Selepas kepergian Monica, Arshima masuk kedalam rumah. Ia harus segera menyiapkan berkas-berkas yang di butuhkan untuk melamar kerja di perusahaan orang tua Monica besok. Ia juga harus menyiapkan dirinya dan mencoba perlahan untuk melupakan perasaannya terhadap Rendra.
Keesokan harinya, Arshima sudah siap dengan pakaian formalnya. Dengan rambut yang ia gerai menjulang kebawah, dan juga setelan yang berwarna soft pink. Ia terlihat seperti idol yang menjelma menjadi wanita karir.
"Waahh anak Mama cantik, pakek banget!" seru Mama Indah yang melihat Arshima turun dari anak tangga.
"Anak siapa dulu dong? Anak Mama yang paling Indah sedunia!" seru Arshima seraya tersenyum dengan menekankan nama sang Mama.
"Kurang ajur. Minta di masukin lagi nih Yah, anakmu," ucap Mama Indah kesal, lalu menatap kearah Ayah Eko yang tengah menikmati sarapan paginya.
Ayah Eko hanya menggeleng, mendengar percekcokan kedua wanita yang sangat ia sayangi.
"Sarapan dulu Sayang, sebelum berangkat mencari pekerjaan," titah sang Ayah.
"Enggak usah Yah. Shima minum susu aja, ini sudah mepet dari waktu yang di janjikan," ucap Arshima lalu meminum susunya dengan terburu-buru.
"Pelan-pelan, Sayang. Ntar tersedak lo," Mama Indah mengingatkan putrinya.
Setelah menghabiskan minumannya, Arshima pamit kepada kedua orang tuanya. Tidak lupa pula mencium punggung tangan mereka secara bergantian. Ia begitu terburu-buru lalu melenggang pergi menuju perusahaan yang di beritahukan oleh Monica.
"Dia memang selalu ceroboh seperti kamu, Ma," ucap Ayah Eko kepada Mama Indah.
"Nggak papa ceroboh Yah, yang penting kan cantik," jawab Mama Indah dengan narsis.
Ayah Eko kemudian menggelengkan kepala, dikala mendengar jawaban dari sang istri. Tapi memang itulah kenyataannya. Kecantikan yang Arshima miliki adalah warisan yang di turunkan dari sang istri. Sikap Arshima juga sama persis dengan Mama Indah.
Perusahaan AW group.
Monica mondar mandir di lobby, menunggu kedatangan Arshima. Ia begitu terlihat panik, karena waktu untuk wawancara akan segera di mulai. Meskipun ia sudah merekomendasikan Arshima pada sang Kakak, Arshima tetap harus mengikuti prosedur perusahaan orang tua Monica.
"Pasti sedang molor nih anak," gerutu Monica disaat Arshima tidak kunjung datang.
Saat Monica ingin melangkah masuk, terlihat Arshima yang berlari menuju ke arahnya. Dengan nafas yang ngos-ngosan, Arshima menghampiri Monica yang terlihat kesal karena menunggu dirinya.
Sebenarnya, Arshima sudah berusaha untuk tidak telat di hari pertama wawancara. Namun, di tengah perjalanan menuju perusahaan AW group, ada kecelakaan lalu lintas. Otomatis jalanan menjadi macet untuk sementara, hingga akhirnya berjalan dengan normal kembali setelah selang lima belas menit.
"Sorry, gue telat. Tadi ada kecelakaan lalu lintas pas mau kesini," ucap Arshima dengan nafas yang masih belum teratur.
"Ya udah, ayo buruan! Keburu ngamuk ntar tuh si banteng," Monica menarik tangan Arshima, membawanya menuju ke ruang wawancara di laksanakan.
"Hah, banteng? Siapa?" tanya Arshima tidak paham, siapa yang di maksud oleh Monica.
"Kak Alex!" jawab Monica singkat.
Kemudian mereka mempercepat langkah mereka, karena tidak mau bila sang banteng akan mengamuk pada pemandunya. Sesampai di ruangan yang di tujukan untuk sesi wawancara, Arshima merapihkan penampilannya. Meskipun masih terlihat rapi dan cantik. Ia menarik nafas dengan sangat dalam, kemudian menghembuskan dengan pelan. Lalu, Arshima mengangguk kepada Monica, memberi tanda bahwa ia sudah siap bertempur dengan sang banteng. Karena kali ini, pemimpin perusahaan AW group yang mewawancaranya langsung.
