Share

BAB 3

Aku selalu mengira bahwa ia adalah sosok yang dingin tapi ternyata tidak ia adalah sosok yang sangat hangat walaupun terkesan dingin diluar tapi ia begitu sangat mencintaiku dan aku sangat bahagia dapat menikah dengannya.

Pov.

@Nattaly.

" Hans ayo sarapan." ucapku emanggilnya saat ia sudah siap dengan pakaian kerjanya.

Ia mulai duduk di hadapanku .

" Kau mau ke restoran ??." Tanyanya padaku .

" Ya, aku akan membantu Ibu dan Ayah karena restoran akhir-akhir ini begitu ramai." Ucapku menatapnya yang ku maksud ibu dan ayah adalah mertuaku yang sangat menyayangiku dan mau menerimaku sebagai menantu mereka. Ia menatapku lalu menggenggam tanganku .

" Berjanjilah jangan terlalu memaksakan diri, setelah selesai aku akan menjemput mu." Ucapnya. Aku menatapnya dan tersenyum. Inilah yang aku suka darinya selalu memberi perhatian yang luar biasa untukku, aku menganggukan kepalaku padanya.

Kami melanjutkan sarapan kami dalam diam setelah selesai aku membawa peralatan makan kami ke tempat cuci piring dan ia pun mengikutiku dari belakang.

" Baiklah aku berangkat dulu, hati-hati lah kalau berangkat nanti ya kalau sampai ada apa-apa langsung hubungin aku." Ucapnya dan kemudian berjalan menuju pintu rumah kami, akupun mengikuti nya dari belakang.

Kulihat ia menatapku kemudian mendekatkan dirinya padaku dan kurasakan bibirnya sudah mendarat di keningku dan menciumnya dalam, aku memejamkan mataku. Tak lama ia pun melepaskan ciumannya dan masih menatapku dengan hangat .

" Jika sudah sampai di restoran hubungi aku mengerti Sayang." Ucapnya padaku.

" Ya." Ucapku menatapnya .

" Baikalah aku berangkat dulu." Ucapnya setelah mengelus kepalaku dengan lembut.

" Hans hati-Hati." Ucapku Ia kembali menatapku dan tak lama tersenyum kemudian kembali melanjutkan langkahnya.

Aku lupa menceritakan pada kalian apa pekerjaan suamiku. Suamiku adalah seorang dosen universitas di desa ini yang sekarang kami tinggali dan jaraknya sekitar setengah jam perjalanan menuju ke tempat nya mengajar kalau dari rumah kami, ia selalu pergi dengan mengunakan bus setiap pergi maupun pulang. Aku selalu bangga padanya karena ia tidak pernah mengeluh akan sesuatu hal yang menurut nya sulit bahkan ia selalu mengatakan bahwa sesungguhnya kehidupan yang kalau dijalani dengan cara selalu bersyukur akan terasa lebih mudah karena percayalah Tuhan tak pernah tidur dan akan selalu membantu hambanya yang meminta dan mau berusaha. Aku berjalan menuju restoran milik mertuaku. Saat sampai aku melihat Ibu mertuaku sedang membuang sampah dan aku berjalan mendekatinya.

" Ibu." Panggilku padanya dan tak lama ia pun berbalik lalu menghampiri ku dan memelukku .

" Kau sudah datang, apa sudah sarapan ayo sarapan dulu dengan Ibu sudah memasak." Ucapnya saat melepaskan pelukanku .

Aku senang sekali disaat tidak ada yang perduli padaku tapi masih ada orang-orang yang begitu menyayangiku, termasuk mertuaku ku, suamiku dan Kakak iparku yang begitu menyayangiku dengan tulus dan tak lupa Daniel dan Ibu kandungku.

" Ibu aku sudah sarapan tadi, dimana Ayah dan Mira." Tanyaku padanya. Mira adalah kakak perempuan Johans Suamiku.

