Kimmy sudah mulai kelelehan. Tapi Robert belum juga dapat menangkap tubuh Kimmy. Karena ruang kamar yang cukup luas, membuat Kimmy dapat berlari dengan cukup bebas.
"Sudahlah. Mau sampai kapan kita pemanasan dengan kejar-kejaran seperti ini," kata Robert, sambil menghela napasnya yang sudah semakin berat.
Kimmy berdiri di antara ranjang tidur dengan ukuran besar. Itu adalah senjata utamanya untuk menghindari kejaran Robert selama berada di dalam kamar.
"Lincah juga kau, ya."
Aku harus merebut kunci itu dari saku celananya. Tapi bagaimana caranya, batin Kimmy.
Robert menggerakan kakinya kembali memutari ranjang untuk mendekati Kimmy. Namun, setiap Robert bergerak satu langkah, Kimmy menghindar dua langkah.
Akhirnya, Robert sudah di batas tahap sabar. Dia membuka lemari baju dan mengambil sesuatu. Dari belakang, Kimmy tidak tahu apa yang sedang diambil oleh Robert.
"Kau masih mau bermain lagi? Come on
Robert masih dalam posisinya. Dia belum mengikuti perintah dari kapten polisi yang menyuruhnya untuk meletakan senjata dan tidak memberi perlawanan."Sial! Semua gara-gara kau, Kimmy!" seru Robert pelan. Tapi telinga Kimmy dapat dengan jelas mendengarnya.Akhirnya, Robert memilih untuk menyerah. Dia meletakan senjatanya di atas lantai lalu mengangkat kedua tanganya ke atas. Dan dua orang polisi mendekati Robert. Bersamaan dengan itu, Kimmy lari ke arah kamar Anna."MMMMMOOOOOMMMMMY!" teriak Kimmy pecah, saat dia tahu Anna sudah ditutupi kain putih karena sudah tidak bernyawa. Jiwanya seakan mau runtuh melihat sang ibu meremang kaku di atas kasur.Kimmy histeris menerima kenyataan kalau Mommynya sudah tiada. Dia membuka kain putih yang menutup tubuh Anna, Kimmy memeluk Mommynya dengan deras air mata.Petugas medis yang diikuti oleh bagian otopsi mencoba untuk menenangkan Kimmy yang masih terus menangis di atas tubuh sang mam
Setelah kepergian sang bunda, Kimmy lebih banyak merenung dan menutup diri. Jiwanya rapuh. Hatinya hancur. Bahkan Kimmy sudah tidak peduli dengan dirinya lagi. Baginya, Mommy adalah segala-segalanya.Kimmy masih berada di kediaman Piero. Dia masih mengurung diri di dalam kamar. Sudah seharian Kimmy belum mengisi perutnya. Sementara, tenanganya terus terkuras akibat tangisan."Non, boleh saya masuk?" Seorang pelayan wanita mengetuk pintu kamar Kimmy. Tapi tidak dihiraukan oleh Kimmy."Non, Kim, saya membawakan makanan untuk Non."Kimmy menghunuskan tatapan tajam menatap pelayan wanita yang baru saja meletakan nampan di atas meja. Wajah Kimmy memerah bersamaan bola mata Kimmy yang terpancarkan api kemarahan."Aku nggak mau makan!" ucap Kimmy dengan lantang."Tapi Non sudah seharian belum mengisi perut Non. Tuan Pier khawatir kalau nanti Non akan sakit.""Bagus! Sekalian aja aku mati! Pergi kau!" Kimmy