Share

Chap. 8. Cafe Benning

"Kakak tuh kalo di ajak bicara, tatap lawan bicaranya. Jangan menatap kearah Arshima terus, kasihan dia Kak menunduk terus karena di tatap seperti itu oleh Kakak," cerocos Monica yang mendapat cubitan dari Arshima.

"Oh, ya sudah. Kamu tunjukkin ruangannya. Aku mau kembali ke ruangan ku dulu," ucap Alex sedikit kikuk. Kemudian ia melangkah keluar menuju ruangan CEO. Dan di ikuti oleh kedua orang yang juga ikut mewawancara Arshima.

"Yeeyyy...gue diterima, Moon!" pekik Arshima setelah tidak ada orang lagi selain dia dan Monica di ruangan itu.

"Eehhhh, jangan senang dulu. Ini semua berkat gue, dan lo kudu wajib nraktir gue di cafe yang kemarin itu," Monica mendorong kepala Arshima.

"Inikan karena jawaban gue aja yang bagus, dan diterima oleh Kakak lo!" Arshima tetap tidak mau kalah.

"Iya-iya. Pokoknya nanti setelah pulang kerja, lo harus traktir gue. Titik!" titah Monica.

"Kenapa harus di cafe Benning? Kok nggak di tempat lain saja?" ucap Arshima yang sedikit tidak suka. Karena ia teringat kejadian kemarin pas bertemu dengan Rendra.

"Karena, di sana selain tempatnya bagus, makanannya juga enak banget. Siapa tahu juga kan, aku mendapatkan jodohku di sana," jawab Monica seraya mengedip-ngedipkan matanya.

"Tempat lain saja ya?" Arshima mencoba nego dengan Monica. Karena ia benar-benar tidak ingin bila bertemu dengan Rendra kembali.

"Tidak ada tawar menawar. Oke, sekarang kita mulai bekerja. Daripada ntar di pelototin si banteng. Mau?" tanya Monica. Kemudian mendapat gelengan kepala dari Arshima.

Mereka melangkah menuju ruangan, yang akan menjadi tempat mereka berkutat dengan berkas-berkas yang akan menyibukkan mereka seharian.

Di hari pertama kerja, mereka melakukan tugas mereka dengan baik dan hasilnya yang sangat memuaskan bagi atasan mereka. Meski ini perusahaan keluarga Monica, lantas tidak membuat Monica mendapatkan perlakuan khusus ataupun jabatan yang khusus. Monica tetap seperti karyawan lain yang bekerja sesuai kemampuan dan bidang yang di kuasai. Alex tidak mau Monica menjadi pribadi yang buruk, bila ia memperlakukan Monica secara khusus.

Waktu pulang kerja pun tiba, Monica dan Arshima berjalan beriringan menuju lobby. Wajah Arshima yang cantik namun terlihat kalem, dan wajah Monica yang memang kontras dengan wajah seorang bule. Membuat mereka menjadi pusat perhatian dari para karyawan lain yang juga sedang berjalan menuju lobby.

"Eh, itu kan karyawan baru. Cantik banget bro."

"Iya, sebelahnya bule ya? Waaahh bisa bening beneran nih mata. Setiap hari dapat vitamin."

"Lihat deh body-nya, aauuhhh bikin emes!"

"Kalo gini mah, aku nggak akan pernah absen lagi."

"Gue incar yang lokal saja lah. Wajahnya terlihat menenangkan hati gue."

Dan masih banyak lagi yang mereka dengar dari ocehan para karyawan laki-laki yang berada di sekitar mereka. Namun Arshima dan Monica tidak menghiraukan perkataan para karyawan laki-laki tersebut. Mereka berdua tetap melangkah dengan anggun. Hingga sebuah tangan mencekal Arshima untuk melangkahkan kakinya.

"Aahh...benar kamu Shima, 'kan? Temannya Hana?" ucap seseorang yang mencekal tangan Arshima.

"Kakak! Ngapain Kakak di sini?" tanya Arshima kaget, setelah mengetahui siapa yang menghentikan ia untuk melangkah. Sedangkan Monica hanya diam melihat interaksi di antara mereka.

"Aku sedang ada kerjasama dengan perusahaan AW group. Kamu sendiri ngapain di sini? Dan kapan pulang dari Amerika?" orang itu memberondong berbagai pertanyaan pada Arshima.

"Ini hari pertama ku kerja Kak. Aku udah dapat semingguan di rumah," jawab Arshima seraya tersenyum manis.

"Kamu itu! Pergi nggak pamit, pulang pun juga nggak ngabarin Kakak dulu," ucap kesal orang itu seraya tangannya mencubit dengan gemas pipi Arshima.

"Aaauucchhh...sakit Kak! Bukannya di peluk kek pas ketemu, ini malah di cubit," dengus Arshima, tangannya mengelus pipinya yang terasa sakit karena cubitan dari orang itu.

"Emang boleh, Kakak peluk?" tanya orang itu menaik turunkan alisnya.

"Hehe enggak!" jawab Arshima menyengir.

"Lagian bisa-bisa Kakak di giling sama mayat hidup itu. Iihhh ngeri dah Kakak bayanginnya," ucap orang itu seraya bergidik ngeri.

"Hah, mayat hidup? Siapa Kak?" tanya Arshima penuh dengan rasa penasaran.

Belum sempat orang itu menjawab pertanyaan Arshima, ia sudah di panggil oleh sekretarisnya agar lebih cepat untuk menemui pemimpin perusahaan AW group. Kemudian orang itu pamit pada Arshima dan nomor telepon. Orang itu berpesan akan mengajak Arshima di tempat usaha mayat hidup tersebut, dan berjanji akan menceritakan semuanya pada Arshima apa yang telah ia lihat.

