Author’s POV
Naomi menghela nafas, ia masih memikirkan kejadian yang baru saja terjadi. Ia berusaha untuk tidak memikirkan kejadian itu namun ia tidak bisa. Ia tidak konsentrasi mengerjakan desain karakter yang seharusnya ia kirim ke client besok sore. Ia menyenderkan tubuhnya dan kembali menghela nafas. Ia mendongakkan kepalanya, menatap langit-langit rumahnya dengan mata yang melelahkan,
Matanya berkantung karena beberapa hari ini ia tidak bisa tidur karena ia mengerjakan pekerjaan freelance nya. Belum lagi gadis itu harus memikirkan cara tercepat untuk membayar hutang-hutang sang ayah. Menjadi anak tunggal memang melelahkan dan membosankan karena gadis itu harus menanggung segalanya sendirian.
Banyak yang terjadi dalam hidupnya yang harus banyak berpindah-pindah tempat tinggal karena ia dan sang ayah berusaha untuk menjauhi hutang-hutang yang mengejar mereka. Kali ini ia sudah bekerja, walaupun hanya seorang freelancer, setidaknya ia mulai bisa menyicil sedikit demi sedikit hutang sang ayah.
Ia harus berlutut kepada rentenir-rentenir yang meminjamkan ayahnya uang berulang kali dengan meminta pengertian dan belas kasihan mereka. Naomi tidak keberatan melakukannya karena ia tidak tega membiarkan sang ayah menjadi bulan-bulanan para rentenir itu. Namun, terkadang mereka tidak bisa menampik bahwa para penagih itu bisa saja menagih uang pada mereka lebih cepat dari apa yang sudah dijanjikan.
Gadis itu mengerang lelah. Darimana dia bisa mendapatkan uang dengan cepat dan instan? Haruskah ia menjual dirinya?
Pemikiran itu muncul dalam benaknya sepintas dan Naomi menggeleng dengan cepat. Ide gila macam apa itu? Ia terkekeh kecut, ia tidak mau melakukan kesalahan yang sama seperti ia lakukan dulu. Dulu dirinya sangatlah polos dan sangat percaya dengan kata cinta.
Namun sekarang ia bukanlah seorang yang masih akil balig, ia sudah dewasa dengan usia yang sudah menginjak 28 tahun. Pengalaman hidupnya yang pahit sudah ia rasakan, ia rasa ia tidak punya waktu lagi untuk merasakan cinta-cintaan.
Gadis itu merapikan perkakasnya dan memilih untuk membanting dirinya di kasurnya yang sudah tidak empuk lagi. Ia sangat lelah, mungkin lebih baik ia tidur cepat malam ini dan bangun pagi besoknya untuk melanjutkan pekerjaannya.
Naomi sudah melakukan yang terbaik dalam hidupnya, namun permasalahan hidupnya juga tidak kunjung usai. Sudah menjadi nasib nya untuk hidup seperti ini dan ia sudah terlalu lelah untuk mengeluh. Mengeluh hanya akan memperkeruh suasana dan pemikirannya terhadap keadaan kehidupannya.
Ponsel gadis itu bergetar. Ia mengerang malas sebelum dia bangkit dan mengambil ponselnya di meja kerjanya. Ia kembali membanting dirinya ke kasurnya dan mulai menempelkan telinga kanannya dengan ponselnya.
“Hey… apa kabar?”
Gadis itu mengernyitkan keningnya lalu melihat layar ponselnya. Ia berpikiran jika yang sedang meneleponnya adalah para rentenir yang akan menagih hutang sang ayah. Jikalau itu benar, ia harus menyiapkan ekspresi sedihnya, memohon kepada rentenir itu untuk memberikannya waktu dan pengertian kepadanya. Namun, ia membulatkan matanya begitu ia mendengar siapa yang meneleponnya. Dengan cepat, ia kembali menempelkan ponselnya ke telinga kanannya,
“Astaga kak, aku kirain siapa,” ujar Naomi sembari menepuk jidatnya,
“Hahahaha kamu kira siapa? Penagih hutang?”
Gadis itu tertawa,”Ya engga lah kak,” kilahnya dengan kekehan garingnya,
“Oh ya, ada apa kak? Tumben nelpon malam-malam begini,” ujar gadis itu kepada kakak sepupunya.
“Kakak ada lowongan nih, kamu mau coba tidak?” tanya wanita itu dengan nada yang begitu menggoda.
