Share

Salah Kamar
Salah Kamar
Author: autumn

Salah Kamar

Hari ini adalah hari selasa. Di mana Natha sedang menikmati liburannya, sambil duduk di meja makan sembari mengoleskan selai kacang di atas roti tawar miliknya.

"Nath, hari ini Papa mau pergi dinas ke luar Kota sama mama seminggu. Kamu nggak apa-apa kan di rumah sendiri?" Kata Anantha. "Beneran mau dinas ke luar?" Dengan suara yang dibuat kecewa, Natha berpura-pura sedih mendengar Orang tuanya akan pergi. Padahal inilah saat yang dia tunggu-tunggu selama ini. Gadis tomboy yang hobinya bikin onar ini paling pandai menyusun kebohongan di depan Orang tuanya.

"Iya, mau gimana lagi. Mama sudah nunggu di Bandara dan urusan ini juga sangat mendesak. Mama udah bangunin kamu dari tadi. Tapi, kamu susah banget dibangunin mentang-mentang libur. Nanti Papa tambahin uang jajan buat kamu deh, tapi-" Anantha sengaja menggantungkan perkataanya.

"Tapi apa Pah?" Natha nampak penasaran.

"Papa nggak mau dengar kamu buat masalah lagi. Nggak ada balapan liar, tawuran dan sejenisnya. Paham?" Anantha sudah tahu sifat Putri keduanya itu yang suka membuat masalah.

"Iya janji nggak bakal lakuin yang Papa sebut tadi suer." Kata Natha sambil mengacungkan dua jarinya dengan nada serius.

"Bagus, kalo begitu Papa pergi dulu ya kamu baik-baik di rumah." Anantha mengusap puncak kepala Natha lalu pergi berlalu meninggalkan sang Putri yang masih duduk di meja makan.

"Tenang aja Pa, aku nggak bakal ngelakuin itu kok, tapi lebih dari itu." Gumam Natha, di dalam hatinya, takut jika Papanya masih bisa mendengar perkataanya.

Bukan Natha Bree Wijaya jika dia tidak membuat masalah di dalam hidupnya.

Setelah memastikan sang Papa sudah pergi, dia segera mencari tiket pesawat yang bertujuan ke Kota Bandung sekalian dengan Hotelnya. Setelah serching selama 15 menit akhirnya Natha mendapatkan yang dia inginkan. "Yes, ahirnya gue bebas." Natha menjerit kegirangan menuju kamarnya. Di benaknya saat ini dia hanya ingin bersenang-senang menghabiskan masa liburnya yang tinggal 5 hari. 

Setelah selesai dengan persiapannya Natha melangkahkan kakinya menuju Bandara yang tidak jauh dari rumahnya.

Perjalanan dari Surabaya menuju Bandung terasa sedikit melelahkan bagi Natha, apalagi tanpa persiapan dan serba mendadak. 

Setelah sampai di Kota Kembang, Natha segera mencari taxi untuk menuju Hotel yang sudah dia pesan sebelumnya melalui aplikasi. "Mbak saya yang pesan kamar melalui aplikasi tadi." Kata Natha kepada salah satu pegawai hotel. "Atas nama Natha Bree Wijaya ya Kak?" Kata pegawai itu sambil memberikan kunci hotel no 9. Natha hanya mengangguk lalu pergi meninggalkan pegawai tersebut. 

Bruk! 

"Aduh!" Tubuh Natha tidak sengaja menabrak seseorang yang tidak dikenalnya. 

"Maaf." Lelaki itu pergi begitu saja meninggalkan Natha yang masih terpaku. "Untung cakep, kalo nggak udah gue... ah sudahlah." Natha melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.

Pandangan Natha mengedar menyusuri lorong Hotel mencari keberadaan kamar yang sedang dia cari. Sorot matanya terhenti setelah melihat nomor 9 yang menempel pada pintu kamar. Natha sedikit heran dengan yang dilihatnya, karena nomor pintu sedikit acak menurutnya. "Bukannya seharusnya setelah nomor 5 itu nomor 6 dulu ya?" Gumam Natha. Namun, karena merasa lelah ia memutuskan segera memasuki kamar tersebut. 

"Aneh, nggak dikunci lagi." Natha segera memasuki kamar dan meletakkan barangnya di lemari. Karena efek jetlag di perjalanan membuat Natha merasa tidak nyaman, akhirnya memutuskan untuk mandi. Dia berendam cukup lama di dalam bath up, tidak terasa dia sudah berendam selama setengah jam. 

Natha keluar dari kamar mandi dan hanya mengenakan sehelai handuk yang menutupi bagian dada sampai ke lutut. 

DEG

Natha benar-benar terkejut dengan apa yang ada di hadapannya, jantungnya serasa berhenti berdetak. Saat ini di hadapannya ada seorang lelaki yang bertelanjang dada dan hanya mengenakan boxer sedang tertidur dengan pulasnya. 

