Dasar pria aneh! Tidak mau mengalah sama perempuan, gerutu Kimmy dalam hati.
Kimmy memilih duduk di sofa lobby. Warna merah maroon dari tanktop yang dia kenakan, menjadi perhatian para laki-laki yang ada di sekitaran. Kimmy mulai merasa risih dengan tatapan nakal dari pria-pria itu.
Kimmy melihat dari balik kaca kalau hujan pun belum reda. Justru semakin deras. Dan kemudian, matanya beralih ke arah pemuda yang bertengkar tadi denganya. Dia melihat pemuda itu sedang duduk di sofa tengah dekat televisi.
Kimmy memperhatikan gaya dari pemuda itu yang bisa dikatakan elegan namun tidak kaku. Di mana laki-laki yang sudah membuat moodnya rusak sedang mengangkat satu kaki sambil membaca majalah. Membuat Kimmy semakin jengkel.
Sudah seperti bos saja gayanya, batin Kimmy menggerutu.
Bersamaan dengan itu, salah seorang laki-laki paruh baya mendekati Kimmy. Dari sikap dan tatapanya, Kimmy tau betul apa yang diinginkan pria tersebut. Pria hidung belang yang ingin menggoda dirinya dan berakhir di atas ranjang.
"Malam, Nona. Boleh saya duduk di sini?" tanya pria itu. Sepertinya itu hanyalah basa-basi saja. Untuk apa dia duduk di sebelah Kimmy, padahal sofa lain masih banyak yang kosong.
"Silakan," jawab Kimmy sekenanya dengan senyum tipis. Lalu dia alihkan kembali pandanganya ke tempat lain. Kimmy menggeser pantatnya hingga sampai di ujung pembatas sofa.
"Menunggu seseorang?" tanyanya. Ini juga merupakan pertanyan basa-basi semata.
Kimmy menaikan sebelah alisnya. Lalu melihat kekanan dan ke kiri. "Hah! Aku?" balas Kimmy. Setelah dia memastikan kalau pria tersebut berbicara kepadanya.
"Iya. Kau Nona. Siapa lagi?" Pria itu menyungging senyum.
"Tidak. Aku tidak menunggu siapa pun," jawab Kimmy datar. Dan kemudian Kimmy berhendak mengambil sebuah majalah yang ada di atas meja dekatnya. Tanpa diduga, pria tersebut menggeser pantatnya hingga posisinya sangat dekat dengan Kimmy.
"Berapa hargamu untuk satu malam, Nona?" Tiba-Tiba pria itu berbisik ke telinga Kimmy.
Kimmy berkerut kening mendengarnya. "Maksud Tuan apa? Tuan pikir aku perempuan bayaran?" balas Kimmy ketus. Dia menatap serius wajah pria tua itu. Entah apa yang dipikirkannya. Padahal sebelumnya dia tidak pernah menolak pria manapun untuk tidur denganya asalkan jasanya dibayar dengan setumpuk uang.
"Ah Nona. Jangan bicara seperti itu. Saya tahu kau itu sedang menunggu pelanggan. Come on, sebutkan hargamu, Nona. Dan saya akan pesankan kamar di hotel untuk kita bersenang-senang."
"Dengar ya Tuan! AKU BUKAN PEREMPUAN BAYARAN!" bantah Kimmy dengan lantang. Suara Kimmy memecah ruangan lobby hotel, sehingga banyak pasang mata menatap ke arahnya.
"Halah, jangan pura-pura kau Nona. Saya tahu kau wanita bayaran. Sudah sebutkan saja harganya. Saya akan membayar kau dua kali lipat," desak pria paruh baya itu. Suaranya tidak kalah keras dengan Kimmy. Sepertinya urat malu pria tua itu sudah putus. Terbukti dengan dia masih memaksa Kimmy yang sudah jelas-jelas menolaknya.
PLAK!
Entah sadar atau tidak, Kimmy menampar pipi pria paruh baya itu. Dan membuat semua orang terkejut.
"Apa telinga Tuan kurang jelas dengan apa yang aku ucapkan! bentak Kimmy. Dia menatapnya dengan wajah marah.