Gadis itu terlihat tersenyum sumringah,“Wah, apa itu kak?” ujarnya dengan antusias,
“Di tempat kakak lagi dibutuhkan senior 3D artist. Kamu berminat engga?” ujar wanita itu, membuat gadis itu langsung bangkit dan duduk di ranjangnya. Kebetulan sekali, dirinya sangat membutuhkan pekerjaan dengan gaji yang pasti untuknya,
“Tapi itu senior ya kak... aku belum ada pengalaman loh kerja di bidang itu,” ujar gadis itu dengan merengut,
“Tidak apa, kamu coba saja. Kamu kan biasa freelance, kamu masukkin itu aja sebagai pengalamanmu. Yang penting CV kamu itu bagus. Kalau CV kamu bagus, kamu berkesempatan loh untuk diterima...” ujar Seira sambil menatap kuku yang baru saja ia warnai. Naomi terdengar sangat antusias. Dengan senyuman penuh arti ia mengiyakan tawaran Seira dengan cepat.
Seira merupakan kakak sepupu dari Naomi. Keduanya sangat dekat seakan keduanya adalah saudara kandung. Seira juga banyak membantu keluarga Naomi begitu mereka bangkrut. Baik Seira maupun suaminya, keduanya sangat baik kepada keluarga Naomi dan hubungan keduanya masih terjalin hingga saat ini walaupun banyak saudara lainnya yang memilih untuk meninggalkan mereka sejak mereka bangkrut.
“Prosedurnya gimana kak? Apakah ada wawancara?” tanya gadis itu yang mulai bangkit dari ranjangnya dan segera membuka kembali laptopnya,
“Tentu saja dong. Kamu kirim saja ke email yang nantinya aku kirim ke kamu. Nanti kami lihat dari CV, kalau menarik, kamu akan di panggil untuk interview. Oh ya, batas pengumpulannya Jumat ini,”
Gadis itu hampir saja memekik,”Jumat?! Astaga kenapa buru buru begitu kak?”
“Karena kami butuh cepat, CEO kami juga maunya cepat. Setelah ini, kamu kerjakan saja CV kamu, buat yang menarik ya...”
“Baik kak, oke,” ujar gadis itu sambil mengangguk-angguk,
“Tapi penilaiannya berdasarkan CV dan interview ya, jangan harap kalau aku menerimamu karena kamu adik sepupuku. Ini keputusan bersama, oke?”
“Oke kak!” ujar gadis itu, sebelum Seira menutup pembicaraan keduanya. Gadis itu langsung cepat mengerjakan CV yang harus ia kirim. Senyuman gadis itu masih terukir dengan jelas, bahkan ia tidak dapat menghentikan dirinya untuk tersenyum. Akhirnya, setelah sekian lama ia mencari kesempatan untuk bekerja, akhirnya ia mendapatkan kabar ini.
Sebelumnya, gadis itu pernah bekerja di perusahaan kapal sebagai admin. Sayangnya, setelah ia bekerja selama 4 tahun, perusahaan itu bangkrut dan dia tidak mendapat pesangon apapun. Setelah itu, gadis itu mencari beberapa perusahaan, namun kembali ia kena PHK oleh perusahaan lainnya. Hingga pada akhirnya ia memutuskan untuk menjadi freelancer. Ia melakukan banyak pekerjaan seperti melakukan 3D Layout dan 3D Modelling dan terkadang ia membuat desain karakter animasi 2D.
Gadis itu memutuskan untuk melakukan finishing pada beberapa karakter yang ia pernah buat sebelumnya untuk dimasukkannya ke dalam CV nya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 1 malam. Niatan awal gadis itu untuk tidur lebih awal gagal karena ia memperbaharui CV lama nya dengan beberapa pengalaman yang ia kerjakan saat dia freelance dan juga produk yang perbagus.
Di sela-sela pengerjaannya, gadis itu merenggangkan tubuhnya sejenak sebelum dia melanjutkan CV yang hendak menunggunya untuk ia selesaikan.
Dalam hati, ia berharap segala usaha dan pengalamannya dapat membuatnya diterima di perusahaan ini, terlebih ini adalah hobi nya yang pernah ia kubur ketika ia bekerja di perusahaan lain. Naomi tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada, ia bahkan tidak memberikan waktu untuk tubuhnya berehat sejenak.