"Siapa dia?" Perasaan was-was menyelimuti pikirannya saat ini. Dengan sigap Natha mengambil vas bunga yang berada di nakas, dia melangkahkan kakinya dengan sangat pelan mendekati lelaki misterius itu. Natha berdiri tepat di atas kaki pria itu, namun hal yang tak terduga malah terjadi. 

Lelaki itu tiba-tiba menggerakkan kakinya dan sialnya pergerakannya tepat mengenai kaki Natha. Vas bunga yang dipegangnya juga ikut terlempar entah kemana. Akibat perbuatan laki-laki itu tubuh Natha langsung terhuyung kedepan. Natha tidak dapat mengendalikan keseimbangan tubuhnya dan langsung menimpa lelaki itu.

Natha terjatuh tepat di atas tubuh lelaki itu, bibir keduanya saling bertaut. Karena kejadian yang tidak terduga itu membuat keduanya membulatkan matanya dengan sempurna. Deru napas mereka saling beradu untuk beberapa saat. Ditambah lelaki di hadapan Natha belum sepenuhnya tersadar dengan apa yang terjadi.

Braak!

Pintu kamar tiba-tiba saja terbuka, masih dengan posisi tubuh yang sama, keduanya tertangkap basah oleh beberapa pasang mata yang sedang mengamati mereka, sepertinya petugas razia pasangan yang tidak resmi. 

"Silahkan ikut kami ke kantor, kami mendapatkan laporan ada pasangan tidak resmi di kamar ini." 

Lelaki itu, langsung mendorong tubuh Natha darinya. Hal itu membuat Natha tersungkur ke lantai dengan handuk yang sudah lolos dari tubuhnya. "Aaaaaaa" Natha berteriak karena posisinya saat ini sangat memalukan sambil menyilangkan kedua tangannya berusaha menutupi bagian dadanya. Lelaki itu dengan sigap menarik selimut lalu menutupi tubuh Natha yang terlihat polos.

"Tolong keluar dulu Pak! Kami akan bersiap." Kata lelaki itu dengan tegas. Petugas itu keluar berlalu meninggalkan dua sejoli, yang tidak saling mengenal itu.

"Mampus gue!" Gumam Natha nampak frustasi. "Kamu! cepat pakai bajumu dan jelaskan apa yang terjadi nanti, jangan sampai kita terjerat masalah yang lebih serius." Lelaki itu berjalan sambil mengenakan baju kaosnya.

"Kok sial banget nasib gue hari ini, niatan mau liburan malah sial begini. Gara-gara melanggar perkataan Papa gue kena sial." 

Natha kemudian mengenakan pakaian dan bersiap keluar kamar mengikuti petunjuk petugas sat pol pp. Bahkan Natha dan beberapa pasangan tidak resmi lainnya juga dibawa menggunakan mobil petugas sat pol pp yang terbuka di bagian belakang. "Ya Allah, kenapa sial benget hari ini mau liburan malah jadi begini." Natha bergumam diatas mobil yang masih bisa di dengar oleh lelaki di sampingnya. Namun lelaki itu hanya diam saja. Setelah sampai di kantor mereka langsung diintrogasi oleh para petugas.

"Tolong berikan informasi lengkap dan serahkan KTP masing-masing untuk membuktikan kalian pasangan resmi." Kata salah seorang petugas di sana. 

Natha hanya bisa memejamkan matanya, bahkan dia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Natha memberikan KTP miliknya kepada petugas dan juga lelaki itu. 

"Wah, jauh juga kamu ya dari Surabaya." Seru salah seorang petugas saat melihat KTP milik Natha. Kemudian meminta Ktp lelaki itu dan kebetulan sekali lelaki itu juga berasal dari Surabaya. "dari satu daerah ya." Kata petugas itu. "Tapi, kami bahkan nggak kenal Pak! Tolong lepasin kami Pak. Saya bahkan tidak tahu siapa nama Mas ini, ini hanya kesalahpahaman Pak." Natha terlihat mulai frustasi. 

"Tapi disini ada prosedurnya Dek, jika kalian bukan pasangan resmi, kami akan memberikan sanksi yaitu akan dinikahkan." 

"Nikah?" Natha dan pria asing itu berteriak bersamaan.

"Saya akan berikan berapapun yang Bapak minta, tapi jangan nikahkan kami." Kata pria asing itu. 

"Nah begini mental anak muda jaman sekarang, bagaimana Indonesia bisa maju jika masih muda saja malah mengalami kemunduran. Jika ada yang menerima suap. Maka pelaku dan yang menerima akan dikenakan sanksi tambahan." Seru petugas dari arah belakang. "Kok Bapak kejam sih? Kami beneran nggak ngelakuin apa-apa, Bapak." Natha berusaha menjelaskan mati-matian.

