Share

Hari Pertunangan

Mark tengah sibuk membaca dukumen kerjanya di kantor. Tidak lama kemudian, ponsel Mark berdering. Panggilan masuk itu dari Soni.

“Bro … aku sedang patah hati,” tangis lebay Soni.

“Aku bukan pakar atau dokter yang mengobati orang yang sedang patah hati. Jadi, mohon maaf Anda salah orang,” ucap Mark.

“Bro, Nasya mengirimkan undangan pertunangannya,” lanjut Soni.

“Hah, Nasya akan tunangan?”  tanya Mark untuk memastikan.

Soni menceritakan kepada Mark tentang undangan pernikahan yang telah dikirimkan oleh Nasya.

Soni mencurahkan semua kekecewaannya atas undangan itu, padahal dia sangat berharap bisa mengenal Nasya lebih dalam lagi. Sebaliknya, bukan ikut menenangkan hati dan pikiran Soni, Mark langsung menutup panggilan yang sedang berlangsung itu.

Kabar pertungan Nasya tentu akan membuat Mark kesulitan untuk mendekatinya, sebab jika hari pertunangan sudah terjadi tentu akan dilanjutkan dengan hari pernikahan. Hal itu akan merugikan waktu dari Mark untuk membangun kerja sama yang harus terjadi dengan secepat mungkin. Namun, tak ada jalan lain selain Mark harus berusaha mendekati Nasya dengan cara apapun.

Sembari memikirkan cara, Septian datang menghampirinya.

Septian ternyata membawa undangan pernikahan Nasya untuk Mark. Mark sempat kaget menerima undanga itu, sebab sebelumnya perusahan mereka tidak pernah berhubungan antara satu dengan yang lainnya apalagi dengan masalah yang bersifat pribadi.

“Apa maksudnya ini?” tanya Mark ke Septian dengan penuh kebingungan.

“Mungkin ini adalah kesempatan terakhirmu untuk mendekatinya,” jawab Septian.

“Tapi ini tidak masuk akal,” lanjut Mark yang masih dengan kebingungannya.

Septian hanya menggelengkan kepala lalu kembali ruangannya. 

Penuh tanda tanya di dalam pikiran Mark, bagaimana tidak secara nyata atau berdasarkan pengalaman di masa lalu yang telah terjadi meskipun perusahaan miliknya dan Nasya dalam posisi teratas, akan tetapi kedua bela pihak tidak pernah berhubungan antara satu dan lainnya.

Tak ingin memikirkan terlalu dalam akan hal kenapa atau apa yang terjadi atas undangan itu, kini Mark hanya harus berfokus pada tujuannya untuk mendekati Nasya agar dia bisa menjalin hubungan kerja sama dengan perusahaan miliknya.

Terlebih lagi, setiap perusahaan yang akan bekerja sama dengan perusahaan milik Nasya harus membentuk hubungan baik dengan Nasya terlebih dahulu, jika hal itu tidak terjadi maka tidak akan ada yang namanya kerja sama antar perusahaan.

Jam pulang pun telah tiba, Mark tidak pulang ke apartemen atau hotelnya melainkan pulang ke rumah orang tuanya. 

“Mbok, Papa dan mama dimana?” tanya Mark kepada Mbok yang bekerja di rumah mereka.

“Mereka di lantai atas tuan tampan,” jawab Mbok itu.

“Mbok-Mbok … entah kenapa aku selalu rindu di rumah ini hanya kerena panggilan dari Mbok yang setiap detik membuat Mark sangat semangat,” balas Mark lalu pergi menaiki lift di dalam rumahnya.

Mbok yang baru saja berbicara dengan Mark itu bernama Mbok Uti. Bagi Mark, dia adalah ibu kedua yang sangat mengerti bagaimana perasaannya. Bagaimana tidak, Mbok Uti sudah bekerja di rumah mereka sejak Mark lahir di dunia sehingga saat kedua orang tuanya bekerja, Mark hanya ditemani oleh Mbok Uti. Selain itu, Mbok Uti tidak pernah keluar dari rumah Mark karena dia tidak memiliki keluarga lagi akibat bencana yang membuatnya kehilangan anak tunggalnya. Sehingga setiap melihat Mark, dia merasa bahagia seperti melihat anaknya yang telah hilang itu.