Secepatnya, ia harus menyelesaikan CV ini.
Author’s POVNaomi menyeka keringatnya, hari ini ia harus mempersiapkan makanan untuk jualan ayahnya. Benny berjualan bakso keliling dan setiap harinya ada Naomi yang membantunya mempersiapkan bahan jualannya. Melihat sang anak yang tampaknya kelelahan, ia meminta gadis itu untuk berehat sejenak dan menyerahkan sisanya kepada dirinya.“Tidak usah, yah… tinggal sedikit lagi kok,” ujarnya sembaru membuat bola-bola bakso.”Benny tersenyum teduh, ia beruntung memiliki anak yang mengerti kondisinya. Ia merasa sangat bersalah atas apa yang telah terjadi di keluarganya. Mulai dari merosotnya ekonomi keluarga mereka, hingga ia menaruh beban untuk anak sematang wayangnya yang seharusnya di usianya saat ini ia bersenang-senang. Tidak pernah ia dengar putrinya itu mengeluh, tidak pernah.“Yosh! Akhirnya selesai,” ujar Naomi dengan senyuman bangganya.Waktu masih menunjukkan pukul 6 pagi, dan gadis it
Author’s POVGadis itu melangkah keluar rumahnya dan menemui sang ayah yang tengah bersiap-siap untuk berjualan keliling komplek,“Yah, hari ini Naomi ikut ayah jualan ya,” pinta Naomi dengan sangat, terlihat dari ia yang memegang tangan sang ayah sebagai bentuk permohonannya,“Bagaimana dengan pekerjaanmu, apa semuanya sudah selesai?” tanya Benny yang diangguki oleh Naomi,“Sudah yah, hari ini Naomi free kok,” ujarnya yang langsung berlari kecil menuju gerobak yang seharusnya sang ayah bawa. Kali ini dia berinisiatif untuk mendorong gerobak itu, menggantikan sang ayah yang selalu melakukannya.Benny hanya bisa mengangguk pelan sembari menyusul sang anak untuk yang sudah lebih dulu memulai untuk mendorong gerobak. Keduanya berjalan seiringan dengan Naomi yang mendorong gerobak tersebut.Setibanya di tempat biasa sang ayah berjualan, gadis itu menyeka keringatnya, menunggu ji
Author’s POVNaomi kembali meluruskan pandangannya, mendorong gerobaknya untuk segera tiba di rumah mereka. Sepanjang jalan, tidak ada percakapan yang berarti antara Naomi dengan sang ayah. Setibanya mereka di rumah, gadis itu membersihkan dirinya sebelum dia kembali mengerjakan pekerjaannya. Setelah beberapa jam mengerjakan desain nya, gadis itu merenggangkan tubuhnya sejenak untuk melepas lelah dan penat yang ia rasakan. Sering sekali ia juga menguap karena waktu tidurnya kembali ia ambil untuk mengerjakan pekerjaannya.“Yok semangat! Semangat!” ujarnya sembari menarik kedua tangan yang ia kepalkan,Ia rehat sejenak dengan membuka ponselnya dan sosial medianya. Gadis baru saja mendapatkan email dari client bahwa mereka ingin merevisi karakter yang telah ia gambar. Ia dengan segera mengerjakan desain tersebut sesuai dengan permintaan client. Tidak lama kemudian, sesudah ia mengirim desain tersebut, dia beralih kepada pekerjaan
Author’s POVBenar-benar pertemuan yang tidak terduga.Pria itu bahkan menganga karena ia terlalu kaget dengan apa yang ia lihat.Ia tidak salah lihat kan?Ia kembali memeriksa karya-karya yang gadis itu kirim. Ia memang tahu jika gadis itu sedari dulu senang sekali menggambar. Tapi untuk melamar di perusahaannya sebagai senior 3D artist adalah hal yang tidak terduga baginya. Bahkan Alex sempat membesarkan poster CV tersebut untuk melihat foto yang ada di poster tersebut, apakah benar jika itu adalah Naomi yang selama ini ia kenal.Dan pria itu lagi-lagi terdiam dengan apa yang sudah ia lihat. Perasaan kaget dan senang turut bercampur dalam dirinya. Ia melihat kembali poster CV tersebut dan dia memasukkan kontak Naomi ke ponselnya. Dengan senyuman miring, ia mengklik oke untuk menyimpan nomor Naomi untuk dirinya.Namun senyuman pria itu seketika luntur karena ia mengingat jika gadis ini hanyalah kandidat dari 10 orang