Tok..Tok..Tok
"Masuk!" sahut dari dalam.
Setelah mendengar sahutan dari dalam, lalu mereka melangkah masuk. Terlihat ada tiga orang dengan penampilan yang sempurna. Namun, wajah mereka terlihat seperti ingin menerkam mangsa yang ada di hadapan mereka.
"Intro!" perintah seseorang yang duduk di sebelah kanan. Terlihat dengan jelas, wajah seorang pria yang kira-kira berumur empat puluh tahun. Dengan wajah yang kaku dan dingin.
"Nama saya, Arshima Chandrawinata. Saya S1 jurusan Manajemen bisnis di Universitas Indonesia. Lalu, S2 di Maryuille university jurusan Interior Desain. Dan bla bla bla," jawab Arshima dengan nada yang tegas, tanpa memperlihatkan rasa takut ataupun grogi yang sebenarnya melanda di hatinya.
Alex sedikit kagum dengan seorang gadis yang berada di hadapannya sekarang. Gadis itu menjawab semua pertanyaan dengan mudah, dan dengan ekspresi yang biasa saja. Tanpa terlihat kegugupan di wajah cantiknya. Baru kali ini, Monica merekomendasikan orang yang tepat. Sepertinya mereka juga terlihat sangat akrab. Wajahnya juga sangat cantik, penampilan juga sangat anggun. Aaahhh apa sih yang sedang aku pikirkan. Gumam Alex dalam hati, yang mengagumi otak cerdas Arshima dan juga penampilan Arshima yang begitu sempurna menurut penilaiannya.
Setelah melalui diskusi yang cukup lama, dan hasil pertimbangan dari semua jawaban Arshima. Akhirnya, Arshima lulus seleksi dalam wawancara kali ini. Baru kali ini Alex mewawancara sendiri calon karyawan perusahaannya, dan hasilnya sangat memuaskan. Karena menemukan Arshima yang sangat cerdas dan juga berpenampilan anggun.
"Selamat, kamu di Terima di perusahan AW group. Semoga kamu benar-benar bisa mewujudkan akan apa yang kamu rencanakan untuk perusahaan ini," ucap seorang perempuan yang duduk di sebelah kiri.
"Terimakasih Bu. Saya akan berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkannya," ucap Arshima penuh semangat. Kemudian ia menyalami ketiga juri yang mewawancara dirinya, termasuk juga dengan Alex.
Deg!
Jantung Alex berhenti berdetak seketika, saat melihat senyuman Arshima yang sangat manis, dan juga disaat kulitnya bersentuhan dengan kulit Arshima. Meskipun itu hanya sebatas kulit telapak tangan.Sepersekian detik, Alex di buat terlena oleh senyuman Arshima. Hingga suara dari Monica, sang adik menyadarkan dirinya untuk kembali dari dunia lamunannya.
"Kak Alex!" pekik Monica seraya memukul lengan Alex yang tidak kalah kekar dari lengan Rendra.
"Ah! Apa?" tanya Alex kaget.
"Udah, jangan di pelototin terus Arshima. Bisa-bisa dia bolong ntar malem," ucap Monica begitu kencang. Membuat semua orang yang berada di ruangan itu tersenyum. Alex hanya menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal.
Wajah Arshima begitu memerah, menahan rasa malu yang di buat oleh sahabat minim akhlak nya itu. Ia hanya bisa menyembunyikan wajahnya yang seperti itu dengan menundukkan kepalanya.
"Ini sudah kan? Kalo sudah, aku mau bawa Arshima ke tempat kerjanya. Dia di sebelah aku kan?" tanya Monica yang sudah tidak sabar ingin bekerja dengan Arshima.
"Iya," jawab Alex singkat. Namun tatapannya tetap menatap kearah Arshima.