"KURAAAAANG AJAAAAR!"
Pria itu hendak membalas tamparan ke wajah Kimmy. Namun, sebelum tanganya yang keras itu mendarat di pipi Kimmy, seseorang menahannya.
"Tolong selesaikan urusan pribadi anda dengan istri anda di luar. Jangan di tempat umum seperti ini."
Wajah Kimmy nanar mendengar ucapan itu. Tapi lebih tidak percaya lagi kalau yang menahan tangan kekar dari pria tua yang ingin menamparnya adalah pemuda tampan yang bertengkar denganya tadi.
"Kau salah paham, Tuan. Aku bukan istrinya," bantah Kimmy dengan lantang.
Pemuda itu hanya melirik Kimmy dengan wajah datar. Dan tanganya yang masih menahan tangan si pria tua.
"Awas kau!" ancam pria tua itu. Dan dia pun pergi meninggalkan Kimmy dengan wajah marah.
"Ma-."
Pemuda yang membela Kimmy, berlalu pergi sebelum Kimmy menyelesaikan ucapanya. "Sombong sekali! Baru juga begitu saja sudah berlagak pahlawan. Kau pikir kau siapa? Spiderman," umpat Kimmy.
"Kau bicara apa, Nona!" ucapnya tegas tegas. Dan kemudian, pemuda itu membalik tubuhnya. Lalu berjalan menghampiri Kimmy.
Kimmy melongo. Jantungnya berdebar ketika melihat pemuda itu semakin dekat kepadanya.
Tatapan mata pemuda itu tajam. Ekpresinya datar, membuat Kimmy tidak bisa menggerakan kaki untuk berpaling.Bibir Kimmy terasa kelu tidak mampu berucap sepatah kata pun saat memandang pemuda itu. Dia hanya bisa merasakan jantungnya yang terus berdebar. Tidak seperti biasanya. Di mana Kimmy sudah sangat sering bertemu dengan laki-laki tapi tidak pernah merasakan hal seperti ini.
Laki-Laki itu tersenyum sinis menatap Kimmy, "Dasar perempuan aneh!" umpatnya.
Kimmy semakin geram dibuatnya. Emosinya memuncak sudah sampai ke ubun-ubun. "Kau yang aneh! Laki-Laki sombong sepertimu sebaiknya ada di ujung lau sana!" balas Kimmy menatap serius.
"Penjaga!" Suara pemuda itu terdengar keras memanggil.
Tidak lama kemudian, dua orang berseragam menghampiri laki-laki ini. "Siap, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?"
"Usir perempuan ini keluar!" perintahnya.
Dua pria berseragam yang terlihat sebagai penjaga kemanan dari gedung berlapis ini mencengkram lengan Kimmy dengan kuat. Mereka hendak menggiring Kimmy keluar dari lobby.
Kimmy meronta keras. Sehingga tangan penjaga itu lepas dari genggamanya.
"Siapa kau berani-berani mengusirku dari sini!" bentak Kimmy.
"Bawa dia!" Pemuda itu kembali memerintahkan kedua penjaga tersebut. Namun lagi-lagi Kimmy dapat melepaskan diri. Dan kemudian, dia hendak melayangkan tanganya untuk menampar pipi pemuda yang wajahnya dingin ini.
"KIMMY!" pekik seseorang dari kejauhan.
Wajah Kimmy tercengang. Dia menahan tanganya di udara saat melihat bos di tempatnya bekerja menyebut namanya dengan suara keras. Dan kemudian, Aleandro gegas mendekat kepada Kimmy.
"Kimmy! Apa yang kau lakukan!" seru Aleandro menatap marah kepada Kimmy.
"I'm sorry, Tuan Piero. Dia ini anak buah saya," ucap pria yang menjadi atasan Kimmy itu kepada pemuda yang wajahnya dingin.
Kimmy nanar melihat bosnya itu kenal dengan laki-laki yang sedang berdebat denganya.
"Cepat say sorry to Tuan Piero!" perintah Alleandro kepada Kimmy.
