Hampir lima barang yang terbungkus dengan plastik dan juga tas berada di genggaman tangan Kimmy, membuat berjalan pun sulit. Kimmy masih membuntut di belakang Piero yang masih asik menikmati suasana mall.
Cacing di dalam perut Kimmy pun sudah berontak menggerogoti sisa-sisa makanan dalam lambungnya. Iya, sejak tadi siang Kimmy belum menelan makanan apapun.
Wajah Kimmy mulai terlihat pucat karena kelelahan. Dan Piero tidak mempedulikanya sama sekali.
BRUAAAK!
Kimmy jatuh tidak sadarkan diri. Dan secepat kilat, Piero membalik tubuhnya lalu mengangkat Kimmy dengan kedua tanganya. Di mana barang-barang Piero dibawakan oleh petugas keamanan mall.
Piero menuju kediamanya.
****
"Dasar anak mami! Baru begini saja sudah pingsan," ucap Piero, dia meletakan Kimmy di atas ranjang di dalam kamar pribadinya.
Piero memandang Kimmy yang masih terpejam mata sebelum dia keluar dari kamar dan menyuruh Karina—seor
Kimmy masih duduk dengan memeluk lutut di samping kolam renang. Perutnya sudah berbunyi ingin meminta segera diasupi sesuatu. Namun, rasa cemas akan kekhawatiran yang tinggi terhadap dirinya, membuat Kimmy masih membiarkan makanan yang dibawa Karina tergeletak begitu saja.Ingin sekali aku mencicipi makanan itu. Tapi kalau ada racunya, bagaimana? gumam Kimmy dalam hati.Kimmy menelan ludah melihat hidangan lezat yang sangat menggugah air liur. "Ach, tidak ada pilihan lain sepertinya. Kalau aku menahan lapar terus seperti ini, aku juga akan mati." Dan kemudian, Kimmy mendekati makanan yang bertatakan tray dengan merangkak. Di mana bola matanya menengok ke kanan kiri seperti kucing lucu yang kelaparan, yang ingin mencuri ikan namun sedang mengawasi sang pemilik makananan.Dia memulai dengan mencicipi kuah sop daging. "Heeemm, lumayan," ucapnya. Dan kemudian, Kimmy menyendoki penuh sop itu ke dalam mulut. Satu per satu hingga semua makanan di dalam p
Kimmy sudah mulai kelelehan. Tapi Robert belum juga dapat menangkap tubuh Kimmy. Karena ruang kamar yang cukup luas, membuat Kimmy dapat berlari dengan cukup bebas."Sudahlah. Mau sampai kapan kita pemanasan dengan kejar-kejaran seperti ini," kata Robert, sambil menghela napasnya yang sudah semakin berat.Kimmy berdiri di antara ranjang tidur dengan ukuran besar. Itu adalah senjata utamanya untuk menghindari kejaran Robert selama berada di dalam kamar."Lincah juga kau, ya."Aku harus merebut kunci itu dari saku celananya. Tapi bagaimana caranya, batin Kimmy.Robert menggerakan kakinya kembali memutari ranjang untuk mendekati Kimmy. Namun, setiap Robert bergerak satu langkah, Kimmy menghindar dua langkah.Akhirnya, Robert sudah di batas tahap sabar. Dia membuka lemari baju dan mengambil sesuatu. Dari belakang, Kimmy tidak tahu apa yang sedang diambil oleh Robert."Kau masih mau bermain lagi? Come on
Robert masih dalam posisinya. Dia belum mengikuti perintah dari kapten polisi yang menyuruhnya untuk meletakan senjata dan tidak memberi perlawanan."Sial! Semua gara-gara kau, Kimmy!" seru Robert pelan. Tapi telinga Kimmy dapat dengan jelas mendengarnya.Akhirnya, Robert memilih untuk menyerah. Dia meletakan senjatanya di atas lantai lalu mengangkat kedua tanganya ke atas. Dan dua orang polisi mendekati Robert. Bersamaan dengan itu, Kimmy lari ke arah kamar Anna."MMMMMOOOOOMMMMMY!" teriak Kimmy pecah, saat dia tahu Anna sudah ditutupi kain putih karena sudah tidak bernyawa. Jiwanya seakan mau runtuh melihat sang ibu meremang kaku di atas kasur.Kimmy histeris menerima kenyataan kalau Mommynya sudah tiada. Dia membuka kain putih yang menutup tubuh Anna, Kimmy memeluk Mommynya dengan deras air mata.Petugas medis yang diikuti oleh bagian otopsi mencoba untuk menenangkan Kimmy yang masih terus menangis di atas tubuh sang mam
Setelah kepergian sang bunda, Kimmy lebih banyak merenung dan menutup diri. Jiwanya rapuh. Hatinya hancur. Bahkan Kimmy sudah tidak peduli dengan dirinya lagi. Baginya, Mommy adalah segala-segalanya.Kimmy masih berada di kediaman Piero. Dia masih mengurung diri di dalam kamar. Sudah seharian Kimmy belum mengisi perutnya. Sementara, tenanganya terus terkuras akibat tangisan."Non, boleh saya masuk?" Seorang pelayan wanita mengetuk pintu kamar Kimmy. Tapi tidak dihiraukan oleh Kimmy."Non, Kim, saya membawakan makanan untuk Non."Kimmy menghunuskan tatapan tajam menatap pelayan wanita yang baru saja meletakan nampan di atas meja. Wajah Kimmy memerah bersamaan bola mata Kimmy yang terpancarkan api kemarahan."Aku nggak mau makan!" ucap Kimmy dengan lantang."Tapi Non sudah seharian belum mengisi perut Non. Tuan Pier khawatir kalau nanti Non akan sakit.""Bagus! Sekalian aja aku mati! Pergi kau!" Kimmy