" Mereka masih di rumah dan akan menyusul kesini mungkin nanti ayo masuk kedalam udara sekarang cukup dingin." Ucapnya dan menggandeng tanganku untuk masuk ke restoran.

Aku masuk ke dalam dan menemukan Ivan si pegawai magang hahahha tidak aku bercanda ia adalah sepupu Johans anak dari adik Ibu mertuaku sifat nya jahil dan manja terkadang menjengkelkan tapi kalau ia tidak ada akan terasa sepi karena mulutnya seperti bibi-bibi penjual ikan di pasar pagi, ia yang sedang mengelap beberapa meja, masih pagi jadi belum terlalu ramai fikirku.

" Ivan." Panggilku padanya dan mendekatinya .

Ia menengok ke arahku lalu tersenyum .

" Hai kau datang, dimana suamimu ?."Tanyanya aku memincingkan mataku padanya lalu melemparkan buku yang sedang ku pegang ke tepat ke kepalanya.

"Hais Ini sakit sekali."Ucapnya menatapku garang.

aku balas menatapnya dengan sengit.

"Kalau kau menghormatiku dengan tidak memanggilku Hei aku tidak akan memukulku, ingat aku lebih tua beberapa tahun darimu jadi hormati aku sebagai kakakmu sebelum kupukul kembali kepalamu nanti."Ucapku dengan garang ke arahnya. Ia menatapku.

"Baiklah kaka ipar."Ucapnya dengan kesal.

"Dimana Suamimu itu?."Tanyannya padaku.

" Kau lupa bahwa dia adalah seorang guru, tentu saja sedang mengajar." Ucapku dan mengambil ahli pekerjaannya .

"Kakak Ipar biar aku saja kau duduklah suamimu akan membunuhku nanti jika melihatmu bekerja seperti ini." Ucapnya berusaha merebut lap yang Ku pegang .

Aku menatapnya dengan tajam.

" Ckkkk berlebihan kau bahkan lucu sekali adik kecil diamlah biar aku melakukan ini. " Ucapku menghiraukannya. Ia memandangku lalu menghembuskan nafas dengan berat .

" Terserah aku sudah melarangmu jadi jangan menyalahkan ku jika suamimu mengamuk nanti." Ucapnya dan mulai melanjutkan mengelap meja kembali dan menurunkan bangku bangku untuk duduk. Aku hanya menatapnya lalu tersenyum .

"Tenang saja ia tidak akan marah padaku. " Ucapku

" Memang tidak akan marah padamu, tentu saja karena ia begitu mencintaimu tapi sebaliknya ia akan membunuhku kau tau ia akan berubah jadi Hulk jika sudah marah apalagi menyangkut tentang dirimu, kau masih ingat saat ia pertama kali membawamu kesini dan tanganmu terkena pisau." Tanyanya padaku .

Ahhhh aku ingat ia bahkan sangat panik saat itu .

" Ya aku ingat, ia bahkan memakaikanku perban di tanganku hingga siku padahal tanganku hanya tergores sedikit." Ucapku dengan tersenyum sangat geli menatapnya. Aku melihat Ivan juga tersenyum dan kemudian tertawa dengan keras.

" Ya dia memang bodoh kalau sedang jatuh cinta, hahhhhhhhhh tapi kemudian ia memarahi semua pegawai yang berada di dapur setelah ia mengantar kau kerumah mertuamu ia kembali lagi kesini dan membanting beberapa gelas dan piring karena kesal dengan para pegawai yang membiarkan mu memasuki area dapur hingga tanganmu terluka, kau tau bagaimana expresi wajah nya ??? Dia begitu menyeramkan aku saja sampai takut karena baru pertama kali melihat ia semarah itu, jadi kenapa kami sepakat tidak membiarkan mu melakukan sesuatu yang dapat membahayakan mu karena kami tidak mau melihat ia kembali mengamuk untuk ke2 kalinya, paginya aku sampai harus membeli piring dan gelas yang telah ia pecahkan, suami mu benar benar menyebalkan dan sangat menyusahkanku." Ucapnya. Aku hanya tersenyum mendengarnya. Kami kembali kepada rutinitas kami, karena aku tidak boleh memasuki area dapur jadi aku hanya berdiri di depan kasir. Tak terasa hari sudah sore aku masih berdiri di depan kasir karena masih banyak transaksi .

