Share

Chapter 9 Menolak

"Man kamu dipanggil Sekretaris jurusan," kata Bertha salah satu teman Amanda di Harvard ini.

"Oh ... Makasih ya Tha," sahut Amanda, Amanda-pun bergegas menuju ke ruangan Sekretaris jurusan.

'Ada apa ya? Apa ini ada hubungannya dengan proposal pengajuan magang di kampus, apa mereka sudah mendapat tempat magang buatku? Bukannya kemarin mereka bilang mereka sudah tidak ada lagi kursi kosong di perusahaan mitra kampusnya?' tanyaku tak juga mendapatkan jawaban.

Ah sudahlah....

Amanda berjalan melewati lorong kampus, banyak yang menyapa Amanda, selain karena cantik Amanda juga terkenal ramah dan mudah bergaul.

Tiba di depan ruang sekretaris, Amanda menghela nafas panjang sebelum akhirnya membuka pintu setelah sebelumnya sudah mengetuk pintu dan terdengar perintah untuknya masuk.

"Ibu memanggil saya?" tanya Amanda lembut. Bu Linda mengangguk tangan kanannya memberi tanda untuk Amanda duduk di depannya.

"Jadi, proposal pengajuan magangmu sudah saya ACC. Ada  satu perusahaan besar yang membuka peluang untuk menempatkan mahasiswa magang di perusahaannya. Dan Harvard memutuskan untuk memberimu kesempatan  magang di perusahaan tersebut," kata Bu Linda sambil menyerahkan proposal magang Amanda berikut sebuah dokumen yang diyakininya adalah data perusahaan tempatnya magang.

Entah kenapa perasaannya mendadak tidak nyaman ya? Dengan tangan gemetar diterimanya dokumen-dokumen itu. Harusnya dia senang karena dirinya sudah saat ini.

Di bukanya data perusahaan itu matanya langsung melotot, dia sangat mengenal perusahaan ini, bahkan dia pernah sekali memasukinya, dia juga mengenal siapa pemiliknya.

Tidak...tidak! Jika dia mengambil magang ini maka Amanda takut hatinya tidak bisa dia selamatkan.

Amanda sudah berjanji akan menghindari kemungkinan untuk bertemu dengan lelaki itu. Setidaknya sampai hatinya sudah bisa melihatnya sebagai kakak mungkin.

"Maaf Bu, saya sudah mempunyai tempat magang sendiri," kata Amanda lirih dan tidak yakin, "nanti berkasnya akan segera saya ajukan."

"Kamu serius? Ini kesempatan langka lo, perusahaan Klein Corp.  jarang membuka kesempatan untuk anak magang di Perusahaannya," kata Bu Linda sedikit kecewa, karena dia tadi sudah bersemangat saat ada beberapa mahasiswa di kampus ini mendapat kesempatan magang di perusahaan sebesar Klein Corp.

Tapi Bu Linda bisa apa jika Amanda sendiri tidak mau melakukan magang di sana?

"Maaf Bu, karena saya pikir kemarin  sudah kehabisan tempat untuk magang makanya sesuai saran ibu saya mencari sendiri, dan sekarang saya sudah mendapat tempatnya memang tidak sebesar Klein Corp. Tapi saya tidak enak kalau membatalkan secara sepihak padahal kemarin saya yang memohon diperbolehkan untuk magang disana," sahut Amanda mencoba memberi alasan, semoga Bu Linda tidak memaksanya lagi.

"Baiklah terserah padamu, segera berikan laporan perbaikanmu berikut data perusahaan tempatmu magang, batas waktunya dua minggu lagi," kata Bu Linda tegas.

"Baik Bu, terima kasih," kata Amanda patuh

"Saya permisi dulu Bu," ucap Amanda sambil tersenyum ramah. Diapun berlalu dari ruang sekretariat jurusan

Bagaimana ini, dua minggu kemana dia akan mencari perusahaan yang bisa menerimanya magang? Tanyanya gelisah. Amanda mengacak rambutnya dengan kesal.

Bodoh!!! Alasan bodoh!!! Kini kau dalam masalah Amanda.

Berpikir!!! Ayo berpikir!!!

Kemana aku mendapatkan perusahaan yang mau menerimanya magang? Bisa saja dia meminta pada Marc untuk magang di perusahaannya atau ke Rumah sakit Cia, tapi itu masih di sekitaran lelaki itu.

"Amanda," panggil seseorang, Amanda menoleh ke sumber suara. Thomas bukan ya? Yang selalu memperhatikan Amanda dari jauh. Sebulan ini selalu setia mengirimkan pesan singkat kepadanya walaupun Amanda jarang mau membalasnya.

Lelaki itu tersenyum kearahnya. Tampan, harus Amanda akui itu tapi tidak cukup mampu menggetarkan hati Amanda.

"Dari mana?" tanyanya ramah, rambut pirangnya tampak bersinar terkena paparan matahari. Sangat menggoda tentu saja. Tapi biasa saja bagi Amanda.

"Dari ruang sekretaris jurusan, membahas tempat magangku," kata Amanda lagi, apa dia minta tolong Thomas saja ya? Dia kan anak pemilik perusahaan yang besar juga kalau Amanda tidak salah tangkap dari perkataan teman-temannya yang sayangnya tidak terlalu diperhatikannya waktu itu. Tapi apa itu tidak seperti memanfaatkan perasaan Thomas padanya.

"Sudah dapat?" tanya Thomas penuh perhatian. Kenapa bukan lelaki ini saja pemilik hatinya. Lelaki yang jelas-jelas menaruh hati padanya.

"Sudah, tapi aku tidak mau disana," kata Amanda. Thomas memandang Amanda dengan sebelah alis yang terangkat seperti ada yang dipikirkannya

"Emmm bagaimana jika kamu magang di perusahaan ayahku?" tanya Thomas seakan ragu, dia taku Amanda merasa tersinggung, "itu kalau kamu tidak keberatan."

"Apa perusahaan ayahmu masih menerima mahasiswa magang?" tanya Amanda antusias. Mata hijaunya berpendar sangat indah. Menggetarkan sanubari Thomas.

"I ... Iya masih, aku juga magang di sana," kata Thomas dengan senyum menggoda andalannya. Sayangnya tidak berpengaruh untuk Amanda.

"Ah syukurlah kalau begitu aku tenang, soalnya Bu Linda memberiku waktu dua minggu untuk memperbaiki proposal sekaligus data perusahaan tempatku magang," kata Amanda tanpa sadar memegang lengan Thomas membuat lelaki itu tersengat aliran listrik.

Ingat hanya Thomas yang merasakan sengatan listrik itu, bukan Amanda. Amanda sih biasa saja. Anaknya mah lempeng. Listrik statis yang mengalir ke satu arah.

"Baik kalau begitu aku akan memberi tahu ayahku," kata Thomas bahagia. Selama ini dia melakukan pendekatan kepada Amanda. Sama dengan beberapa pria tampan yang mendekatinya, tapi sepertinya gadis di depannya itu tidak merespon perhatiannya. Tapi sekarang gadis ini bahkan melakukan kontak fisik dengannya.

Thomas berharap dikemudian hari, gadis yang dicintainya ini bisa membuka hati untuknya.



>>Bersambung>>


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status