Author’s POVGadis itu tersenyum, ia beruntung memiliki saudara seperti Seira yang banyak sekali membantunya dan keluarganya. Dengan ini, ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatannya untuk masuk ke perusahaan raksasa tersebut. Sebuah pemikiran yang membuatnya sedikit penasaran. Ia ingin menanyakan hal ini kepada sang kakak hanya saja ia sedikit bingung bagaimana untuk memulainya,“Anu kak…”“Ya?” “Kira-kira gaji di Lewis Studios itu gede gak kak?” tanya gadis itu dengan hati-hati, berharap sang kakak tidak tersinggung“Gede kok, apalagi kalau kamu udah senior. Kalau mau beneran terpilih, aku akan menjadi managernya. Dan perusahaan ini friendly lingkungannya,” “Wah kakak seorang manager kah?!” ungkap Naomi dengan kaget,“Iya benar, kebetulan senior 3D artist kami hendak berhenti. Jadi sebelum kursinya benar-benar kosong
Author’s POV Naomi mulai memasuki sebuah ruangan yang sangat luas dan di ruangan tersebut, terdapat Adrian dan Seira yang tengah menunggunya untuk masuk. Begitu ia masuk, tatapan pertamanya jatuh kepada Seira yang menatapnya seakan keduanya tidak saling kenal. Ia dipersilahkan Adrian untuk duduk di kursi yang sudah disediakan,Dengan sopan, ia mengangguk dan mulai mendudukkan bokongnya di kursi tersebut. Gadis itu duduk dengan tegap, untuk memberikan kesan jika yang dominan dan tegas.“Naomi ya…” ujar Adrian sembari melihat lembaran kertas yang sedang ia pegang. Ia melihat sejenak foto yang ada di lembar tersebut sebelum ia meluruskan pandangannya kepada Naomi.“Ceritakan tentang diri kamu,” ujar Seira yang diangguki mengerti oleh gadis itu,“Saya Naomi Tjahara, sebelumnya saya adalah alumni ilmu komputer dari Universitas Unijaya, Jakarta. Saat ini saya bekerja sebagai freelancer
Author’s POVNaomi memegang dadanya yang masih berdegub dengan kencang. Ia bersyukur dirinya tidak menunjukkan kegugupannya ketika ia wawancara tadi. Namun ia juga tidak menyangka jika dirinya bisa sepercaya diri itu begitu ia menjawab beberapa pertanyaan yang di lontarkan untuknya.Saat ini gadis itu mulai masuk ke dalam lift kosong yang baru saja terbuka di hadapannya. Gedung ini memiliki lantai setinggi 20 lantai dan saat ini ia tengah berada di lantai 14. Naomi memasuki lift kosong tersebut dan memencet tombol lantai dasar.Gadis itu menghela nafasnya dengan berat. Ia ingin sekali sensasi gugup ini cepat berakhir. Ia mengatur pernafasannya dan mulai menutup matanya,"Yang penting aku sudah berikan yang terbaik," batinnya, ditambah dengan senyuman yang menenangkan jiwanya.Ting!Lift terbuka dan beberapa orang masuk ke dalamnya. Gadis itu mulai menggeserkan dirinya begitu segerombolan orang masuk. Dan tidak
Author’s POVAwalnya, gadis itu berniat untuk berhenti bekerja sebagai freelancer sembari menunggu pengumuman yang akan ia dapatkan dari Lewis Studio. Namun ia tidak bisa menunggu dalam ketidakpastian, karena ia juga membutuhkan uang untuk ia bertahan hidup,Jadilah dirinya tetap mengerjakan beberapa pekerjaan sembari menunggu pengumuman tersebut.Disela-sela kesibukannya, seseorang meneleponnya. Ketika ia melihat nomor tersebut tidak ada di kontaknya, ia mulai mengambil ponselnya dan perlahan ia tempelkan ponsel itu ke telinga kanannya,“Siapa sih yang nelfon malam-malam gini?” batinnya yang penasaran,Gadis itu mengernyitkan dahinya karena tidak ada yang bergeming di telepon tersebut. Setelah sepersekian detik dia berpikir, akhirnya ia memutuskan untuk membuka mulutnya terlebih dahulu,“Halo?” ujarnya dengan ragu,Kerutan di keningnya tidak kunjung hi