"Sudah lah, lebih baik kita ikuti saja permainan mereka. Ini bukan wilayah kita." Kata lelaki itu. 

"Enak banget kamu ngomong, aku sih nggak apa-apa nikah di usia 20 tahun. Yang jadi masalah kita nggak saling kenal dan aku baru kuliah semester 2 dan kita emang nggak ngelakuin apa-apa kok." Suara Natha naik satu oktaf. 

"Duduk dan ikuti permainannya." Kata lelaki itu dengan santai, bahkan Natha sama sekali tidak tahu siapa nama lelaki di hadapannya saat ini. Kali ini Natha hanya bisa diam dan mengikuti apa kata lelaki itu.

"Jadi begini, jika orang tua kamu masih hidup tolong telfon dia untuk menjadi wali melalui telfon." Kata lelaki itu dengan sangat tenang. 

"Kamu gila ya? Bisa-bisa gue digantung sama Papa kalo dia tau aku di Bandung sekarang." Natha mulai terlihat frustasi dengan keadaanya saat ini. Wajahnya mendadak menjadi pucat ketika harus memberitahu orang tuanya tentang apa yang terjadi kepadanya saat ini.

"Berikan nomor telfon Papamu sekarang, biar aku yang jelaskan." Natha menuruti apa kata lelaki itu dengan sedikit ragu. Setelah mendapatkan nomor telfon orang tua Natha, lelaki itu pergi keluar dan entah apa yang dibicarakan, namun orang tua Natha menyetujui pernikahan Natha dengan pria asing itu.

Lelaki itu lembali duduk di samping Natha, saat ini mereka sudah berada di depan penghulu. Bahkan leleki itu masih terlihat santai di saat seperti ini.

Namun, nasi telah menjadi bubur. keadaan mereka berdua saat terpergok memang sangat meyakinkan bahwa mereka sedang melakukan hal yang tidak seharusnya. 

"Maskawinnya apa mas?" Tanya penghulu yang berusia sekitar setengah abad kepada lelaki itu.

"Saya tidak punya uang kes Pak, jadi kartu ini saja yang jadi maskawinnya." Kata lelaki itu sambil memberikan black card. Kartu yang hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu saja. "Gleg! Siapakah dia?" Jiwa-jiwa penasaran Natha mulai muncul.

"Baiklah kita mulai ya mas. Ikuti instruksi saya." Kata penghulu sambil mengucapkan akad dan langsung dijawab oleh Lelaki itu.

"Saya trima nikah dan kawinnya Natha Bree Wijaya binti Anantha Wijaya dengan maskawin tersebut dibayar tunai!"

"Bagaimana saksi sah?"

"Sah!" Sahut beberapa saksi yang berada di sana. Semenjak ijab qobul berlangsung dari situlah Natha mengetahui nama lelaki yang kini resmi menyandang setatus sebagai suaminya. 

Namanya Kenzie Ganendra, wajahnya memang tampan ditambah kulitnya yang putih dan mata hazel miliknya menjadikan ketampanan nampak terlihat sempurna.

"Sudah, ngaku aja deh kalo kalian emang pacaran. Nah sekarang bisa dilanjutkan kok kegiatannya yang tadi, dijamin nggak bakal ada yang grebeg lagi Neng!" Seru salah satu dari sat pol pp tadi.

"Anak jaman sekarang mah suka gitu, mau ena-ena tapi nggak mau nikah." Kata salah seorang petugas satunya.

Natha menahan emosinya dengan mengepalkan kedua tangannya, sebetulnya perasaan Natha sudah tidak bisa di tahan lagi, bahkan saat ini dia ingin memukuli mereka satu-persatu.

Natha memilih langsung keluar meninggalkan Kenzie yang masih sibuk mengurus sisa masalahnya. Wajah malunya tak bisa disembunyikan lagi saat ini.

Setelah selesai dengan masalahnya Natha dan Kenzie kembali ke kamar hotel bersama-sama. Perjalanan mereka didalam taxi hingga sampai ke dalam kamar hotel terasa sunyi, tanpa ada satu pun yang memulai percakapan. "Kok perasaan gue nggak enak gini ya?" Gumam Natha.

Setelah sampai di kamar akhirnya Kenzie membuka suara untuk pertama kalinya. "Baiklah, jelaskan biodatamu dengan selengkap-lengkapnya." Kata Kenzie. 

"Hah? Maksud loe?" Natha masih belum faham dengan apa yang dikatakan oleh Kenzie.

"Begini nih kalo kabur dari masalah, sekarang malah tambah masalah lagi." Kenzie nampak sedikit frustasi dengan apa yang menimpanya hari ini.

Kenzie lari dari Surabaya ke Bandung kerana orang tuanya memaksanya untuk dijodohkan dengan Karin teman kecilnya.

Namum bukanya beruntung dia malah mengalami hal sial seperti sekarang ini.

~~~

Bersambung...


Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status