Share

Kebahagian yang Sesungguhnya

“Wah-wah … Raja Lajang yang satu ini memang sudah banyak berubah.” kagum Anya dengan menggelengkan kepalanya beberapa kali.

Berbeda dari cara berpakaian Nasya dengan Anya, yang dimana Anya tidak memakai kerudung baik dalam sehari-harinya maupun untuk acara formal.

Sejauh ini, wanita yang memakai kerudung yang pernah Mark temui ialah Nasya dan Sindi sedangkan yang lainnya belum memakainya termasuk ibunya sendiri.

Kedua orang tua Mark masih beristirahat di ruang tamu karena kelelahan, selain itu juga makanan yang Anya belikan telah berhasil mengalihkan perhatian mereka. Tidak tanggung-tanggung, mereka sudah duduk di meja makan karena bu Saras sudah tidak tahan lagi untuk menyantap makanan favoritnya.

Bu Saras dan pak Bram tidak menduga bahwa putri merekalah yang membelikan makanan kesukaannya, hanya saja mereka sudah menduga bahwa yang membawakan makanan itu adalah putra mereka karena sebelumnya mereka suda melihat mobil Mark di parkiran. Tidak ada orang lain selain anak-anak merekalah yang selalu membelikan makanan itu sebagai oleh-oleh.

“Mbok, Mark dimana?” tanya Bu Saras sembari menyantap makanannya di atas meja.

“Pelan-pelan makannya, Ma,” perhatian kecil Pak Bram kepada istrinya yang sedang menikmati makanannya.

“Ma … Pa …” teriak Anya yang sedang turun dari tangga dengan penuh semangat.

Pak Bram dan Bu Saras menghentikan aktivitas mereka di atas meja setelah mendengar panggilan dari suara putrinya. Dengan segera mereka serentak menoleh ke kiri mereka tepat dimana tangga berada dari meja makan.

Surprice ….” teriak Anya yang penuh semangat setelah melihat kedua orang tuanya dalam keadaan baik-baik saja.

Kebahagian yang paling ditunggu-tunggu oleh setiap insan adalah berkumpulnya orang-orang yang saling menyayangi antara satu dan lainnya yang dalam keadaan baik-baik saja.

Meskipun berlimpah dengan harta kekayaan yang hampir tidak terhitung jumlahnya bahkan tidak akan habis hingga tujuh turunan bukanlah faktor yang menjanjikan kebahagian sesungguhnya melainkan kehangatan dan cinta terhadap keluargalah yang sesungguhnya kebahagian itu. Pikiran itu telah Mark dapatkan dari beberapa novel romantis yang ia baca.

Mark ikut serta kembali tersenyum bahagia melihat adik dan kedua orang tua mereka bertemu dan saling melepas rindu antara satu dan lainnya. Mark juga menghampiri mereka semua yang sedang berkumpul di meja makan.

Setelah melepas rindu antara satu dengan yang lainnya, keluarga kecil itu menghabiskan waktu, makanan dan mendengar cerita dari Anya bersama-sama.

Mark yang duduk di samping kiri mamanya tidak sengaja melihat isi tas bu Saras. Kerena melihatnya dengan selintas di mata, Mark kembali memfokuskan matanya ke dalam isi tas mamanya.

Adapun isi tas mamanya yang berhasil mengalihkan perhatian Mark dari suasana yang amat membahagiakan itu adalah sekantong pil dengan beberapa jenis. 

Meskipun penasaran dengan pil itu, akan tetapi Mark tidak mau menanyakan kepada bu Saras saat itu karena dia tidak ingin merusak kebahagian adiknya dengan menanyakan obat-obat itu. Namun, Mark sempat berpikir jauh setelah melihat pil itu, karena sebelumnya baik papa atau mamanya sangat jarang mengkonsumsikan berbagai jenis obat-obatan selain mereka selalu berolahraga di setiap hari minggu mereka. 

Tidak mau memikirkan hal yang berlebihan terhadap obat-obat itu, Mark bertingkah seolah-olah tidak pernah melihat pil itu sebelumnya dan kembali menikmati suasana yang penuh kebahagian itu.

