Share

Chap. 7. Wawancara

Selepas kepergian Monica, Arshima masuk kedalam rumah. Ia harus segera menyiapkan berkas-berkas yang di butuhkan untuk melamar kerja di perusahaan orang tua Monica besok. Ia juga harus menyiapkan dirinya dan mencoba perlahan untuk melupakan perasaannya terhadap Rendra.

Keesokan harinya, Arshima sudah siap dengan pakaian formalnya. Dengan rambut yang ia gerai menjulang kebawah, dan juga setelan yang berwarna soft pink. Ia terlihat seperti idol yang menjelma menjadi wanita karir.

"Waahh anak Mama cantik, pakek banget!" seru Mama Indah yang melihat Arshima turun dari anak tangga.

"Anak siapa dulu dong? Anak Mama yang paling Indah sedunia!" seru Arshima seraya tersenyum dengan menekankan nama sang Mama.

"Kurang ajur. Minta di masukin lagi nih Yah, anakmu," ucap Mama Indah kesal, lalu menatap kearah Ayah Eko yang tengah menikmati sarapan paginya.

Ayah Eko hanya menggeleng, mendengar percekcokan kedua wanita yang sangat ia sayangi.

"Sarapan dulu Sayang, sebelum berangkat mencari pekerjaan," titah sang Ayah.

"Enggak usah Yah. Shima minum susu aja, ini sudah mepet dari waktu yang di janjikan," ucap Arshima lalu meminum susunya dengan terburu-buru.

"Pelan-pelan, Sayang. Ntar tersedak lo," Mama Indah mengingatkan putrinya.

Setelah menghabiskan minumannya, Arshima pamit kepada kedua orang tuanya. Tidak lupa pula mencium punggung tangan mereka secara bergantian. Ia begitu terburu-buru lalu melenggang pergi menuju perusahaan yang di beritahukan oleh Monica.

"Dia memang selalu ceroboh seperti kamu, Ma," ucap Ayah Eko kepada Mama Indah.

"Nggak papa ceroboh Yah, yang penting kan cantik," jawab Mama Indah dengan narsis. 

Ayah Eko kemudian menggelengkan kepala, dikala mendengar jawaban dari sang istri. Tapi memang itulah kenyataannya. Kecantikan yang Arshima miliki adalah warisan yang di turunkan dari sang istri. Sikap Arshima juga sama persis dengan Mama Indah.

Perusahaan AW group.

Monica mondar mandir di lobby, menunggu kedatangan Arshima. Ia begitu terlihat panik, karena waktu untuk wawancara akan segera di mulai. Meskipun ia sudah merekomendasikan Arshima pada sang Kakak, Arshima tetap harus mengikuti prosedur perusahaan orang tua Monica.

"Pasti sedang molor nih anak," gerutu Monica disaat Arshima tidak kunjung datang.

Saat Monica ingin melangkah masuk, terlihat Arshima yang berlari menuju ke arahnya. Dengan nafas yang ngos-ngosan, Arshima menghampiri Monica yang terlihat kesal karena menunggu dirinya.

Sebenarnya, Arshima sudah berusaha untuk tidak telat di hari pertama wawancara. Namun, di tengah perjalanan menuju perusahaan AW group, ada kecelakaan lalu lintas. Otomatis jalanan menjadi macet untuk sementara, hingga akhirnya berjalan dengan normal kembali setelah selang lima belas menit.

"Sorry, gue telat. Tadi ada kecelakaan lalu lintas pas mau kesini," ucap Arshima dengan nafas yang masih belum teratur.

"Ya udah, ayo buruan! Keburu ngamuk ntar tuh si banteng," Monica menarik tangan Arshima, membawanya menuju ke ruang wawancara di laksanakan.

"Hah, banteng? Siapa?" tanya Arshima tidak paham, siapa yang di maksud oleh Monica.

"Kak Alex!" jawab Monica singkat.