Pov.

@Johans.

Aku tidak begitu fokus mengajar karena selalu merindukan sosok istri cantikku. Nattaly terkadang aku merasa seperti orang gila yang tersenyum sendiri begitu melihatnya atau mengingatnya. Aku sangat mencintainya, dan aku selalu bersumpah di setiap hidupku mulai saat aku menikahinya bahwa aku akan selalu membuat nya bahagia dan tidak akan membuatnya menangis itu sumpahku. Aku bahkan sudah rindu padanya padahal baru beberapa jam tidak bertemu dengannya sudah mebuatku sangat ingin bertemu dengannya ,aku selalu berfikir untuk datang ke psikiater untuk memeriksakan tubuhku hahahahahaha bodoh memang .

Aku menatap cincin pernikahan kami mungkin harganya tidak seberapa tapi aku selalu bahagia karena dengan ada nya cincin ini di jariku dan jarinya itu membuktikan bahwa kami atau status kami telah berubah.

Saat aku sedang melamun aku di kagetkan dengan suara seseorang yang menegurku, ya dialah Liyra ia juga seorang guru di sini sama sepertiku tapi bedanya ia mengajar pada pelajaran fisika dan aku mengajar matematika, aku tau ia begitu tertarik padaku sejak pertama kali ia mengajar tapi aku selalu bilang pada semua yang berada di universitas ini dan termasuk murid murid disini bahwa aku sudah menikah dan tak lupa menunjukan cincin pernikahan ku.

" Dosen Jo Anda tidak makan siang." Tanya nya padaku. Aku menatapnya lalu tersenyum sekilas.

" Istriku membuatkan bekal untukku." Ucapku dengan menunjukan bekal yang di buat istriku ke hadapannya. Dan semua yang berada di ruangan ini menatapku dengan kagum

" Wah Dosen Jo istrimu sangat rajin ya setiap hari membuat bekal untukmu aku jadi penasaran bagaimana rupa istrimu." Ucap seseorang padaku yang membuatku menatapnya lalu tersenyum, ia Roby Dosen disini juga ia mengajar pada bidang psikologi dan termasuk teman dekatku.

" Jika kau melihat istriku kau akan terkejut nanti karena wajahnya sangat cantik." Ucapku .

" Wah benarkah, kenalkan kami padanya atau kau bawa saja istrimu kesini saat acara nanti." Ucapnya antusias. Aku tersenyum kembali .

" Aku rasa ia tidak menyukainya, jadi aku juga tak akan datang pada acara nanti."

" Wah kau suami yang pengertian Dosen Jo." Ucap wanita bernama Liyra yang duduk di sebrang sana. Aku hanya menatapnya sebentar dan kembali melahap bekal yang kubawa. Saat jam istirahat sudah selesai kami kembali mengajar. Aku berjalan ke kelas yang akan aku masuki.

" Selamat siang." Ucapku begitu sudah masuk ke dalam. Kulihat mereka menatapku dengan tersenyum manis .

" Selamat siang Dosen Jo." Ucap mereka semua .

" Buka buku kalian, karena aku akan menjelaskan ke materi selanjutnya." Ucapku membuka materi hari ini. Aku terus membahas materi dan tak terasa waktu sudah menunjukan pukul set 4 sore, sebentar lagi Ucapku dalam hati dan kemudian tersenyum.

" Dosen Jo." Panggil seorang siswi padaku.

" Ya kau ingin bertanya, atau ada yang tidak di mengerti pada materi ini." Ucapku menatapnya.

