Share

PERTEMUAN TAK SENGAJA

Raka sudah menyelidiki selama berhari-hari bahwa perusahaan konstruksi tempat ayahnya bekerja saat ini dipimpin oleh seorang wanita berusia 35 tahun, putri tunggal dari pemilik perusahaan Adityama Group. Dia menggantikan ayahnya yang telah meninggal beberapa tahun yang lalu untuk memimpin perusahaan keluarga itu.

 

Dia adalah wanita yang juga janda dari seorang pejabat tinggi pemerintahan di negeri ini yang cukup terkenal. Beberapa hari ini Raka mengamati wanita bernama lengkap Ayu Nindya Adityama itu di beberapa situs berita ekonomi di internet. 

 

Secara fisik, wanita itu memang tidak terlalu menarik, tetapi penampilannya terlihat sangat berkelas, sesuai dengan jabatannya yang merupakan seorang pemilik sekaligus direktur utama perusahaan.

 

Bagai seorang penguntit, Raka memperhatikan setiap kegiatan wanita itu lewat akun media sosialnya. Kini Raka mulai hafal semua kegiatan yang sering dilakukan wanita itu setiap harinya. 

.

.

.

Raka baru saja memarkirkan mobil sport warna metalicnya di depan sebuah gedung fitness centre paling terkenal di kotanya saat sepintas dia seperti melihatnya. Sang direktur Adityama Group sedang memasuki pintu lobby gedung pusat kebugaran itu. 

 

Tanpa menunggu lama, Raka pun segera turun dari mobilnya, mengambil tas olahraganya yang berisi peralatan fitnessnya dari bagasi belakang dan segera melangkah menuju ke bangunan berarsitektur modern itu. Beberapa hari sebelumnya, dia bahkan harus rela melakukan pendaftaran member disana untuk kelas VIP yang harganya lumayan fantastis. Walaupun dia sebenarnya tidak terlalu suka kegiatan olahraga seperti ini, namun terpaksa dia lakukan hanya agar bisa dekat dengan sang pemilik Adityama Group itu demi ambisinya yang belum terlampiaskan pada sang ayah.

 

  Selama hampir satu jam lamanya, Raka berpura-pura sibuk dengan kegiatan olahraganya dengan headset di telinga. Padahal sebenarnya matanya tak pernah lepas dari wanita yang sedang melakukan treadmill tak jauh dari tempatnya saat ini. 

 

Saat sang wanita nampak sudah menyelesaikan sesinya dan menyambar handuk kecilnya untuk kemudian berlalu dari ruangan VIP itu, Raka segera menyudahi kegiatannya. Kemudian berjalan cepat ke arah wanita yang berjalan di depannya.

 

"Ooops, Maaf!" ucapnya saat tubuhnya menyerempet lengan orang yang sejak tadi menjadi pusat perhatiannya itu. Raka tersenyum tipis ke arah wanita dengan tubuh berkilat karena peluh itu. 

 

"It's okay," ucapnya lembut sambil memberi kode bahwa dia tidak apa-apa. Namun Raka tidak segera beranjak, dia justru menatap lekat ke mata wanita itu sambil menyunggingkan senyum terbaiknya, hingga sepertinya membuat orang di depannya menjadi salah tingkah dibuatnya. Sejurus kemudian wanita dengan tinggi 158 cm itu pun buru-buru berlalu dari hadapan Raka dan menghilang di balik pintu toilet. 

 

Setengah jam kemudian, Raka sudah melihatnya lagi keluar dari lobby dan berjalan cepat ke arah mobil mahal yang terparkir disebelah mobil Raka. Dan saat wanita itu berjalan tepat disamping mobilnya, dengan sengaja Raka membuka pintu hingga mengejutkannya. 

 

"Eh sorry," ucap Raka dengan wajah menyesal keluar dari mobilnya. Sedikit meringis wanita itu menunduk memegangi lutut. 

 

"Maaf ya, sakit?" tanya Raka lagi. "Kamu yang tadi di dalam itu kan?" ucap Raka sok kenal. Wanita itu segera mendongak, dan wajahnya sedikit memerah saat kemudian bersitatap dengan mata tajam milik Raka. 

