Author’s POV
Gadis itu masih melirik Alex yang masih mengetatkan rahangnya dengan kesal. Ia membenci suasana panas seperti ini. Alex yang marah-marah tidak jelas dan dirinya yang ikut terpancing oleh amarahnya. Ia hanya tidak bisa membayangkan akan jadi apa hari esok jika pria itu terus marah kepadanya.
Maka dari itu, ia memutuskan untuk meredakan amarahnya sendiri dulu sebelum dia mulai menenangkan Alex yang masih terbakar amarah,
“Kau masih marah?” ujar gadis itu setelah sekian lama keduanya hening. Pria itu tidak menjawab apapun, ia hanya fokus kepada apa yang ada di depannya, bukan gadis itu yang sedang mengajaknya untuk berbicara,
“Kau mengabaikanku?” ujar gadis itu yang masih belum mendapat respon apapun dari Alex.
“Felix itu sudah berkeluarga… ayahku sudah menganggapnya sebagai anaknya sendiri. Jika aku memintanya untuk tinggal di hotel, hal itu hanya akan membuat ayahku kecewa meng
Author’s POVNaomi mengeringkan rambutnya menggunakan handuk sembari bersenandung dengan indah. Ia menghentikan aktivitasnya ketika ia mendapat panggilan dari ponselnya. Ia melihat sekilas siapa yang meneleponnya dan dia langsung mengangkatnya. Walaupun itu adalah nomor yang tidak di kenal, namun ia seakan tidak asing dengan nomor tersebut,“Halo? Siapa ya?” tanya gadis itu, membuat pria yang meneleponnya itu sedikit kecewa,“Kamu tidak menyimpan nomorku?” ujar Alex, membuat gadis itu melepaskan sejenak ponselnya dan melihat akhir dari nomor itu,“Pantesan rasanya gak asing,” batin gadis itu,“Ada apa?” tanya gadis itu tanpa basa-basi,“Kamu tidak berniat menanyakan keadaanku?” ujar pria itu lagi, membuat gadis itu memutar bola matanya dengan malas.“Kenapa kau ingin sekali kutanya-tanya seperti itu?” ujarnya denga
Author’s POVGadis itu mengigit bibir, memikirkan dan menimang apakah ia harus menceritakan semuanya kepada Seira. Bagaimana jika ia menceritakan bagian kulitnya saja kepada Seira?Ah entahlah, ia sangat bingung sekarang.Sementara itu, Adrian masih menatapnya dari kejauhan, menyadari ekspresi gadis itu yang rancu untuknya. Semuanya sangat bertepatan, Naomi yang merupakan sepupu dari Seira, dan sekarang Naomi dengan Alex yang tampaknya sudah saling mengenal karena interaksi mereka yang tidak biasa jika dikategorikan sebagai atasan dan bawahan.Ia kemudian teringat bagaimana Alex sangat ingin ikut campur terhadap pemilihan anggota baru. Belum lagi ia ingat ketika Alex menyuruhnya untuk membuat sebuah spot dengan perlengkapan yang baik untuk Naomi. Pria itu menyenderkan tubuhnya, mengapa Alex sebegitu perduli dengan gadis itu?Sebenarnya apa hubungan keduanya?Kedua tangan Adrian memegang kepalanya yang sudah berpikir cu
Author’s POV“Aku… aku tidak akan mau kembali lagi bersama dengan dia,” ujar gadis itu sembari menyuapkan kembali sesendok nasi ke mulutnya. Ia menatap lurus ke depan, mempertahankan kehendaknya yang tidak ingin ditentang oleh sesiapapun termasuk dirinya sendiri,“Kenapa? Setiap orang berhak untuk mendapat kesempatan kedua…”“Kakak hanya tidak tahu apa yang sudah dia perbuat hingga aku bisa sekukuh ini untuk tidak kembali bersama dengan dia,” katanya sembari memainkan makanannya. Seira masih diam, menatap sang adik yang tampaknya menderita untuk menceritakan semuanya kepada dirinya.“Kalau kau tidak ingin menceritakan semuanya kepadaku, tidak masalah… aku tidak akan memaksa,”“Tidak, aku akan menceritakannya sekarang. Dan aku ingin kakak menilai kembali apakah aku benar-benar sudah sembuh dari luka yang pria itu torehkan kepadaku,” ujarnya sebelu
Author’s POV“Sekian dari saya pak…” ujar gadis itu setelah menjelaskan apa saja yang ia kerjakan dan pelajari dari pekerjaannya hari ini. Selama gadis itu menjelaskan, pria itu hanya fokus kepada paras gadis itu yang sangat elok untuk dipandang. Ia sesekali tersenyum samar kepada gadis itu, ia sangat memuja kecantikan natural yang gadis itu miliki,Pria itu terus memandangnya tanpa menyadari jika gadis itu sudah selesai menjelaskan semuanya. Ia baru saja tersadar ketika gadis itu memanggilnya dan saat itulah ia kembali ke dunia nyata. Matanya kembali fokus kepada gadis itu untuk menanyakan;“Ah… iya, sudah seberapa persen karakter itu kamu kerjakan?”“Sejauh ini masih 30% an pak…” ujarnya membuat pria itu mengangguk mengerti,“Kapan targetmu bisa mengerjakannya hingga selesai?”“Lusa… saya usahakan lusa akan saya selesai…”