Alex melihat semua interaksi Arshima bersama seorang lelaki yang terlihat begitu akrab. Ia yang kebetulan akan menjemput klien, ia urungkan di saat melihat kliennya sedang mengobrol dengan Arshima di lobby.

"Siapa lagi nih cowok cakep?" tanya Monica penasaran. Arshima yang baru pulang kembali sudah di kerumuni oleh cowok-cowok tampan.

"Kenalan lama," jawab Arshima, " Ya udah yuk, pulang dulu sebelum ke cafe Benning. Ganti baju, nggak enak nih rasanya lengket semua. Sekalian dandan, katamu siapa tahu dapat jodoh 'kan?" kata Arshima seraya mengerlingkan matanya.

"Apa sih!" ucap Monica dengan di iringi senyum yang indah.

Mereka menuju mobil masing-masing. Lalu melajukan mobil dengan kecepatan sedang, mereka janjian untuk bertemu di cafe Benning pada pukul tujuh malam.

Seminggu sudah, Arshima bekerja di perusahaan AW group. Ia sangat menikmati pekerjaan pertamanya setelah kembali. Hari-hari Arshima, kini di sibukkan dengan berkas-berkas perusahaan yang mampu membuat otaknya berfikir terlalu keras.

Hampir setiap hari, Arshima mampir ke cafe Benning setelah pulang kerja. Suasana di sana mampu menghilangkan rasa lelah, karena bekerja seharian. Semenjak kejadian salah paham, ia belum bertemu dengan Rendra kembali. Meski terkadang di hati kecilnya mengharapkan pertemuan tidak sengaja seperti itu lagi.

Sekarang hari minggu, dimana dirinya libur bekerja dan memilih menghabiskan waktu di cafe Benning. Ia menghindar dari ajakan Alex, sang atasan. Alex selalu mendekati Arshima di waktu senggang. Terkadang, di jam istirahat pun Alex rela mengantri di kantin perusahaan agar bisa makan bareng Arshima. Padahal, sebelumnya Alex tidak pernah menginjakkan kakinya di kantin perusahaan yang di khususkan untuk karyawan.

Arshima membawa tablet yang biasa ia gunakan untuk menuangkan ide-idenya. Dengan jari lentik, ia seringkali menghasilkan desain yang sangat menakjubkan. Satu jam sudah, Arshima berada di cafe Benning. Namun, belum ada tanda-tanda bahwa ia bosan di tempat tersebut. Ia malah terlihat khusuk dengan tablet di tangannya.

Arshima tidak menyadari, kalau ada seorang batita yang sangat cantik nan menggemaskan menghampiri dirinya. Ia masih khusuk dengan tablet nya.

"Mi...Mi...." panggil batita itu seraya menarik ujung baju Arshima.

Arshima merasa ada yang menarik ujung bajunya, dan seperti suara batita yang berbicara. Kemudian ia menoleh kearah suara. Ia begitu terkejut dengan adanya seorang batita yang sedang menarik ujung bajunya. Dengan sigap Arshima meletakkan tablet nya dan mengangkat batita tersebut, lalu di arahkan di pangkuan.

"Tu...tuu...tantiknya! Anak ciapa ini?" tanya Arshima dengan suara di buat lucu.

"Nyak Eddy (Anak Daddy)," jawab batita itu dengan bahasa yang sulit di pahami.

"Oowwhh, anaknya Pak Eddy?" tanya Arshima, seraya mengelus pipi gembul si batita.

"Ukan! Pi Eddy (Bukan! Tapi Daddy)," ucap batita itu, berusaha membenarkan perkataannya. Namun masih sama yang terdengar oleh Arshima.

"Owh iya-iya," ucap Arshima, menyerah dengan apa yang di maksud batita di pangkuannya sekarang ini.

Arshima Melihat-lihat di sekelilingnya, mungkin ada yang mencari anak yang sedang ia pangku. Dirasa nggak ada orang yang mencari si batita, Arshima mulai mengajak main anak itu dengan permainan di ponselnya.

Mereka terlihat sangat akrab, si batita juga terus tersenyum senang di pangkuan Arshima. Arshima begitu telaten dengan semua permintaan si batita. Kini, si batita meminta sesuatu untuk di coret-coret pada buku yang Arshima bawa. Arshima memberikan semua apa yang di minta oleh si batita.

"Mi, tu," pinta si batita menunjuk pouch yang berisi alat lukis untuk wajah Arshima. Lalu Arshima memberikan nya pada si batita. Batita itu memilih apa yang terlihat menarik untuknya.

Kemudian dengan bakat yang terpendam, si batita menarik wajah Arshima. Arshima pun menuruti semua kemauan si batita. Dengan tangannya yang mungil, juga pensil alis yang di pegang. Si batita itu melukis wajah Arshima dengan garis yang berlawanan arah.

"Aduuhh, mau di gambar apa ini, Sayang, wajah Mimi?" ucap Arshima seraya memejamkan mata.

"Auyus (Dinosaurus)" jawab si batita.

"Hemm, auyus," ucap Arshima yang sebenarnya tidak mengerti. Ia hanya bisa pasrah dengan apa yang di lakukan batita itu pada wajah mulusnya.

Banyak orang yang melihat kearah Arshima juga si batita itu dengan tersenyum. Karena kini wajah Arshima terlihat sangat lucu dengan coretan-coretan tidak berbentuk yang batita itu buat.

*

*

*

*

*

*

Berhati-hatilah dalam bertutur kata. Karena setiap kata yang kita ucapkan itu adalah sebuah do'a. Jadi, pikirkanlah dulu sebelum berucap.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status