya, Anggun bisa melihat dan menyentuh si junior.Anggun mengeluarkan isi salep di ujung telunjuknya. ‘Ya ampun ternyata benda seperti ini, alat untuk membuat dede bayi.’ Walaupun Anggun merasa risih, tetapi dia harus melakukan agar dia bisa segera pergi ke kampus dan melakukan aktivitas lainnya.“Anggun, tadi kata dokter kamu harus membuatnya menegang atau berdiri terlebih dahulu. Untuk apa itu dilakukan? agar kamu tidak salah mengoleskan salep, paham!” ujar Rico sedikit kesal kepada Anggun.“Ini itu belum berdiri? Lalu cara membuatnya menegang dan berdiri itu, bagaimana?” tanya Anggun serius.Seringai senyum licik terbit di wajah Rico. Dia menuntun tangan Anggun untuk menyentuh si junior.“Kamu bisa usap-usap dengan lembut, nanti dia akan ter
Anggun dan kakek Bara menatap aneh ke arah Rico. Sang kakek pun tersentuh dengan apa yang dilakukan oleh sang cucu. Baru kali ini Rico bersikap seperti itu kepadanya. Namun, masih ada yang harus diselesaikan, urusan pekerjaan di Bali. Jadi, mau tidak mau kakek Bara tetap harus pergi.“Kek, kumohon!” pinta Rico dengan wajah memelas.***“Maafkan kakek, tetapi pengawal kakek sudah berada di depan untuk menjemput kakek,” tutur Bara kepada cucurnya.Rico terdiam dan termenung, dia sedang meratapi nasibnya. Sedangkan Anggun dan kakek Bara menatap aneh ke arah Rico yang masih berlutut.“Sini, aku bantu berdiri, Mas!” ucap Anggun menawarkan.Rico menatap sendu ke arah Anggun. Mungkin ini terakhir kalinya, dia akan mendapatkan perhatian dari sang istri. Setelah kakek pulang akan lain lagi ceritanya, dan itu membuat Rico tidak rela.Pasangan suami istri tersebut mengantarkan
Mereka tiba di ruang keluarga dan duduk di sofa panjang yang menghadap langsung ke arah televisi.“Bolehkah, aku tidur di pangkuanmu? Sepertinya aku belum bisa duduk terlalu lama!” Rico mulai melancarkan modusnya.“Kemarilah!” ajak Anggun yang kemudian mengambil bantal sofa kecil dan menyimpan di pahanya untuk di tiduri oleh sang suami.Rico kemudian tidur di pangkuan Anggun dan tidak sadar sembari menonton drama Korea tangan Anggun mengusap lembut rambut Rico. Rico benar-benar menikmati momen kebersamaannya bersama Anggun. Tiba-tiba di drama korea tersebut ada adegan berciuman dengan posisi pria yang tertidur di pangkuan wanitanya.Rico berinisiatif mengubah posisinya seperti di adegan drama tersebut dan kemudian memejamkan mata untuk menerima perlakuan yang sama.“Euh, ka-kamu mau apa, Mas?” tanya Anggun yang salah tingkah.
Di dalam kamar selain berdo’a tidak ada yang mereka lakukan lagi. Hingga waktu isya tiba, mereka pun melanjutkan dengan sholat berjama’ah isya. Setelah selesai sholat berjama’ah, Anggun beranjak untuk pergi ke kamarnya. Namun, Rico mencegahnya.“Jangan pergi! Izinkan untuk malam ini aku menjadi suamimu sesungguhnya. Tidur bersama istri sahku, dimanja oleh bidadari hatiku, dan merasakan kasih sayang istri. Besok, Nisa sudah kembali. Aku pasti akan sulit bermanja-manja denganmu. Dan, kamu pun akan kembali menjadi sosok Anggun yang cuek kepadaku.”Mendengar penuturan Rico membuat Anggun sedih dan dia memeluk Rico dengan erat. “Mas, maafkan aku! Aku tidak bisa menjadi istri yang baik bagimu. Aku tahu diri dengan posisiku. Aku tidak mau merusak hubunganmu dengan Nisa. Dan, aku adalah wanita yang paling egois. Aku tidak mau jika Mas dimiliki oleh wanita lain.”“Maafkan, aku juga.