"Kakak tuh kalo di ajak bicara, tatap lawan bicaranya. Jangan menatap kearah Arshima terus, kasihan dia Kak menunduk terus karena di tatap seperti itu oleh Kakak," cerocos Monica yang mendapat cubitan dari Arshima."Oh, ya sudah. Kamu tunjukkin ruangannya. Aku mau kembali ke ruangan ku dulu," ucap Alex sedikit kikuk. Kemudian ia melangkah keluar menuju ruangan CEO. Dan di ikuti oleh kedua orang yang juga ikut mewawancara Arshima."Yeeyyy...gue diterima, Moon!" pekik Arshima setelah tidak ada orang lagi selain dia dan Monica di ruangan itu."Eehhhh, jangan senang dulu. Ini semua berkat gue, dan lo kudu wajib nraktir gue di cafe yang kemarin itu," Monica mendorong kepala Arshima."Inikan karena jawaban gue aja yang bagus, dan diterima oleh Kakak lo!" Arshima tetap tidak mau kalah."Iya-iya. Pokoknya nanti setelah pulang kerja, lo harus traktir gue. Titik!" titah Monica.
Bab. 9Arshima tidak menghiraukan pandangan orang lain terhadap dirinya. Ia menikmati apa yang di lakukan si batita kepada wajahnya. Dengan batita yang ada di pangkuan, juga sedang sibuk melukis di wajah mulusnya. Arshima kembali mengambil tablet, dan melanjutkan menuangkan ide pada tablet tersebut. Ia merasa seperti seorang ibu yang sedang bekerja, sambil mengasuh anak."Apa kalau aku punya anak, akan seperti ini ya? Bekerja sambil mengasuh anak," ucap Arshima lalu tersenyum sendiri.Rendra berada di ruangan, tidak menyadari Narshita yang pergi keluar. Di saat sadar, Rendra begitu panik mencari Narshita dan menyuruh karyawan untuk ikut mencari keberadaan Narshita.Mereka di buat panik oleh hilangnya seorang batita yang lagi aktif-aktif. Kemudian, Rendra di beritahu salah satu karyawan yang melihat Narshita bersama seorang perempuan. Rendra yang mendengar itu, langsung bergegas ke tempat yang di tunjukkan
"Apa-apaan sih kamu, Mas!" ucap Arshima kesal sekaligus malu. Karena sekarang mereka menjadi pusat perhatian para pengunjung lain di cafe tersebut. "Dengerin dulu penjelasan ku, Shima!" Rendra tetap berusaha mencegah Arshima, agar tidak pergi terlebih dahulu. Ia memegang tangan Arshima dengan begitu erat. "Lepasin Mas! Kita bukan muhrim. Harap Mas ingat itu, dan jangan ulangi hal yang tadi," ucap Arshima penuh penekanan pada setiap kata yang dia ucapkan. Lalu mengibaskan tangan Rendra dengan kasar, hingga tangan mereka terlepas. "Tapi Shima...!" Rendra tetap berusaha mencegah Arshima. Namun, tidak di hiraukan oleh Arshima. Arshima segera pergi menjauh dari Rendra. Ia tidak ingin berdebat
Setelah kepergian Arshima dan Alex. Mama Indah mendekat pada Ayah Eko. Ada sesuatu yang mengganjal pikirannya sedari tadi, waktu melihat sikap Alex yang adalah atasan Arshima itu."Yah!" panggil Mama Indah."Hemm.""Itu si atasan Shima, kelihatannya naksir deh sama anak kamu," ucap praduga Mama Indah."Atasan Shima? Maksudnya baju atasan yang di pakai Shima?" Ayah Eko mencoba memancing emosi sang istri. Dan itu berhasil."Bukan, Yaahh! Maksud Mama, bosnya Shima. Bukan baju atasan yang Shima pakai," geram Mama Indah yang berhasil di pancing emosinya."Owh, kirain. Naksir bagaimana sih Ma?" tanya Ayah Eko pura-pura tidak mengerti sembari terkekeh kecil."Suka, gitu maksudnya Yah. Massa iya, seorang atasan membawakan koper karyawan. Apa namanya bila tidak naksir?" ucap Mama Indah, yang menduga perasaan Alex."Iya juga ya Ma. Ayah
Entah mengapa, kemunculan Arshima dalam hidupnya membuat Alex begitu tertarik pada kepribadian yang ada pada gadis itu. Namun, di setiap kali ia mendekat, Arshima selalu menjaga jarak. Seperti ada tembok yang tebal, menghalangi dirinya untuk lebih dekat lagi.Terkadang Alex menggunakan alasan pekerjaan, sebagai dalil nya untuk bisa dekat dengan Arshima. Namun, gadis itu selalu saja membentengi diri dengan benteng yang sangat kokoh. Sulit bagi Alex untuk bisa menembusnya."Ayo! Keburu telat nanti," sarkas Alex. Ia menggeleng kepala tatkala melihat Arshima yang masih asyik mengobrol dengan dua gadis itu.Dengan gerakan cepat, Arshima menyusul Alex yang sudah berada jauh di depannya. Mampus gue, bila sampai di potong gaji bulan ini. Karena membuat si bos menunggu. Batin Arshima. Ia berlari mengejar keberadaan Alex.Kemudian mereka berjalan berdampingan menuju pintu masuk ke pesawat.