"Say sorry! Untuk apa? Siapa dia? Dia sudah melecehkanku, Tuan," bantah Kimmy membela diri.
"Kau kupecat, Kimmy!" ucapnya serius.
Kimmy tercengang mendengar perkataan bosnya itu. "Pe-Pecat! Apa salah aku, Tuan? Dia yang melecehkanku," protes Kimmy. Dia tidak menerima keputusan sepihak yang diambil oleh atasanya itu.
"Kau tidak tau siapa Tuan Piero? Berani sekali kau berbicara seperti itu." Aleandro menaikan nada bicaranya. Dia semakin marah kepada Kimmy. Wajahnya yang penuh lemak terlihat sangat tidak mengenakan.
Kimmy menatap pemuda yang baru saja diketahui namanya adalah Piero—dengan rasa penuh dendam.
"Awas kau!" ancam Kimmy sambil menunjuk jari ke wajah Piero. Lalu Kimmy beranjak pergi meninggalkan Alleandro dan Piero.
Piero tersenyum sinis. "Jadi dia anak buah anda, Tuan Aleandro? Sebagai wanita malam? Perempuan penghibur? Pantas saja sikapnya seperti orang yang tidak pernah mengenyam bangku sekolah. Kampungan!" seru Piero. Nadanya terdengar biasa namun penuh penekanan.
"Hei! Siapa kau, berani berbicara seperti itu?" Kimmy berbalik arah karena mendengar ucapan Piero yang sangat lantang dan menyakitkan di telinganya.
"Kimmy! Jaga ucapanmu. Kau sadar sedang berbicara dengan siapa? Hah! Tuan Piero ini adalah pemilik gedung yang kau injak saat ini. Dan juga tempat kau bekerja. Paham!" seru Aleandro dengan nada tinggi.
Kimmy nanar mendengarya. Wajahnya pucat seketika. Namun dia sudah kepalang malu karena bertengkar dengan laki-laki yang merupakan adalah atasanya sendiri. Kimmy tetap menjaga ego dan gengsinya.
"Kau sudah melakukan kesalaham besar, Kimmy!" tegas Aleandro.
Piero beranjak meninggalkan Kimmy dan Aleandro begitu saja.
"Hei Aleandro, jangan kau terima dia lagi di club EXOTIC, " seru Piero sambil berjalan menuju lif hotel, tanpa menoleh ke belakang.
"Aku tidak butuh pekerjaan dari kau!" balas Kimmy dengan suaranya yang melengking.
Kimmy berjalan keluar lobby tanpa dan menerobos hujan yang masih deras. Dia tidak peduli dengan tubuhnya yang basah kuyup.
Kimmy menenteng sepatu heelsnya dengan tangan kanan. Penampilanya yang cantik, kini sudah lusuh karena terguyur air hujan. Sepanjang perjalanan, dia menangis. Air matanya baru bisa ditumpahkan setelah keluar dari hotel itu.