Rico menelan saliva dengan kasar ketika melihat pemandangan indah di depan mata. Ternyata, dia adalah pria beruntung yang telah menyia-nyiakan bidadari yang dinikahinya.Jiwa Rico sudah membara karena gairah. Kali ini, dia mendominasi dan menguasai tubuh sang istri. Dia pun mulai menyentuh puncak dada Anggun yang berwarna pink muda dengan bibirnya kemudian memasukan benda tersebut ke rongga mulutnya. Di dalam sana, benda bulat berbentuk seperti kismis dimainkan dengan lincah oleh lingualnya.“Mas …!” rintih Anggun yang mulai bergairah.“Iya, Sayang,” sahut Rico dengan mesra.Tatapan mendamba di mata Anggun begitu ketara oleh Rico. Rico melengkungkan bibirnya dan dia tersenyum begitu manis kepada sang istri.Senyuman yang dipersembahkan Rico membuat dirinya terhipnotis. Dia pun tanpa sadar membalas senyuman itu dengan tulus.&lsq
“Da-darah,” Rico tiba-tiba cemas dan kemudian dia melihat pusat kenikmatan milik Anggun dan sudah ada genangan darah di seprai putih tempat tidurnya. Dia berpikir sejenak, dia merasa bahwa dirinya belum melakukan apa-apa terhadap istrinya itu, ‘kenapa bisa ada darah?’ tanyanya dalam hati.“Kenapa kamu diam, Mas?” tanya Anggun yang segera ingin dimasuki oleh Rico.“Anggun maafkan aku, kenapa ada darah di area kewanitaanmu?”“Apa?” Anggun terkejut dan menyentuh organ kewanitaannya. “Sekarang tanggal berapa?” tanya Anggun penarasan kepada Rico.“Dua puluh sembilan,” jawab Rico.“Hehehe, sepertinya aku sedang menstrulasi alias tamu bulanan,” ucap Anggun merasa bersalah.“Apa, menstrulasi?”Wajah Rico tampak frustasi mendengar kata menst
Kini Rico dan Anggun sudah berada di dalam mobil. Di mobil sudah ada sopir yang menunggu. Sepanjang perjalanan Rico memegang tangan Anggun dengan posesif, dia tidak melepaskan tangan istrinya sedetik pun.Mereka telah tiba di kampus tempat Anggun menuntut ilmu. Anggun pun mencium tangan Rico kemudian berpamitan. Ketika Anggun membuka pintu mobil, Rico menarik tangannya kemudian memesrai bibir Anggun.“Jangan nakal! Ingat sudah punya suami!” ujar Rico memperingatkan.“Iya, aku juga tahu, kok,” tutur Anggun sembari keluar dari mobil.Ketika Anggun sedang berjalan, tiba-tiba Romeo datang. Dia merangkul pinggang Anggun kemudian mencium pipi kanan dan kiri wanita cantik tersebut. Rico melihat itu semua, dan Rico pun keluar dari dalam mobil.“Anggun!” teriak Rico memanggil nama istrinya.Langkah Anggun terhenti, ‘Mampus, pa
Karena kesal, Rico pun pergi dari kampus tempat Anggun menuntut ilmu dan menuju ke kantinnya. Di dalam mobil dia terus uring-uringan. Dia tidak rela jika Anggun disentuh dan dimiliki oleh pria lain. Batin Rico terus meracau. ‘Kenapa tadi malam Anggun harus datang bulan? Padahal tinggal sedikit lagi, Anggun akan menjadi miliknya, seutuhnya.’ Sesalnya dalam hati. Akhirnya dia tiba di kantor. Dan, Nisa sudah menyambutnya dengan senyuman manis. Rico pun membalas senyuman Nisa, dan memintanya masuk ke dalam ruangan. Dia ingin melepaskan penat di dalam dirinya. Semoga dengan adanya Nisa, rasa emosinya karena cemburu bisa terhempas jauh. *** Anggun beserta teman-temannya sudah memasuki kelas. Di sana sudah berada dosen killer dengan wajah yang tidak bersahabat. Sorotan matanya sangat tajam ketika memandang Romeo. Dan, Romeo pun merasakan hal itu tetapi dia bersikap acuh tak ac