Share

Rencana Pulang

Setelah selesai dengan mandi kilatnya, Kenzie mengambil ponsel dan mengirim pesan kepada seseorang. Natha yang melihat hal itu hanya diam saja.

Entahlah dengan siapa dia mengirim pesan? 

"Ini ponsel kamu, Ayo!" Kenzie yang sudah siap mengajak Natha, untuk pergi mencari makan sekalian berjalan-jalan mengelilingi kota Bandung tentunya.

"Kemana?" Terlihat wajah Natha mulai penasaran.

"Keliling Bandung." Sahut Kenzie dengan santai sembari melangkahkan kakinya meninggalkan Natha.

"Naik apa?" Natha terlihat antusias setelah mengetahui dirinya akan diajak berjalan-jalan.

"Jalan kaki." Kenzie nampak menahan senyumannya ketika mengatakan kepada Natha. Ia sedikit penasaran, jawaban apa yang akan diberikan oleh Natha nantinya.

"Hah! Lo nggak gila 'kan? Masa iya keliling Bandung jalan kaki. Paling nggak 'kan bisa pesen Ojol." Natha mulai terlihat kesal.

Jalan kaki.

Keliling Bandung.

Waras nggak sih dia ini?

Punya Black Card tapi masak iya jalan kaki. Tahu begini kan lebih baik dipakai beli motor dulu tuh kartu kemarin.

Terjadi perdebatan di dalam hati dan fikiran Natha, ia ingin tidak ikut namun sudah terlanjur memasang wajah bahagia saat tahu diajak berjalan-jalan. Namun senyun bahagianya berubah menjadi kecut saat mengetahui mereka hanya berjalan kaki.

"Udah ikut aja, jangan bawel!" Anehnya walaupun Kenzie mengajaknya pergi dengan jalan kaki, namun Natha tetap mengekor di belakang Kenzie mengikuti langkah kakinya.

Saat keluar kamar Hotel, ada saja orang yang terlihat berbisik-bisik membicarakan mereka. Sepertinya kejadian yang terjadi kemarin masih menjadi bahan perbincangan hangat di Hotel tersebut.

Melihat Kenzie yang berjalan terlebih dahulu Natha mulai berlari kecil untuk mengejarnya. Tanpa sadar Natha meraih lengan Kenzie dan bersembunyi di balik badan jangkung milik Kenzie. Saat ini Natha sudah bosan dengan ocehan orang-orang yang mengetahui kejadian kemarin yang menimpa mereka berdua. 

"Sebenarnya yang mengalami pernikahan mendadak bukan hanya Gue dan Kenzie saja tapi kenapa harus kami yang jadi topik hangat." Gumam Natha. Terlihat kekesalan di wajah Natha yang tak bisa disembuyikan lagi.

Menyadari akan perbuatan Natha, kali ini Kenzie hanya diam saja membiarkannya.

"Kamu mau pindah Hotel?" Tanya Kenzie sambil melihat ke arah Natha.

"Emang nggak apa-apa? Gue udah bayar full Kenz, 'kan sayang." Natha menjawab sambil mendongak ke atas, tinggi Natha memang hanya sekitar 160 sedangkan Kenzie terlihat seperti 180 lebih. Mungkin dia keturunan tiang listrik. Itulah yang difikirkan oleh Natha saat kesulitan melihat Kenzie.

"Dari pada kamu nggak nyaman kayak gini?" Kata Kenzie sambil tersenyum memperlihatkan lesung pipinya yang terlihat dalam. 

"Boleh deh, eh sorry gue gak sadar." Natha mulai melepaskan lengan Kenzie menyadari perbuatannya. Namun sebelum Natha melepaskan pegangannya Kenzie sudah berhasil menahan tangannya agar tatap pada posisi itu.

"Biarkan seperti ini! Toh kita udah sah jadi suami istri. Mau lebih dari ini, 'kan juga nggak apa-apa?" Kata Kenzie sambil mengedipkan sebelah matanya. 

Bulsh

Rona merah dipipi Natha terlihat dengan jelas.

"Jangan ganjen deh!" Kenzie hanya tersenyum menanggapi perkataan Natha.

Saat berada di depan hotel sudah ada mobil Jeep berwarna putih bertengger dengan gagahnya. 

