Share

Drama Ibu Mertua (2)

Kegelisahan menyelimuti wajah Natha. Kulit putihnya semakin terlihat memucat karena kegugupan yang melanda dirinya saat ini. Tangannya berubah menjadi dingin dan bergetar. 

Kenzie yang menyadarinya, seketika itu juga meraih tangan Natha lalu mengenggamnya dengan erat. Pandangan matanya tak lepas dari Natha "Tenang Nath, jangan gugup! Semuanya akan baik-baik saja." Kenzie berusaha meyakinkan Natha agar tetap tenang saat menghadapi masalah yang ada di depan mereka saat ini. 

Tenang!

Segampang ini dia berkata?

Terbuat dari apa sebenarnya fikiran kenzie.

Bahkan gue harus bertemu dengan ibu mertua dalam situasi yang tidak enak seperti saat ini.

Apakah pura-pura pingsan adalah jalan keluarnya? 

Tidak-tidak, sepertinya menghadapi situasi ini akan jauh lebih baik. 

Tenang!

Fokus!

Jangan gugup Nath!

Natha berusaha menyemangati dirinya sendiri. Walaupun itu sepertinya tidak terlalu berhasil. 

"Jadi gara-gara wanita jadi-jadian ini kamu rela membatalkan pertunangan kamu dengan Karin. Hey! Gadis tidak tau diri bagaimana bisa kamu memikat anakku hah? Pelet apa yang kamu pakai untuk meluluhkan hati Kenzie. Katakan!"

Katakan!

Katakan!

Kan! 

Kan!

Natha menggelengkan kepalanya, lalu menutup telinganya. Ternyata dia hanya membayangkan hal-hal yang aneh. Kenzie yang melihat tingkah Natha semakin dibuat kebingungan. Rasanya jika bisa Natha ingin sekali lari dari masalah ini.

Sekarang disetiap detik hembusan nafas Natha, dia merutuki kebodohannya untuk pergi berlibur. Liburan yang berujung derita.

Menyesal 'pun sudah tidak ada gunanya. 

"Kamu baik-baik saja?" Kenzie kembali menangkup wajah Natha lalu. Natha, mengangguk pelan. Kenzie memandangnya dengan lekat. "Tenang, tarik nafas dalam-dalam lalu buang! Hufff ... " Natha mengikuti instruksi dari Kenzie, setelah melakukan serangkaian pernafasan panjang yang dibimbing oleh Kenzie. Akhirnya Natha, menjadi lebih tenang dan stabil "Gimana? Sudah baikan? Bisa kita turun sekarang? Semakin lama kita berdiam di dalam mobil Mama akan semakin curiga." Kata Kenzie dengan lembut.

Nampak wanita paruh baya yang berada di luar mobil sedang memandangi arloji di tangannya.

Natha mengangguk dengan mantab. Kenzie meraih tangan Natha lalu mengenggamnya dengan erat dan menuntunnya keluar dari mobil.

DEG DEG DEG DEG

Mungkin saat ini suara detak Jantung Natha, bagaikan drum yang di tabuh secara teratur dan berirama. Pandangan Natha terhenti saat melihat Mama dari Kenzie. Kakinya membeku seolah tak mampu melangkah lebih jauh lagi. Sekuat tenaga Kenzie menarik Natha agar mau mengikuti langkah kakinya.

Aksi tarik menarik antara Kenzie dan Natha terlihat sangat lucu. Vania yang melihat tingkah putranya dan kekasihnya mulai merasa heran dan ingin menertawainya. Namun, ia tetap berlagak santai. Seolah tidak melihat kejadian yang baru terjadi.

Wanita paruh baya itu berdiri sambil berkacak pinggang di hadapan dua pasangan yang tengah dilanda kegugupan. Sorot mata Vania mengarah kepada Natha dari ujung kepala hingga ke ujung kaki. Gelengan kepala Vania semakin membuat Natha gugup dan salah tingkah. "Ehmm ... masuk dan jelasakan semua kepada Mama Ken!" Vania melangkah kedalam rumah meninggalkan dua orang yang masih terpaku.

Kenzie dan Natha saling memandang ketika mendengar perintah dari Vania. Kenzie hanya menaikkan pundaknya lalu melangkah ke dalam rumah. Tangan Natha masih tak mau lepas dari genggaman Kenzie saat ini. Bayang-bayang akan dihakimi oleh Ibu mertua sudah ada di depan matanya.