TIIIN—TIIIN!Suara klakson mobil memecah di tengah derasnya hujan. Kimmy yang berjalan melipir di bahu jalan, seketika menahan langkahnya. Dia menyipitkan mata melihat ke arah mobil sedan yang menepi di dekatnya. Pemilik mobil itu membuka sedikit kaca jendela dari pintu sebelah kiri."Kimmy," panggilnya."Davina," ucap Kimmy. Lalu dia mendekati mobil milik sahabatnya itu dan masuk ke dalamnya."Aku baru menerima pesan kau, Kim. Kau kenapa? Kenapa hujan-hujanan seperti ini?"Kimmy mengusap wajahnya yang sudah penuh dengan air mata bercampur rintikan hujan. Rambut yang tadinya rapi, kini nampak berantakan. Penampilan Kimmy sudah sangat tidak karuan."Hari ini aku sial! Aku bertemu dengan cowok angkuh dan arogan. Aaaaach ... Pokoknya sial. Sial. Sial," jawab Kimmy. Dia mengumpat kesal."Kenapa kau melihatku seperti itu?" tanya Kimmy menatap heran sahabatnya. "Kau mau meledekku?""Kimmy
"Selamat pagi, Tuan Piero. Hari ini Tuan ada jadwal meeting dengan perusahaan Tuan Harits jam 10 pagi." Sasa—seketaris Piero, dia mengingatkan atasanya untuk rencana kerja hari ini sambil berjalan di belakang bosnya itu."Letakan itu di sana," perintah Piero kepada seorang pelayan yang membawakan setumpuk dokumen. Piero baru saja duduk di kursi kebesaranya.Piero Alexander, seorang laki-laki muda yang terbilang sukses di usianya yang baru menginjak 30 tahun karena memiliki banyak perusahan. Namun dia dikenal dengan pembawaanya yang super dingin, jarang senyum dan tidak banyak bicara, membuat karyawan-karyawannya segan.Wajahnya yang tampan sangat banyak digilai oleh para wanita. Tapi Piero tidak pernah ditemui dirinya berkencan atau bercumbu dengan gadis-gadis manapun. Kehidupanya yang misterius membuat banyak orang penasaran denganya."Ada yang bisa saya bantu lagi, Tuan?" tanya Sasa yang masih berdiri di depan meja kerja Piero sambil
Lebih dari tiga puluh menit sejak kedatangan Kimmy di kantor Aleandro, dia belum juga melihat pria tua itu masuk ke dalam ruangan ini. Kimmy mulai merasa bosan. Dia memutar-mutar pena dengan jari tanganya sambil menggoyang-goyangkan kaki.Bersamaan dengan itu, Kimmy membalikan tubuhnya bermaksud ingin melihat kegiatan orang-orang yang ada di kantor ini. Karena ruangan Aleandro hanya dibatasi oleh kaca yang transparan, jadi mata Kimmy dapat dengan bebas melihat sekitaran.Namun, tatapanya berhenti ketika dia melihat sepasang kaki dengan sepatu pantovel kulit berwarna hitam mengkilap berdiri tegak persis di belakangnya. Kimmy menaikan pandangnya hingga menyusuri sepanjang tubuh si pemilik kaki tersebut. Hingga pandanganya sampai ke dada lalu berakhir di wajah.Mata Kimmy nanar melihat seorang pemuda yang dibencinya hadir dihadapanya."Kau!" Kimmy menatap heran. Dia seperti melihat hantu di siang hari.Piero—pemuda yang membua
'Kim, si bos bilang kalau nanti malam kau akan menjamu tamu dari perusahan Oil and Gas PT. Deep Gasoline. Kau bilang, kau dipecat.'Pesan singkat dari Davina baru saja dibaca olehnya. Kimmy terpancing untuk duduk dari baringnya."PT Gasoline? Itu kan perusahaan milik Robert," gumam Kimmy.Dengan cepat dia membalas pesan singkat itu.'Dari mana kau tahu kalau PT Gasoline akan memesan seluruh kursi untuk malam ini?' [ Kimmy ]'Tuan Aleandro yang memberitahuku. Katanya dia sudah menghubungimu tapi kau tidak menjawabnya. Sebenarnya kau dipecat atau tidak?' [ Davina ]'Tuan Piero memintaku untuk bekerja kembali.' [ Kimmy ]'Tuan Piero? Aku tidak salah baca, kan? Bagaimana bisa laki-laki dingin itu meminta kau bekerja kembali? Atau jangan-jangan, kau sudah merayunya? [ Davina ]Wajah Kimmy berubah kesal karena membaca pesan dari Davina yang sudah menudingnya.'Jangan kau berpikir aku mau bekerja kemb
