Share

Kejadian Sebenarnya

Natha bingung.

Setelah Kenzie memberikan pertanyaan kepadanya. Saat itu juga ponselnya berdering. Disana tertuliskan 'Papa' menandakan sang Papa melakukan panggilan suara kepadanya. 

"Aduh, gimana ini?" Wajah putih Natha terlihat memucat. 

Kenzie yang menyadari akan hal itu langsung menyambar ponsel yang tengah berada di tangan Natha. 

"Sssttt diam! biar aku yang bicara." 

Kenzie keluar dari kamar meninggalkan Natha sendiri. "Gimana mau diem coba, nggak tau aja kalo papa tuh galaknya melebihi singa habis beranak," gumam Natha, hatinya mulai tidak tenang, karena dia menyadari kesalahannya kali kali ini memang melebihi yang biasanya.

Sedangkan di luar Kenzie berusaha menjelaskan permasalahan yang terjadi antara Dirinya dan juga Natha hari ini. 

"Anda tenang saja Pak, sekarang anda sedang berada dimana? Biar sekretaris saya yang akan mendatangi Bapak dan menjelaskan permasalahannya." 

Kenzie berusaha menjelaskan dengan setenang mungkin. 

"Saat ini saya sedang berada di pulau Sebatik, kabupaten Nunukan Kalimantan Utara. Alamat lengkap akan saya kirim via Email. Saya titip anak saya, maaf jika Natha sulit untuk diatur. Saya mungkin baru bisa kembali ke Surabaya satu minggu lagi." Anantha menjelaskan tentang Natha, dia tidak heran saat ini bahkan dia sudah tahu dengan apa yang dilakukan anaknya, karena dia selalu memonitor keberadaan anak gadisnya itu, melalui GPS yang dia pasang di dalam kalung yang dia berikan beberapa bulan lalu sebagai hadiah ulang tahunnya.

"Baiklah kalo begitu Pak, maaf sudah membuat anda cemas dengan permasalahan yang kami timbulkan saat ini. Tolong sebaiknya anda tidak usah menghubungi Natha terlebih dahulu, sepertinya dia sedang syok." 

Kenzie berusaha menjelaskan agar orang tua Natha, bisa mengerti keadaan anaknya saat ini. Bukan hal yang mudah bagi Natha, mengalami hal yang sangat memalukan. Pikir Kenzie. Tangan Kenzie kembali mencari nama sekretaris yang ada di ponselnya. Kemudian dia men-dial no tersebut dan langsung mendapatkan jawaban dari seberang telepon.

"Halo, Kepin?"

"Ya halo Bos," kata Orang, di seberang sana.

"Aku sedang berada di Bandung dan kebetulan sedang mengalami masalah, tolong segera selesaikan dan pergilah ke alamat yang aku kirim ke emailmu." Kenzie menjelaskan dengan singkat lalu mengakhiri panggilan tersebut. Bahkan saat ini dia sangat yakin sekretarisnya sudah faham dan mengerti dengan tugas yang diberikannya. 

Kenzie melangkahkan kakinya menuju kamar di mana Natha berada, baru saja dia membuka pintu Natha sudah mengejutkannya dengan beberapa pertanyaan. 

"Gimana-gimana? Papa pasti marah besar ya?" Natha nampak ketakutan melihat Kenzie masuk ke dalam kamar dan memberondonginya dengan pertanyaan bertubi-tubi. 

"Tenang sedikit bisa kan?" Kenzie masih dengan wajah datarnya. "Sekarang kamu jelasin bagaimana kamu bisa masuk ke dalam kamarku." Kata Kenzie sambil menaikkan sebelah alisnya. 

"Tunggu dulu, bukannya loe yang masuk ke kamar gue seenaknya." Natha nampak tidak terima jika dia dituduh salah memasuki kamarnya.

"Ck, jelas-jelas kamu yang salah. Sini kamu ikut sama aku, bawa sekalian kunci kamar kamu." Kata Kenzie, Natha menuruti apa yang di katakan oleh Kenzie mereka berhenti tepat di depan pintu kamar. 

"Lihat baik-baik yang aku lakukan." Kenzie menutup pintu, lalu menguncinya dengan kunci yang dia punya dan benar saja pintu itu langsung terkunci dengan sempurna. Natha sedikit bengong dengan apa yang dia lihat saat ini. "Eh tunggu dulu, ini bener kok nomor 9. tapi, emang gue pas masuk pintunya emang nggak nutup rapat dan nggak ke kunci juga. Tuh, lihat nomor di atas memang nomor 9 kan?" Natha masih kekeuh dengan penjelasannya. Saat ini Natha sudah berdiri di depan pintu bersama Kenzie untuk menyelidik apa yang terjadi dan apa yang salah.

Kenzie nampak berpikir sejenak lalu dia memegang nomor yang menempel pada pintu tersebut. 

"Aku tahu jawabannya, nomor di pintu ini terputar karena bautnya hilang satu jadi nomor yang seharuanya 6 berubah menjadi 9." Natha merasa semakin jengkel dengan apa yang dilihatnya saat ini. "Arrrrgghhhhh..." 

Braak!

Natha menendang pintu yang ada di hadapannya hingga menimbulkan suara yang sangat keras. Karena ulahnya yang brutal menyebabkan kegaduhan di lorong hotel tersebut. Dalam waktu sekejap orang-orang sudah berkumpul mengelilingi mereka.

"Sudah Nath, jangan buat masalah lagi!" Kenzie mencoba menenangkan Natha supaya tidak bertindak yang tidak sepantasnya. 