Rendra mengangguk, kemudian menerima kertas yang di ulurkan padanya. Ia genggam dengan erat kertas itu. Seakan itu adalah nyawanya, yang berada di ujung lembah kepatahan. Lalu Rendra menatap gadis di depannya itu, seraya mengangkat bahu gadis itu agar berdiri dari posisi jongkok. Gadis itu pun menurut."Siapa nama mu?" tanya Rendra pada gadis yang sekarang berdiri tepat di hadapannya."Sava, Om. Sava De Jough," jawab gadis yang bernama Sava itu. Ia juga merupakan seorang blasteran."Kapan dia memberikan surat ini padamu?" tanya Rendra dengan suara sedikit gemetar."Setengah jam yang lalu Om," jawab Sava. Gadis itu terlihat meneliti setiap inchi wajah Rendra. "Ternyata benar, apa yang di bilang Kakak cantik itu," celetuknya kemudian."Apa memang?" tanya Rendra penasaran.Sebelum sempat gadis itu menjawab, datang lah Assisten Rendra yang berlari ke arah mereka
Setelah dirasa sudah rapih, Rendra melangkah keluar dari kamar hotel yang terbilang sangat mewah. Untuk ukuran satu orang, kamar itu terlalu besar dan sangat luas. Lalu Rendra berjalan menuju ke lokasi proyek yang sedang berlangsung di bangun. Ia akan menemui seorang pimpinan perusahaan yang menjadi rekan bisnis dari perusahaan Ferdinan group. Mereka ada janji di lokasi yang di tuju, pada pukul sepuluh pagi. Berarti, kurang dari satu jam, Rendra harus segera berada di lokasi yang menjadi pertemuan mereka.Setelah sampai, Rendra langsung menuju ke tempat pertemuan itu terjadi. Di sana, sudah ada Alex dan juga jajaran staf lain yang menunggu kehadiran Rendra. Ada delapan orang yang berada di ruangan itu. Di tambah Rendra dan juga pak Saiful.Rendra masuk dengan langkah yang tenang. Lalu menjabat tangan mereka secara bergantian."Maaf, saya terlambat Pak Alex," ucap Rendra merasa tidak enak, karena ia datang
Sepergian Rendra, Arshima meminta ijin untuk beristirahat di kamarnya duluan. Karena setelah meeting barusan, tidak ada jadwal lagi untuknya. Hingga ia memilih untuk beristirahat di kamar.Sebelumnya, Alex mengajak Arshima berkeliling untuk menikmati indahnya kota Malang di malam hari. Namun, Lagi-lagi ia harus menerima penolakan dari Arshima. Alex tidak mengerti, kenapa dirinya selalu di tolak oleh gadis itu. Penolakan itu, semakin membuat Alex penasaran dengan Arshima."Jalan-jalan lah sebentar denganku. Menikmati keasrian kota Malang. Sebelum kita besok kembali ke Jakarta," pinta Alex, sebelum Arshima melenggang pergi ke kamarnya."Maaf Pak, bukannya saya menolak. Tapi saya merasa kurang enak badan," elak Arshima."Apa kamu demam? Kita periksa ke dokter ya!" ucap Alex panik. Lalu menempelkan telapak tangannya ke kening Arshima, untuk mengecek suhu tubuh Arshima."Tidak u