Kemudian mereka mempercepat langkah mereka, karena tidak mau bila sang banteng akan mengamuk pada pemandunya. Sesampai di ruangan yang di tujukan untuk sesi wawancara, Arshima merapihkan penampilannya. Meskipun masih terlihat rapi dan cantik. Ia menarik nafas dengan sangat dalam, kemudian menghembuskan dengan pelan. Lalu, Arshima mengangguk kepada Monica, memberi tanda bahwa ia sudah siap bertempur dengan sang banteng. Karena kali ini, pemimpin perusahaan AW group yang mewawancaranya langsung.

Tok..Tok..Tok

"Masuk!" sahut dari dalam.

Setelah mendengar sahutan dari dalam, lalu mereka melangkah masuk. Terlihat ada tiga orang dengan penampilan yang sempurna. Namun, wajah mereka terlihat seperti ingin menerkam mangsa yang ada di hadapan mereka.

"Intro!" perintah seseorang yang duduk di sebelah kanan. Terlihat dengan jelas, wajah seorang pria yang kira-kira berumur empat puluh tahun. Dengan wajah yang kaku dan dingin.

"Nama saya, Arshima Chandrawinata. Saya S1 jurusan Manajemen bisnis di Universitas Indonesia. Lalu, S2 di Maryuille university jurusan Interior Desain. Dan bla bla bla," jawab Arshima dengan nada yang tegas, tanpa memperlihatkan rasa takut ataupun grogi yang sebenarnya melanda di hatinya.

Alex sedikit kagum dengan seorang gadis yang berada di hadapannya sekarang. Gadis itu menjawab semua pertanyaan dengan mudah, dan dengan ekspresi yang biasa saja. Tanpa terlihat kegugupan di wajah cantiknya. Baru kali ini, Monica merekomendasikan orang yang tepat. Sepertinya mereka juga terlihat sangat akrab. Wajahnya juga sangat cantik, penampilan juga sangat anggun. Aaahhh apa sih yang sedang aku pikirkan. Gumam Alex dalam hati, yang mengagumi otak cerdas Arshima dan juga penampilan Arshima yang begitu sempurna menurut penilaiannya.

Setelah melalui diskusi yang cukup lama, dan hasil pertimbangan dari semua jawaban Arshima. Akhirnya, Arshima lulus seleksi dalam wawancara kali ini. Baru kali ini Alex mewawancara sendiri calon karyawan perusahaannya, dan hasilnya sangat memuaskan. Karena menemukan Arshima yang sangat cerdas dan juga berpenampilan anggun.

"Selamat, kamu di Terima di perusahan AW group. Semoga kamu benar-benar bisa mewujudkan akan apa yang kamu rencanakan untuk perusahaan ini," ucap seorang perempuan yang duduk di sebelah kiri.

"Terimakasih Bu. Saya akan berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkannya," ucap Arshima penuh semangat. Kemudian ia menyalami ketiga juri yang mewawancara dirinya, termasuk juga dengan Alex.

Deg!

Jantung Alex berhenti berdetak seketika, saat melihat senyuman Arshima yang sangat manis, dan juga disaat kulitnya bersentuhan dengan kulit Arshima. Meskipun itu hanya sebatas kulit telapak tangan.

Sepersekian detik, Alex di buat terlena oleh senyuman Arshima. Hingga suara dari Monica, sang adik menyadarkan dirinya untuk kembali dari dunia lamunannya.

"Kak Alex!" pekik Monica seraya memukul lengan Alex yang tidak kalah kekar dari lengan Rendra.

"Ah! Apa?" tanya Alex kaget.

"Udah, jangan di pelototin terus Arshima. Bisa-bisa dia bolong ntar malem," ucap Monica begitu kencang. Membuat semua orang yang berada di ruangan itu tersenyum. Alex hanya menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal.

Wajah Arshima begitu memerah, menahan rasa malu yang di buat oleh sahabat minim akhlak nya itu. Ia hanya bisa menyembunyikan wajahnya yang seperti itu dengan menundukkan kepalanya.

"Ini sudah kan? Kalo sudah, aku mau bawa Arshima ke tempat kerjanya. Dia di sebelah aku kan?" tanya Monica yang sudah tidak sabar ingin bekerja dengan Arshima.

"Iya," jawab Alex singkat. Namun tatapannya tetap menatap kearah Arshima.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status