Astaga! 

Apakah ini adalah akhir dari kehidupan ku?

Lagi-lagi Natha berfikir yang tidak-tidak.

Ya kali, orang tua mana yang tega melihat anaknya menikah karena insiden memalukan. Pasti itu juga dianggap sebagai aib oleh keluarga Kenzie.

Terlihat Vania tengah duduk di atas sofa panjang, yang biasanya dijadikan tempat duduk di acara resepsi pernikahan, sembari menyilangkan kedua kakinya. Di dalam rumah Kenzie saat ini sudah disulap indah dengan dekorasi elegan resepsi pernikahan.

Glekk!

Natha kesulitan menelan salivanya sendiri saat ini, ia yang melihat Vania dengan posisi seperti ibu suri yang tengah duduk di atas singgasananya, adegan ini biasanya ada di dalam drama kerajaan di dalam film korea. Seolah-olah Vania ingin menjatuhkan sebuah hukuman mati kepada orang yang bersalah.

"Kamu, kemari!" Vania menunjuk Natha lalu menepuk-nepuk sofa yang tengah didudukinya.

Mimpi apa gue semalem, harus berhadapan sama orang seperti ini?

Eh gitu-gitu juga mertua gue. 

Maafin Natha ya Bu?

Natha berkomat-kamit dalam hati kecilnya sembari melangkahkan kakinya.

Natha hanya menuruti perkataan Vania.

Vania memandang Natha setiap incinya.

Penyesalan mulai timbul dibenak Natha, ketika dirinya memakai pakaian yang kurang pantas saat bertemu ibu mertua.

Yang pasti kesan buruk saat pertama melihat Natha pasti sudah melekat.

"Siapa namamu?" Lembut Vania bertanya kepada Natha. Diluar dugaan Vania tidak seperti bayangan Natha.

"Na, Natha Tan-nte." Ucapnya dengan terbata. Bahkan Natha tak berani mengangkat wajahnya dengan tegak. Sementara Kenzie hanya bisa nyengir di hadapan mereka.

"No! Jangan panggil Tante dong, ya kali menantu manggil calon mertuanya Tante, panggil Mama saja, biar sama Kenzie." Vania tersenyum hangat kepada Natha

"I-iya Ma." Kikuk, Natha mengucapkannya.

"Sudah Ma, jangan hujani pertanyaan sama Natha. Dia pasti lelah, ayo Sayang kita ke kamar." Kenzie menarik tangan Natha.

"Kamar? Mau apa kalian?" Jerit Vania.

"Ma! Kami butuh istirahat." Tak ingin berdebat Kenzie, menarik tangan Natha untuk pergi bersama dengan dirinya.

Vania mengikuti Kenzie sedikit berlari.

"Kami sudah menikah Ma, nih buktinya." Kenzie memberikan buku nikah sebagai tanda bukti bahwa dirinya memang tak main-main dengan perkataanya. 

Syok

Vania tak percaya namun, bukti yang ada di depan matanya tak bisa dia pungkiri lagi.

"Ok, jelaskan sama Mama secepatnya! Kali ini Mama nggak bakal ganggu kalian. Makin cepet punya cucu mama makin seneng kok." Vania hanya mengibas-ngibaskan tangannya sambil berlalu meninggalkan dua sejoli yang masih susah mencerna makna perkataan Vania. Terlebih lagi Natha. 

Cucu? 

"Natha kamu dimana? Cepat pulang si Anakmu mau mimik cucu nih!"

"Anakmu juga dia Ken. Bentar dulu, masih ada satu pertandingan lagi."

"Cepat pulang atau aku bawa pasukan untuk membubarkan balapan liar kalian!"

Astaga!

Bisa gila aku membayangkan hal yang belum tentu terjadi.

Mengingat perkataan ibu mertuanya membuat Natha bergidik ngeri.

Natha masih setia mengekor dibelakang Kenzie yang membawanya manuju kamarnya.

Tangan Kenzie membuka kenop pintu kamarnya "Ayo masuk!" Tangan Kenzie meraih tangan mungil Natha, hal itu membuat Natha sedikit tersentak.