Jantung Kimmy mulai terasa kencang berdetak. Matanya tajam namun penuh dendam menatap pria yang merupakan ayah tirinya itu."My daughter. Kau keluar dari rumah demi bekerja di tempat ini? Sebagai wanita penghibur," cibir Robert, sambil tertawa meledek.Robert mendekati wajah Kimmy. "Berapa bayaranmu semalam. Seharusnya kau tidak perlu sampai pergi dari rumah jika hanya menginginkan uang yang tidak seberapa itu. Aku bisa memberikan jauh lebih banyak dari yang kau dapati di sini. Asal kau mau tidur denganku tiap malam. Mommymu sudah payah. Goyanganya tidak seenak dulu," bisik Robert di telinga Kimmy.Kimmy memerah matanya dan mengepal tanganya. Ucapan Robert membuat darahnya mendidih. Apalagi, laki-laki itu telah menghina Mommynya. Luka lama yang dilakukan Robert terhadap dirinya belum juga kering. Dan sekarang, laki-laki itu berulah lagi."Bagaimana? Kau mau menemaniku tidur malam ini?"PLAK! PLAK!Semua mata ter
Dag Dig Dug ...Jantung Kimmy mulai berdetak kuat. Di dalam tempat seperti ini, bisa siapa saja yang akan mendatanginya. Itu yang membuat Kimmy cemas.Kimmy berjalan dengan mengendap-endap. Prilakunya mirip seperti seseorang yang ingin mencuri. Kimmy mengintip dari lubang kecil yang ada di tengah-tengah daun pintu. Namun, dia tidak melihat siapa pun yang ada di luar sana.Kimmy membuang napasnya. Seketika bulu romanya bergidik. Berbagai macam hal melintas di dalam pikiranya. Dari yang berasal di dunia nyata sampai yang ghaib."Apa aku salah dengar?" Gumam Kimmy. Dan kemudian, dia beranjak kembali menuju ranjang.KNOK—KNOK."Oh Shit! Siapa sih!" Umpat Kimmy. Dan kemudian, dia kembali lagi ke arah pintu tersebut. Kimmy melakukan hal yang sama. Tapi kali ini, keberanianya sedikit muncul. Dia membuka pintu itu."AAAARRRGH!" Teriak Kimmy pecah. Ketika melihat seseorang dengan tubuh mungil namun berwajah d
Kimmy menantang balik tatapan Piero tanpa berkedip seteik pun. Hingga suara klakson mobil milik orang lain membuyarkan adegan itu. Mobil Piero berhenti di tangah jalan. Sehingga membuat sedikit kemacetan.KNOK—KNOK.Kaca mobil Piero diketuk oleh seseorang."Woy! Kalau mau pacaran jangan ditengah jalan!" Maki pria itu.Piero membuka pintu mobilnya. BRUAAAK! Dia menghajar pemuda itu hingga wajah dari pemuda itu menghantam body mobil. Piero melakukannya beberapa kali. Dan memancing orang lain ikut campur dalam keributan ini.Piero dikeroyok oleh beberapa pemuda yang merupakan teman dari laki-laki yang sudah dipukulnya hingga babak belur. Dan tidak ada satu pun yang berani memisahkan mereka. Walau ada beberapa orang yang menyaksikan ini. Namun, mereka hanya sekadar menonton saja.Kimmy keluar dari dalam mobil. "HENTIKAN! HENTIKAN!" pekik Kimmy merelai keributan itu. Dia menarik lengan tangan dari salah seorang pria
"Bagaimana Dok? Apa operasinya berhasil?"Dokter Diego melepas masker yang menutupi sebagian wajahnya. Kemudian dia tersenyum."Tuan Piero masih beruntung. Kami berhasil menyelamatkanya," jawab dokter Diego dengan wajah bahagia. Berita itu membuat Kimmy membuang napas. Seakan semua kegelisahan dalam dirinya keluar bersama hembusan udara dari mulutnya."Tapi pasien belum bisa dikunjungi. Keadaanya masih lemah," sambungnya dokter Diego menjelaskan."Tidak apa-apa,Dok. Terima kasih," ucap Kimmy."Kalau begitu, saya permisi, Nona," ucap Dokter Diego berpamitan. Dan kemudian dia pergi meninggalkan Kimmy.Bersamaan dengan itu, Kimmy melihat petugas medis melintas dan membawa tubuh seseorang di atas brankar. Cara yang sama saat Piero dipindahkan dari mobil ke ruang ICU. Namun, ada yang membuat matanya terpaku. Di mana Kimmy seperti mengenali siapa pasien itu."Mommy," gumamnya."Tunggu!" Kimmy b