" Bolehkah aku bertanya di luar materi, karena sebentar lagi jam mengajar sudah habis bisakah kita mengobrol santai ??." Tanyanya dan mendapat anggukan dari berbagai sisiwi perempuan disini. Aku menatapnya dan kemudian menatap seluruh seisi kelas yang sedang menatapku .

" Baiklah, silahkan jika ingin bertanya." Ucapku dengan duduk dan merapikan beberapa buku yang sempat ku buka .

" Benarkah kau sudah menikah ??."Aku menatap mereka sebentar lalu tersenyum .

" Ya aku sudah menikah, dan ini cincin pernikahan ku." Ucapku dan menunjukan tanganku yang terpasang cincin pernikahan ku. Banyak dari mereka memasang wajah kecewa. Aku hanya tersenyum datar .

" Apa kau bahagia menikah dengannya, dan apakah kalian di jodohkan ??." Ucap mereka. Aku menghembuskan nafas sesaat lalu kembali menatap mereka semua .

" Tidak ada perjodohan di antara kami, karena kami menikah atas kehendak dari diri kami masing masing." Ucapku

" Aku menikah dengannya tanpa menjalin kasih terlebih dahulu, aku langsung mengajaknya menikah, sebetulnya pernikahan kami tak pernah di restui oleh pihak keluarga istriku karena aku hanya dari keluarga biasa, bahkan waktu kami meminta restu ayah mertuaku mengancam untuk mengusir istriku kalau istriku berani menikah denganku, saat aku melamarnya untuk pertama kali dan tanpa kusangaka istriku lebih memilih hidup denganku dari pada hidup dengan keluarganya yang bergelimang harta, aku sangat mencintai istriku lebih dari apapun dan Istriku walaupun ia adalah seorang yang terlahir dari keluarga terpandang tapi ia tak pernah membanggakan itu semua dan aku bangga padanya." Ucapku. Aku melihat mereka menatapku dengan sendu .

" Wah istrimu pasti sangat cantik Dosen Jo. " Ucap seseorang mahasiswa padaku .

Aku menatapnya.

" Ya ia sangat cantik, bahkan sangat sangat cantik " Ucapku tersenyum.

" Bisakah kami bertemu dengan istrimu ??. "

" Tentu saja, datanglah ke restoran milik ibuku kalian akan menemukannya di sana, ia sekarang sering membantu orang tua ku mengurus restoran ." Ucapku

" Wah kami akan menyempatkan diri untuk datang ke restoran ibumu Dosen Jo." ucap mereka serempak .

" Ya datanglah, kalian akan bisa melihat bagaimana wajah istriku." Ucapku lagi dan tak lama bel tanda pulang berbunyi, aku pun mengambil buku dan bergegas menuju ke ruangan tempat para dosen mengajar. Aku menuju mejaku dan merapikan buku dan kemudian mengambil tasku dan langsung ke luar dari ruangan menuju gerbang universitas ini, aku berjalan menuju halte bus dan mulai menunggu bus datang dan tak lama bus pun datang dan aku menaikinya. Bus berjalan dan berhenti di halte dekat dengan restoran ibuku ,aku turun dan langsung berjalan menuju restoran. Dari jauh aku melihat restoran sudah mulai agak sepi aku berjalan dan masuk, tapi aku tidak menemukan istriku di meja kasir.

"Rin." panggilku pada karyawan perempuan yang bekerja di sini. Ia menengok ke arahku lalu menundukan wajahnya sedikit kearahku.

"Ya Tuan."

" Kau melihat istriku dan dimana ibuku." Tanyaku padanya .

" Ah ya mereka pergi belanja katanya dan Nona Nattaly juga menitip pesan kalau anda datang di suruh menunggu karena mereka tidak akan lama." Ucapnya.

" Baiklah terimakasih." Ucapku lalu duduk di kursi yang menghadap langsung ke jendela. Tak lama aku melihat mereka Datang dengan membawa beberapa belanjaan, dan aku menghampiri untuk membantu.