"Eh, engh ... iya."

Setelah masuk ke dalam kamar. Kenzie segera menutup pintu kamar rapat tak lupa menguncinya.

Takjub, Natha merasa tercengang dengan apa yang ada di hadapannya saat ini. 

Mulutnya sedikit menganga saat pandanganya mengedar mengamati seluruh isi kamar Kenzie. Tubuhnya terpaku tak bergerak sedikitpun. Sementara Kenzie tengah disibukkan dengan tas-tas yang dibawanya.

"Nath!" Tangan Kenzie mengibas tangannya di hadapan Natha.

"Eh ... apa?" Natha terlihat bingung.

"Istirahat dulu, aku mau nemuin Mama. Anggap aja bukan kamar sendiri." Kata-kata Kenzie membuat Natha mengernyitkan dahinya. 

"Eh ... maksud kamu? Ya ... emang bukan kamarku sih." Natha memperlihatkan deretan gigi putihnya.

"Bercanda-bercanda. Kamar Aku sekarang juga kamar kamu kok. Kalo butuh apa-apa panggil aja ya." Kenzie keluar dan menghilang di balik pintu. Natha menghela nafas panjang.

Pendangan Natha tertuju kepada sekumpulan action figure yang tersusun rapi di dalam lemari kaca. Dari seri One Piece, Marvel, Naruto dan bahkan Doraemon 'pun ada masih banyak kartoon yang tidak Natha ketahui namanya. Natha hanya menggeleng-gelengkan kepalanya heran.

"Wah gila-gila. Seniat ini dia koleksi mainan beginian? Pasti ngehabisin uang yang nggak sedikit. Bahkan bisa beli rumah jika ini mainan dijual." Muncul smirk dan niat aneh dibenak Natha.

"Sekaya apa sih Kenzie?" Guman Natha. 

Kakinya masih setia melangkah mendekati koleksi mainan Kenzie tentunya. Decak kagum tak henti-hentinya keluar dari bibirnya.

Tangan jahil Natha mulai meraih gagang pintu lemari kaca di mana action figure Kenzie.

"Stop! Jangan sentuh." Jerit Kenzie. Ternyata dia sudah berdiri dibelakang Natha. Sontak Natha menghentikan pergerakan tanganya lalu membalik tubuhnya menghadap Kenzie.

"Belum lagi aku sentuh Ken," Natha memonyongkan bibirnya.

"Kamu boleh sentuh yang lain asalkan jangan mereka. Sentuh aku boleh kok." Senyum simpul muncul di bibir Kenzie.

"Ogah! Jangan ngarep." Natha menjauh dari Kenzie.

Kenzie membuang nafas lega setelah Natha menjauhi mainan kesayangannya.

"Ini alat game banyak banget. Punya kamu juga?" Lagi-lagi Natha dibuat heran dengan apa yang dia lihat.

"Iya. Kamu suka main game kan?" Kenzie duduk di kursi lalu menyalakan TV dan perangkat lainnya

"Ya ampun Kenz, kamu suka banget ya ngehambur-hamburin duit buat hal yang nggak perlu begini. Masih banyak orang kelaperan di luaran sana tahu." Natha terlihat kesal.

"Siapa yang hamburin uang coba?" Kenzie tak merasa jika dirinya membuang-buang uang untuk hal yang tak perlu sperti yang dikatakan oleh Natha kepadanya.

"Lah itu itu itu buktinya." Tangan Natha menunjuk semua barang yang ada di kamar Kenzie.

"Oh. Nanti kamu bakal tahu apa gunanya kok. Santai dong pelan-pelan. Baru kemarin kita menikah. Kamu belum kenal aku sepenuhnya." Kenzie memberikan senyuman selebar mungkin dengan berjuta arti.

"Eh ... nanti dulu. Mama kamu bilang apa tadi," rasa penasaran muncul dibenak Natha.

"2 hari lagi kita akan melangsungkan resepsi pernikahan." Kenzie mengatakan dengan santai sambil memainkan game di layar televisi slim miliknya.

"Oh ... Resepsi," Natha menganggukkan kepalanya untuk mencerna perkataan Kenzie. Setelah tersadar Natha memalingkan wajahnya "APA, resepsi?"

Natha meraup wajahnya dengan gusar.

Bersambung ...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status