"Siapa yang bertanggung jawab dengan hotel ini?" Natha berteriak di depan para karyawan hotel yang tengah mengelilingi mereka. "Sa-saya Mbak." Jawab salah seorang pegawai laki-laki yang terlihat ketakutan melihat keganasan Natha saat menendang pintu. 

"Apa kalian tidak pernah memeriksa keadaan hotel ini, huh?" Triakan Natha membuat orang yang berada di sana tersentak, termasuk dengan Kenzie. 

"Waduh, bisa gawat kalo dibiarin ini. Lama-lama bisa hancur usaha orang." Gumam Kenzie, ia heran dengan apa yang dilakukan oleh istrinya. "Sud-"

"Diem lo, gue nggak terima sama apa yang terjadi hari ini," belum sempat Kenzie berbicaara Natha sudah memotong perkataanya. 

"Bukan hanya rugi tapi, gue juga sangat malu, apa kalian memikirkan perasaan gue, hah?" Suara Natha semakin meninggi, beberapa orang juga terlihat berbisik-bisik membicarakan kelakuan Natha saat ini. Melihat akan hal itu Kenzie langsung menarik Natha pergi dari tempat itu. Natha berusaha melepas cengkraman Kenzie dengan sekuat tenaga agar bisa terlepas dari tangannya. "Lepasin gue bisa nggak! Gue belum selesai sama urusan ini," kata Natha sambil menepuk-nepuk tangan Kenzie. "Sudah lah Nath, semuanya juga sudah terjadi dan Kamu juga sudah sah menjadi Istriku." Kenzie terlihat serius saat mengatakannya.

Natha tidak bisa berkata apa-apa lagi. Akhirnya dia pergi meninggalkan Kenzie sendiri yang masih terpaku melihat kepergian Natha. "Mungkin dia butuh waktu untuk sendiri," pikir Kenzie saat ini, entah kemana Natha pergi. Kenzie melangkahkan kakinya sembari memijit pelipisnya. Kenzie yang berjalan menuju kamar melewati kolam renang, namun dia malah mendengar sebuah kegaduhan. 

Bugh! Bugh! Bugh!

Betapa terkejutnya Kenzie saat ini, dia mendapati Natha sedang memukul pegawai hotel yang tadi berulang kali meminta maaf kepadanya. Melihat hal itu Kenzie langsung berlari ke pinggir kolam renang yang memang sepi. Sepertinya petugas Hotel itu memang agak apes, harus bertemu Natha kembali. Kenzie langsung menarik tubuh Natha dan langsung memeluknya dengan erat. "Pergi sekarang juga Mas!" Kenzie berseru kepada pegawai hotel yang sudah babak belur akibat ulah Natha. "Kamu bisa nggak sih nurut perkataanku?" Kali ini Kenzie mengatakan dengan intonasi yang cukup tinggi. Sementara Natha masih di dalam pelukan Kenzie.

DEG

Serasa mau runtuh perasaan Natha saat ini, seumur hidupnya tidak ada yang pernah berani membentak dirinya sekasar itu. Termasuk kedua Orang tuanya dan juga Kakaknya sendiri. Perlahan tetes demi tetes air meleleh dari pelupuk mata Natha. Kenzie masih belum menyadari jika Natha saat ini sedang menangis dalam diam. Natha langsung mendorong tubuh Kenzie dengan kekuatan penuh, lalu pergi berlalu meninggalkan Kenzie untuk kesekian kalinya. Kali ini Kenzie tidak membiarkan Natha kabur lagi. Diam-diam Kenzie mengikuti kemanapun langkah kaki Natha pergi. "Kenapa gadis ini sangat keras kepala, bahkan untuk diajak bicara baik-baik saja tidak bisa. Ya Allah sebenarnya jelmaan apa gadis itu? kenapa malah wanita setengah Tarzan yang Engkau kirim pada Ku." Langkah kaki Kenzie terhenti saat melihat Natha berjalan menuju kebun teh. Hotel tempat Natha menginap memang berhadapan dengan kebun Teh yang sangat luas. Langkah Natha, membawanya berjalan menyusuri hamparan daun-daun hijau dan berhenti di sebuah gubug kecil. 

Kenzie yang sedari tadi mengikuti Natha kemudian melangkahkan kakinya perlahan mendekatinya. "Maaf," Kata Kenzie. Mendengar suara Kenzie, dia langsung menghapus air matanya dan berusaha agar terlihat tidak terjadi apa-apa. Padahal saat ini Natha sedang merasa kacau dengan masalah yang di alaminya. 

"Nggak usah dibahas lagi, semua sudah terjadi." Natha menjawab dengan nada datar. "Kita bahkan belum berkenalan secara resmi ya?" Kenzie berusaha mencairkan suasana. Namun Natha hanya memberikan anggukan kepalanya saja. "Kamu pasti kecewa dan belum siap ya?" Kenzie memperhatikan Natha yang masih menunduk lesu. "Kita cari makan yuk? Sekalian kita buat kesepakatan di dalam pernikahan ini. Pasti kamu masih ingin bebas kan?" Mendengar perkataan itu, Natha langsung menghapapkan wajahnya kepada Kenzie. 

DEG

Jantung Kenzie seperti mau copot saat diberi tatapan secara tiba-tiba oleh gadis di hadapannya. "Cantik sih, tapi kelakuannya minus." Kata Kenzie didalam hatinya, ia bahkan tidak sadar saat mengagumi kecantikan Natha. Bahkan saat ini Kenzie terlihat sedang melamun. 

"Jadi cari makan, nggak?" natha melambaikan tangannya tepat di hadapan Kenzie. "Eh, iya ayo!" Natha berjalan mendahului Kenzie yang masih sedikit termenung.

Bersambung...


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status