 

"Oh, hai. Ketemu lagi," kata si wanita sedikit gugup. 

 

"Sudah mau pulang?" tanya Raka basa basi. Wanita itu nampak mengangguk menyembunyikan senyuman. Wajahnya masih tersipu. Sejenak suasana sedikit kaku hingga akhirnya Raka mencoba untuk mencairkannya.

 

"Halo, aku Raka. Kamu siapa?" Raka mengulurkan tangan kokohnya pada wanita dengan tubuh mungil itu. Si wanita nampak menyambut uluran tangan Raka dengan sedikit ragu.

 

"Ayu," ucapnya lirih. 

 

"Seneng bisa kenal kamu, Ayu. Sudah lama jadi member sini?" tanya Raka. Lagi-lagi hanya basa-basi, karena Raka sejatinya memang punya tujuan saat memutuskan berkenalan dengan wanita di depannya itu. 

 

Dan gayung pun bersambut. Ayu Nindya Adityama, wanita yang sudah beberapa tahun menyandang status janda tanpa anak itu, seperti tersihir dengan sosok Raka yang cool dengan wajah tampannya. Obroĺan mereka pun kemudian berlanjut sangat menyenangkan, terutama yang dirasakan oleh wanita itu. Hingga akhirnya dia justru yang meminta nomer ponsel Raka agar keduanya bisa melanjutkan komunikasi setelahnya. 

.

.

.

Raka melajukan mobilnya pulang ke rukonya dengan wajah puas. Rencana pertamanya berhasil, mendekati direktur utama perusahaan dimana ayahnya bekerja. Tunggu saja, cepat atau lambat, dia pasti akan membuat lelaki tak setia itu tak merasakan penderitaan hidup. 

 

Diiringi music rok alternatif di mobilnya, Raka begitu kaget ketika ponselnya tiba-tiba saja menyala. Dia melirik sekilas ke arah ponsel dan matanya segera melebar saat melihat nama 'Ayu' di layar. Hampir saja dia memekik disela-sela senandungnya. "Yess!" ucapnya dalam hati.

 

Begitu senangnya hingga refleks sebelah tangannya meraih ponsel yang dia letakkan di dashboard.

 

[Raka, Kamu tinggal dimana?]

 

Kalimat yang pendek, tapi membuat hati Raka bersorak senang seperti saat dirinya dibelikan mainan favorit pertamanya oleh orang tuanya.

 

Tak berpikir panjang, tangannya bergerak cepat menulis balasan untuk pesan itu. Raka seolah lupa dia sedang berada di belakang setirnya. Hingga akhirnya sesaat setelah menekan tombol 'SEND' pada keyboard ponsel, matanya seperti menangkap bayangan seseorang di depan mobilnya yang melaju sedikit lambat. Kemudian saat sadar, kakinya bergerak cepat menginjak rem. Namun terlambat, moncong mobilnya ternyata telah menyentuh tubuh seseorang di depannya yang entah siapa.

 

"Oh, sh*t!!" umpatnya refleks dan segera mematikan mesin mobilnya untuk bergegas keluar.

 

Dan betapa terkejutnya dia ketika melihat seorang gadis remaja berseragam SMP sedang berusaha berdiri memegangi lututnya. 

 

"Kamu nggak papa, Dek?" tanya Raka menghampirinya. Dia menoleh ke sekeliling. Untung saja jalanan sepi saat itu dan tadi dia melajukan mobilnya pelan saat menuliskan balasan pesan w******p-nya pada Ayu.

 

"Nggak, nggak apa-apa, Kak." Gadis itu menggeleng, lalu mengibaskan roknya sebentar dan bermaksud pergi dari tempat itu.  Raka yang melihat ada luka di bagian lutut sang gadis segera menyambar tangannya untuk menahannya pergi. 

 

"Kamu mau kemana? Kaki kamu luka itu," tunjuk Raka ke arah lutut. Gadis remaja itu nampak menggeleng. 

 

"Nggak apa-apa kok, Kak. Cuma luka sedikit. Nggak sakit," katanya. 

 

"Rumah kamu mana? Aku antar pulang," tawar Raka.

 

"Enggak. Nggak usah, Kak. Saya naik angkot kok."