Setelah makan bersama  selesai, keluarga yang terbilang sempurna dan sangat harmonis itu kembali menghabiskan waktu bersama di ruang tamu. Anya yang masih dengan banyak cerita tentang kehidupan seharinya-hari yang bahkan selalu di ulang-ulang tidakpernah bosan mengatakannya kembali kepada mereka semua. 

“Nya, dari tadi ngulang mulu tu cerita. Emangnya gak ada cerita lain kek yang lebih menarik dari pada cerita dimana kamu mengajar anak lesmu yang sudah di ulang hampir seratus kali kalau tidak salah hitung," cetus Mark yang mulai mengejek adiknya.

“Ih, bilang aja kakak iri karena gak ada cerita yang bisa di ceritakan ke Mama sama Papa,” balas Anya.

“Mark, jangan memulai pertengkaran  lagi. Adikmu masih capek dari perjalanan jauh,” nasihat Bu Saras yang dengan segera bertindak dengan cepat untuk menghentikan kenakalan Mark yang memulai memanaskan hati Anya.

Tidak lama kemudian, dokter Briyan datang berkunjung ke rumah mereka. Dokter Briyan adalah dokter mudah yang juga memiliki ketampanan maksimal, dia adalah dokter kepercayaan keluarga Castello.

Tidak biasanya dokter Briyan datang berkunjung di waktu yang terbilang sudah menuju waktu magrib. Sesuatu yang sangat penting pasti sudah terjadi sehingga dokter Briyan datang ke rumah mereka, hanya saja hal penting itulah yang belum di ketahui Mark dan Anya. 

Setelah saling sapa-menyapa dengan dokter Briyan, pak Bram dan Bu Saras menyuruh Mark dan Anya untuk meninggalkan mereka sejenak karena mereka akan membahas sesuatu yang sangat penting sehingga Mark dan Anya tidak di izinkan untuk ikut bergabung dengan mereka.

Mark mulai merasakan sesuatu yang aneh atas gerak-gerik kedua orang tuanya apalagi mengingat bahwa sebelumnya Mark melihat sekantong obat di dalam tas mamanya. Namun, karena tidak mau memperumit keadaan, Mark dengan segera mengajak Anya untuk naik ke lantai atas. Hanya saja, saat naik tangga, Mark memperlambat langkahnya sambil melirik kearah dimana orang tuanya dan dokter Briyan sedang membahas sesuatu yang kemungkinan sangat penting itu.

“Kak,” panggil Anya yang berhasil mengkagetkan Mark.

Anya yang sudah berada di lantai dua itu kian memperhatikan langkah kakaknya yang sangat pelan-pelan berjalan sembari melirik ke lantai bawah.

Menurut  Anya, Mark sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja, karena tingkahnya sangat drastis telah berubah, bagaimana tidak, Mark yang sebelumnya tidak pernah membelikan bunga dan boneka untuknya, terlebih lagi Mark selalu berbuat hal-hal yang menurutnya sangat romantis dengan pengalaman dari novel, ditambah lagi Mark yang mulai tertarik dengan hal-hal yang kedua orang tuanya bicarakan bersama dokter Briyan.

“Dik, sepertinya Dokter Briyan sedang membicarakan hari pernikahan kalian berdua dengan papa dan mama,” ucap Mark seketika setelah kedapatan oleh adiknya.

“Kenapa gak Kakak aja sekalian yang menikah dengan Dokter Briyan,” kesal Anya yang tampaknya kurang menyukai apa yang baru saja di katakan oleh Mark.

Sejauh ini, Mark selalu menjodohkan adiknya dengan dokter Briyan. Mark sangat menyetujui jika Briyanlah yang menjadi dambaan hati adiknya karena Mark mengenal dokterr tampan itu dengan sangat baik, apalagi dia terlihat cerdas meskipun belum bisa menandingi kecerdasan yang ia miliki.

Anya kemudian masuk ke dalam kamarnya dan meninggalkan Mark seorang diri.

Mark sengaja mengatakan hal-hal yang tidak di sukai adiknya itu karena dia tidak ingin diganggu oleh adiknya. Dia juga tidak ingin membuat adiknya khawatir jika memang ada sesuatu tentang obat yang ada di dalam tas mama mereka.

Tidak sengaja Mark melihat dokter Briyan memberikan selembar kertas ke bu Saras, lalu pergi dari rumah mereka. 

Bersambung …

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status