" Oh Hans kau sudah disini." Ucap Ibu padaku. Aku tersenyum menatapnya, dan mengalihkan pandanganku kepada istriku yang berdiri di belakang Ibuku.

" Sayang sini aku bawakan." Ucapku

Ia menatapku lalu tersenyum, cantik sangat cantik .

" Hans kapan kau datang." Tanyanya saat berada di hadapanku. Aku tersenyum hangat lalu mencium keningnya dalam.

" Setengah jam yang lalu sampai." Ucapku padanya dan menarik tangannya untuk masuk ke dalam restoran menyusul ibuku.

Kami mulai merapikan restoran karena jam sudah menunjukan pukul setengah 6 sore dan kebetulan restoran sudah di tutup, aku dan yang lain sibuk mengelap meja dan mengatur kursi, sedangkan Istriku dan Ibuku sedang menghitung pemasukan hari ini. Aku tersenyum melihatnya yang tampak sangat antusias membantu Ibuku.

" Ibu kami pamit." Ucapku pada Ibuku saat semua pekerjaan telah selesai.

" Ah ya hati-hati hmm, bawa ini untuk makan malam kalian Ibu juga melebihkan untuk sarapan besok jadi Nattaly tinggal memanaskannya saja nanti. " Ucap Ibuku menghampiri ku dan Istriku.

Aku mengambil bungkusan dari tangan Ibukku dan kemudian mencium pipinya .

" Terimakasih Bu kalau begitu kami pamit pulang."

" Ibu aku dan Hana pulang dulu, esok aku akan datang lagi dan terimakasih makanannya." Ucap Nattaly pada Ibu. Ibu tersenyum lalu memeluk istriku dengan erat.

" Jangan sungkan, dan jangan menganggap aku adalah mertuamu karena Ibu sudah menganggap mu sebagai putri kandung Ibu sendiri bukan sebagai menantu kau mengerti, dan jangan pernah menutupi masalah apapun kalau kau sedih bicaralah dan katakan kau sedih jangan di pendam." Ucapnya menatapku istriku dalam dan kemudian mengusap pipinya dengan lembut.

Aku melihatnya tersenyum, aku sangat bahagia walaupun keluarganya tidak pernah merestui tapi aku masih punya orang tua ku yang selalu mendukung kami dan membantu kami dalam hal apapun aku sangat bahagia walaupun harus hidup dengan kesederhanaan tapi aku bahagia karena dia yang menjadi istriku bukan orang lain .

" Iya aku berjanji Bu, aku tak akan menutupi masalah apapun dari kalian." Ucapnya membalas senyuman Ibu. Aku menggenggam tangannya,dan ia menoleh ke arahku sambil tersenyum.

" Kalau begitu kami pamit." Ucapku dan keluar dari restoran sambil menggandeng tangan istriku .

Aku memutuskan untuk berjalan kaki dan tidak menaiki angkutan umum karena aku ingin seperti pasangan lainnya yang berjalan sambil bergandengan tangan, dan aku melakukan itu. Aku tersenyum menatapnya, ia sangat cantik tidak ia memang terlahir sebagai wanita cantik yang sangat mempesona dan selalu membuat jantungku berdebar ketika menatapnya. Walaupun baju yang ia pakai sangat sederhana tapi tak pernah mengurangi kecantikannya.

" Lelah?. " Tanyaku padanya. Ia menatapku dan tersenyum.

" Tidak ,apa kau lelah ??." Tanyanya padaku.

Aku tersenyum dan menggeleng kan kepalaku .

" Tidak aku sama sekali tidak lelah, aku justru senang karena kita bisa bergandeng tangan seperti ini bukankah terlihat romantis seperti pasangan muda lainnya." Ucapku masih menatapnya hangat.

" Ya benar." Ucapnya dan semakin menggenggam tanganku erat .

-TBC-..............................

Di tunggu vommentnya

Terimakasih.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status