"Woah ... keren gak tuh mobil." Kata Natha dengan takjubnya saat melihat mobil Jeep tersebut. 

Kenzie langsung melangkahkan kakinya membukakan pintu untuk Natha. Namun bukannya masuk, Natha malah melamun.

"Nat ... ayo!" Perkataan Kenzie berhasil membuyarkan lamunannya.

Eh buset, suka ngagetin bener nih orang. Mengganggu hayalanku yang indah saja.

"Eh ... itu mobil siapa?" Natha semakin heran saat melihat Kenzie sudah berada di depan mobil yang dia impi-impikan.

"Kamu suka?" Bukannya menjawab Kenzie malah bertanya kembali kepada Natha sambil tersenyum.

"Kebiasaan deh, jawab dulu baru nanya yang lain. Ya suka, apalagi kalo gratis." Natha hanya nyengir, sambil melangkahkan kaki menaiki mobil putih yang dikagumi olehnya.

Setelah memastikan Natha naik dengan aman Kenzie masuk dan duduk di kursi kemudi. Dengan cekatan Kenzie mulai menyalakan mesin mobil dan melajukan mobil itu membelah keramaian kota Bandung.

"Jawab Ken, suka banget ngegantungin jawaban bikin kesel tau nggak, sih? Jangan-jangan kamu suka ngegantungin perasaan anak orang lagi, upps sorry." Kata Natha seenaknya sambil memonyongkan bibirnya.

"Mobil rental Natha, kenapa memang? Pacaran aja nggak pernah mau gantungin perasaan. Baju kali yang di gantung Nath. Atau jangan-jangan kamu yang suka gantungin perasaan lelaki di luaran sana?" Mendengar hal itu Natha nampak sedikit kecewa. Namun kata-kata terakhir membuatnya emosinya sedikit tidak stabil dan panas dingin

"Ye, kirain. Enak aja gue itu beneran masih single lihat aja noh, mana ada yang mau sama perempuan jadi-jadian kayak gue!" 

"Kirain apa hayo? Nah ini aku mau kok sama kamu."

Jiah. 

Lihat aja nanti lo bakalan ilfell sama gue.

Belum lihat aja aku ini wanita setengah laki-laki. Natha menatap ke depan dengan pandangan kosong.

"Melamun lagi, kebiasaan deh melamun. Ntar kesambet baru tahu rasa." Perkataan Kenzie membuat lamunan Natha buyar seketika.

"Eh, lo suka gitu ih sebel gue lama-lama." Kata Natha sembari memutar bola matanya jengah.

"Iya-iya lain kali kalo kamu melamun aku gak bakal gangguin lagi deh suwear." Terlihat Kenzie mengacungkan kedua jarinya di samping telinga.

"Jangan gitu lah Kenz, lo kayak bapak-bapak minta dukungan partai tau gak." Terlihat Kenzie yang terdiam sejenak mencerna perkataan Natha dengan tangan yang masih mengacung ke atas. Dan memang ada benarnya perkataan yang diucapkan oleh Natha. Kenzie pun langsung menurunkan kedua tangannya.

Melihat kejadian itu Natha berusaha menahan tawanya yang ditahannya dengan segenap jiwa dan raga.

Karena keasikan mengobrol tanpa disadari mereka telah tiba disebuah Restoran Seafood ditengah Kota. 

"Ayo turun. Kamu nggak alergi Seafood 'kan?" Tanya Kenzie kepada Natha.

"Tenang aja, aku makan segalanya asal nggak diracun aja." Kata Natha sambil tertawa. Mendengar perkataan Natha Kenzie pun ikut tertawa.

"Hahaha lucu kamu. Siapa juga yang mau racun kamu? Paling aku kasih obat cacing biar kamu nggak banyak tingkah." Kata Kenzie sambil tertawa ringan. Mendengar perkataan Kenzie Natha langsung memukul lengan Kenzie dengan kesal dan berlalu meninggalkannya.

"Sebel gue jadinya." Natha menampilkan wajah manyunnya. Akhirnya merekapun duduk di atas tempat duduk sepasang. Mereka masih melihat-lihat beberapa menu yang ada dibuku yang tersedia di hadapan mereka nerdua.

"Gimana kalo kita pulang dulu ke Surabaya Nath?" Kenzie terus saja menatap Natha yang tengah asik membolak-balikkan menu di hadapannya.