“Ehem-ehem, sepertinya, Mark telah menggangu waktu pasangan yang sangat romantis ini,” ucap Mark setelah melihat kedua orang tuanya sedang duduk menonton tv sambil menikmati segelas kopi.

Kedua orang tuanya pun menoleh kearah Mark dengan senyum yang cukup membahagiakan bagi siapa saja yang melihatnya.

“Mmm … waktu yang kurang tepat Kamu datang untuk menggangu kami,” sapa sekaligus canda dari Mamanya Mark.

Mark kemudian menghampiri kedua orang tuanya lalu duduk bergabung dengan mereka sambil melepas rindu antara orang tua dan anak.

”Tumben ni anak mama datang berkunjung. Ada hal apa yang telah terjadi,” sindir  Mama Mark.

“Aku merindukan canda dari Mamaku yang sangat cantik di dunia ini,” balas Mark sambil memeluk erat Mamanya.

“Jadi, ceritanya Papa tidak dirindukan seperti Mama?” canda Papa Mark.

Semuanya tertawa dengan candaan antara orang tua dan anak itu. Hubungan yang sangat harmonis penuh canda dan tawa merupakan ciri khas dari keluarga Mark sehingga membuatnya tidak ingin berbagi kebahagian kepada orang lain termasuk untuk pendamping hidupnya.

“Mark ingin menanyakan masalah ini, Pa,” sambil menunjukkan undangan pertunangan yang diberikan Nasya.

Saras (Ibu Mark) dan Bram (Ayah Mark) kaget melihat undangan yang diberikan oleh Mark yang berasal dari Nasya yang begitu tidak masuk akal. 

“Jadi, kamu sudah berhasil membangun hubungan yang baik dengan Nasya?” tanya Bu Saras.

“Berhasil sih gak, Ma. Bahkan Mark sendiri baru beberapa kali bertemu dengannya dan itupun pertemuan yang sangat singkat. Makanya Mark sangat bingung dengan undangan ini, Ma.” ucap Mark.

“Mungkin ini petunjuk ke kamu, Mark. Manfaatkanlah kesempatan ini atau Papa akan membalas undangan ini denga pertunanganmu,” tegas Pak Bram.

“Pa …” keluh Mark dengan nada manjanya.

Setelah menghabiskan waktu dengan kedua orang tuanya, Mark kemudian berpamitan untuk pulang ke rumahnya. Mark jarang menginap di rumah orang tuanya sejak Mark pulang dari luar negeri bahkan dia hanya berkunjung dengan hitungan menit lamanya.

Setibanya di apartemen, Mark menghubungi Soni untuk mengabari bahwa dia akan pergi bersama menghadiri undanga pernikahan itu. 

Hari pertungan itu terlihat sangat mewah meski hanya di hadiri oleh beberapa orang saja. Mark dan Soni pun sudah duduk di kursinya masing-masing untuk menyaksikan acara yang sakral itu. Mark dan Soni juga disibukkan untuk disapa atau menyapa para teman bisnis atau saingan bisnisnya hingga tidak sempat melihat calon lelaki yang akan bertungan dengan Nasya saat dia melewati mereka.

Tidak lama kemudian, pembawa acara mengumumkan bahwa acara pertunangan akan segera dilaksanakan sehingga para tamu undangan diharapkan untuk duduk dan menyaksikannya dengan seksama.

Mark dan Soni pun kembali duduk di kursinya masing-masing, akan tetapi seorang wanita yang sedang membawa segelas minuman tidak sengaja menabrak Mark hingga minuman yang ia bawakan itu tertumpahkan di jas dan baju kemejanya.

Bukan meminta maaf kepada Mark, akan tetapi wanita itu terdiam dan hanya memandang wajah Mark dengan sanga terpesona. Bisa dikatakan bahwa wanita itu telah tertarik dengan Mark. 

Mark yang dengan sifat dinginnya ditambah dengan pecinta kerapian dan kebersihan tentu merasa risih dengan yang telah terjadi sehingga Mark segera meninggalkan wanita yang aneh itu lalu pergi kekamar mandi untuk membersihkannya.

“Jadi, tunangan Nasya itu Haris?” tanya Mark ke Soni setelah melihat hal yang telah di tunjukkan oleh Soni.

Bersambung …

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status