Author’s POVDi jalan, gadis itu bertemu dengan Adrian yang tengah berdiri di depan lift. Beruntung pria itu tidak melihatnya. Dengan cepat, ia membuka pintu dan menutupnya dengan perlahan.Ia menghela nafas lega ketika ia sudah masuk ke dalam ruangan tempat ia bekerja,"Kenapa ngendap-ngendap begitu?" celetuk Seira, membuat gadis itu kaget bukan main bahkan sampai gadis itu memekik. Ia berbalik melihat Seira yang tengah mengerutkan keningnya dengan heran. Ia juga melihat sekitarnya yang sudah kosong.“Kamu kenapa, Naomi?” tanya Seira, mengembalikan kesadaran gadis itu seperti semula,“E-enggak ada kok kak… a-aku hanya ingin mengambil barangku aja,” ujarnya sembari berjalan ke mejanya dan merapikan mejanya. Seira masih diam, menatap ada yang tidak beres dengan gadis itu. Ia pun berjalan mendekat gadis itu dan matanya mengekori setiap pergerakan yang gadis itu buat,“Kamu habis dari
Author’s POVGadis itu mengerutkan keningnya begitu ia menyadari jika pria itu tidak berjalan ke arah rumahnya. Ia sangat bingung, sebenarnya apa yang menjadi rencana pria itu terhadapnya.“Apa aku sedang diculik?” batinnya dengan was was. Ia melirik Alex yang belum juga menyadari kebingungan yang gadis itu rasakan kepadanya. Bagaimana pria itu bisa sesantai itu terhadapnya? Bukankah jika pria itu benar-benar membawa gadis itu ke suatu tempat, seharusnya pria itu mengatakannya kepada dirinya, bukan?Tapi mengapa pria itu masih diam saja?“Kamu ingin membawaku kemana?” tanya gadis itu dengan bingung. Alex meliriknya sejenak dan memasang senyum manisnya untuk menjawab pertanyaan gadis itu,“Apa kamu ingat saat kamu bilang ke Adrian kalau kamu akan pergi ke suatu tempat bersama dengan ‘temanmu’ itu?”Gadis itu mengangguk,”Lalu?” tanyanya dengan bingung,
Author’s POV“Kau tidak bisa mengemudi jika kau masih mengantuk seperti itu,” ujar gadis itu, membuat pria itu menaikkan alisnya ketika Naomi mulai melepaskan tangannya dari Alex.Alex sangat menyayangkan hal itu.“Jadi kali ini, aku yang menyetir,” ujarnya yang berhenti berjalan dan berbalik kepada Alex yang masih menyimak perkataannya. Gadis itu sebelumnya memang selalu membawa mobil ketika ia masih SMA dulu. Saat itu ia masih ingat saat ayahnya membelikannya sebuah mobil sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke 16 tahun. Namun sayangnya, mobil itu harus ia jual karena sang ayah yang sudah bangkrut.“Tapi jika kau menyetir, lalu siapa yang mengantarku pulang dengan keadaan mengantuk seperti ini?” tanya pria itu yang juga menjadi buah pikiran gadis itu,“Aku tidak mungkin membawanya pulang. Ada ayah, aku tidak ingin ayah salah paham,” batinnya yang masih bingung.&
Author’s POVPria itu semakin erat memeluknya dengan dagu yang ia letakkan di bahu gadis itu. Naomi sangatlah mungil untuknya yang tingginya mencapai 1.87m. Naomi terdiam sejenak, menikmati kehangatan yang mulai menjalar dalam dirinya. Perasaan seperti ini benar-benar mengingatkannya ketika pria itu memeluknya untuk pertama kalinya,Rasanya begitu nyaman,“Bukankah kau berjanji untuk mengapa-apakanku?” tanya gadis itu, membuat pria itu memeluknya semakin erat.“Tapi kita kan sekarang tidak di ranjang…”“Perkataanmu memang sangat ambigu,” ujar gadis itu sebelum Alex menumpukan dagunya ke bahu gadis itu. Alex memeluk perut gadis itu lebih erat lagi. Sejujurnya, bukan hanya Naomi saja yang merasakan kehangatan dan kenyamanan yang Alex berikan kepadanya. Pria itu juga merasakan hal yang sama. Ia berharap ia bisa selamanya berada di posisi seperti ini bersama dengan Naomi,“A