"Hm, iya." Tanpa sadar Natha menyetujui perkataan yang dilontarkan oleh Kenzie, hingga otaknya benar-benar telah berhasil loading dan mencernanya.

"Eh ... apa tadi lo bilang?" Natha terlihat membulatkan matanya setelah menyadari perkataan Kenzie. Seketika ia menghentikan kegiatannya saat memilih menu makanan.

"Pulang ke Surabaya. Baru kita lanjut jalan-jalan lagi." 

GLEG!

Pulang.

Surabaya.

Mertua.

Tamatlah riwayatku.

Menyadari hal itu Natha mengeleng-gelengkan kepalanya.

Saat mendengar kata pulang sontak nyali Natha menjadi ciut. Ditambah lagi ketika dia mengingat kenyataan bertemu dengan Mertuanya nanti. 

"Apa yang kamu lakukan kepada Anak semata wayangku. Gara-gara kamu anakku harus menikah dengan cara memalukan." 

Natha membayangkan apa yang akan dikatakan oleh ibu mertuanya ketika Kenzie mengajaknya pulang.

"Tidak!" Seketika Natha berteriak sembari menggebrak meja dia juga langsung berdiri dari tempat duduknya. Kenzie yang sedari tadi mengamatinya pun ikut dikejutkan oleh aksi aneh istrinya.

Hal itu sontak mengundang beberapa pasang mata mengarah kepada tempat mereka duduk.

"Shuuutt. Duduk lagi! Malu dilihat orang." Kenzie dengan cepat membantu Natha untuk kembali ke tempat duduknya. Terlihat Kenzie sedikit malu saat dihujani tatapan oleh pengunjung lain.

"Jangan pulang dulu, gue blm siap." Natha mulai terlihat gugup. Rasa gugupnya ketika ingin bertemu mertua mengalahkan kegugupannya saat akan menghadapi orang tuanya sendiri.

"Kenapa? Katanya kamu mau bantuin aku?"

Kenzie sedikit kecewa saat mengetahui Natha tak ingin pulang dengannya.

"Ya ... belum siap aja ketemu mertua Kenz. Ntar mereka bakal ngomong apa coba kalo tahu kita nikah karna kejadian yang memalukan. Pasti gue bakal jadi bahan bulan-bulanan Nyokap lo." Natha tertunduk lesu.

"Ya ampuun ... kamu tinggal iyain aja yang aku bilang. Pasti Mama nggak bakal tanya macam-macam lagi. Aku jauh-jauh ke Bandung buat hindarin perjodohanku dengan Karin. Kamu tau persyaratan dari Mama?" Kenzie malah memberikan pertanyaan kepada Natha.

"Ya mana gue tahu? Kan elo yang mau dijodohin, kok malah balik nanya ke gue sih?" Natha mulai menyandarkan punggungnya di kursi yang didudukinya.

"Mama bakal batalin perjodohan kalo Aku, membawa calon sesuai pilihanku." Tatapan tajam dilayangkan Kenzie kepada Natha.

DEG

Tatapan Kenzie membuat Natha menjadi gugup. 

"Iya-iya gue bantuin!" 

"Nah-" 

Drrrrrrrrt Drrrrrrrt Drrrrrrrt

Belum sempat Kenzie menuntaskan ucapannya tiba-tiba saja ponselnya berbunyi.

"Mama?" Kenzie langsung berdiri memberikan isyarat kepada Natha untuk tidak bersuara. 

Ya elah, nggak lo suruh diem pun gue juga bakalan diem kali. Natha terus mengamati semua gerak gerik yang dilakukan oleh Kenzie saat menerima panggilan dari Mamanya.

"Halo Ma?" Terlihat Kenzie sedikit gugup saat menjawab telfon dari Mamanya.

"..." entah apa yang dikatakan oleh Mamanya, namun terlihat mata Kenzie saat ini melotot seakan-akan biji matanya akan terlepas dari tempatnya.

"Iya-iya Kenzie bakal pulang sore ini."

Ya Tuhan.

Pulang.

Sore, Ini?

Apakah dia waras?

Membuat keputusan dalam waktu sesingkat ini?

Kali ini Natha lah yang melolot saat mendengar percapan Kenzie dengan Mamanya. Aku harus bagaimana lagi menghadapi Ibu Mertua?

Bersambung ...


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status