 

"Udah, nggak usah bandel. Ayo masuk, aku antar." Raka berjalan memutari mobil dan membukakan pintunya. 

 

"Ayo!" katanya lagi ke arah gadis remaja itu yang wajahnya terlihat justru nampak takut-takut padanya. 

 

"Aku bukan orang jahat. Ayo naik! Aku antar kamu pulang." Raka mendesah kasar karena gadis itu tak jua beranjak dari tempatnya.

 

Gadis remaja itu nampak menatap Raka ragu. Namun setelah melihat raut pemuda di depannya yang sepertinya tulus, akhirnya dia menurut juga untuk masuk ke dalam mobil. 

 

Raka segera masuk setelah menutupkan pintu untuknya. Dan dia mengerutkan dahi saat dilihatnya gadis remaja itu justru sedang meringis di kursinya. 

 

"Kenapa?" tanya Raka cemas.

 

"Nggak papa, Kak. Hanya sedikit perih." 

 

"Sakit? Kita ke dokter dulu kalau gitu."

 

"Eh enggak usah ..." 

 

Tangan gadis remaja itu melambai mengisyaratkan 'jangan', tapi Raka tak lagi mempedulikannya. Dia segera melajukan kembali mobilnya menuju klinik terdekat yang dia tahu. 

 

Berulang kali gadis remaja itu melirik Raka yang duduk di belakang kemudi dengan takut-takut, tanpa berani menatap. Dia cool sekali dan sangat ganteng, katanya dalam hati. Dia yakin jika saja orang ini datang ke sekolahnya, pasti teman-temannya satu sekolah akan heboh karenanya. 

 

"Ayo, turun! Kita sudah sampai." 

 

Gadis remaja itu nampak kaget saat ternyata Raka sudah ada disamping mobil membukakan pintu untuknya. Ternyata dia terlalu terpesona dengan penabraknya, hingga justru melamun sedari tadi. 

 

Perlahan dia bangkit keluar dari mobil sambil masih meringis menahan sedikit perih di lututnya, lalu berjalan mengikuti Raka.

 

 

Hanya butuh setengah jam untuk perawat memeriksa dan merawat lukanya sampai akhirnya dia sudah diijinkan pulang. 

 

"Cuma luka ringan kok, tidak apa-apa. Sebentar lagi juga sembuh," kata sang perawat, membuat Raka sangat lega. 

 

Tak lama kemudian mereka berdua sudah melaju kembali di jalanan. 

 

"Aku antar kamu pulang. Rumah kamu dimana?" tanya Raka lagi.

 

"Kompeks Green Garden, Kak," jawab gadis itu ringan, membuat Raka sedikit terkejut.

 

Benarkah? Raka mengerutkan keningnya. Setahu Raka, kompleks itu dihuni orang-orang the have. Lalu ngapain gadis kecil ini naik angkot pulang sekolah?

 

"Bener kamu tinggal disana?" tanya Raka sedikit tidak percaya.

 

"Iya Kak. Memangnya kenapa?" Gadis itu menoleh ke arah Raka.

 

"Enggak. Nggak papa. Nggak diantar jemput papa atau mama kamu gitu ke sekolah?"

 

"Kalau pagi biasanya bareng papa sekalian ke kantor. Tapi kalau siang saya biasanya pilih pulang naik angkot atau ojek online, Kak. Karena kan tidak buru-buru," jelasnya. 

 

"Ooh," Raka mengangguk mengerti. Unik juga gadis ini, masih kecil tapi pemikirannya cukup sederhana meskipun di tengah kemewahan orangtuanya. 

 

"Oya, nama kakak siapa?" tanya gadis remaja itu tiba-tiba, membuat Raka menoleh memicingkan mata ke arahnya. Lumayan berani pertanyaannya untuk ukuran anak kecil. Gadis yang ditatap Raka seperti itu kembali menunduk takut-takut.

 

"Maaf Kak, kalau saya tidak sopan," ucapnya penuh penyesalan. Tapi Raka justru terkekeh kecil, merasa lucu ada anak gadis yang ingin berkenalan dengannya.

 

"Nggak. Nggak papa. Aku Raka. Kamu siapa?"

 

"Saya Mayla, Kak."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status