Share

Chapter 10 Bencana

Austin merasa geram saat mengetahui kalau Amanda menolak magang di perusahaannya, apa gadis itu masih tersinggung dengan perbuatannya yang memarahinya saat tanpa sengaja gadis itu memecahkan vas kesukaan Angel, salah satu kenang-kenangan dari almarhum kekasihnya.

Argghhh, Austin merasa frustrasi.

Gadis keras kepala itu membuat perasaannya campur aduk. Ingin rasanya dia mendatangi gadis itu dan memukul pantatnya supaya bisa mematuhinya.

Tapi lagi-lagi pertanyaan tolol melingkupi pikirannya. Memang siapa dirinya bagi Amanda?

Awas kamu Amanda, kamu sudah mengusik singa yang sedang tertidur sayang. Aku tidak lagi peduli dengan nama keluarga kamu. Aku tidak peduli akan di bunuh oleh Marc. Kau sudah salah memilih lawan dear. Seringai Austin.

Lelaki itu bergegas keluar dari ruangannya.

Apa yang akan dilakukan Austin kepada Amanda? sesuatu yang akan merubah kehidupan Austin dan juga Amanda.

šŸŒ¼šŸŒ¼

Dilain tempat Amanda sedang memasuki sebuah perusahaan milik ayah dari Thomas untuk memulai magangnya hari ini.

Dengan langkah tenang dia berjalan memasuki gedung perusahaan tempatnya magang.

Tanpa diketahuinya seseorang sudah memperhatikannya sedari dirinya memasuki gedung itu. Lelaki itu dengan perlahan mendekati gadis itu dengan senyuman tak pernah lepas dari bibirnya.

"Hai kau sudah datang?" tanya lelaki itu sambil melihat jam Rolex yang bertengger manis di pergelangan tangannya.

"He ... He ... Aku sengaja berangkat lebih pagi, aku tidak mau bosku mempunyai alasan untuk mengkritikku di hari pertamaku magang," katanya dengan senyuman yang membuat lelaki itu semakin terpesona semakin dalam.

"Baguslah kalau begitu, karena aku yang merekomendasikanmu pada bos," ujar Thomas mencoba bersikap ramah pada Amanda.  Padahal selama ini Thomas tidak pernah memperlakukan wanita dengan baik. Baginya semua wanita itu hanya kain keset yang pantasnya hanya sebagai pembersih kaki. Tapi baginya Amanda berbeda, gadis itu membuat hatinya bergetar untuk pertama kalinya.

"Ayo kita masuk," ajak Thomas mencoba meraih jemari gadis itu tapi Amanda merasa risih karena tidak terbiasa melakukan kontak fisik dengan lelaki selain daddynya. Maka dia mencoba menepis tangan Thomas dengan halus. Hati Thomas terasa teremas merasa tersinggung dengan penolakan gadis itu. Egonya terluka, belum ada satu pun wanita yang berani menolaknya. Tidak juga Amanda.

Tangan Thomas terkepal disisi tubuhnya. Dia menghela nafas dalam mencoba menenangkan amarahnya, belum saatnya...

Di hati kecilnya ada sesuatu perasaan ingin memiliki gadis ini sepenuhnya dan membalas semua penghinaan yang gadis itu lakukan padanya. Tapi saat ini Thomas hanya perlu bersabar. Sebelum akhirnya gadis ini berada dalam genggamannya, dia harus menahan emosinya dahulu. Karena sedikit saja dirinya melakukan kesalahan maka dia akan melepas kesempatan memiliki gadis ini. Dia tidak boleh salah melangkah.

Kau salah memilih lawan gadisku. Kamu akan jadi milikku, kau setuju atau tidak. Bibirnya terangkat membentuk seringai yang menakutkan. Tak peduli jalan apa yang nanti dilakukannya. Satu keinginannya hanya menjadikan Amanda miliknya.

šŸŒ¼šŸŒ¼

"Ah hari yang sangat melelahkan," gumam Amanda sambil merenggangkan tubuhnya. Kedua tangannya terentang ke atas kepalanya. Mencoba membuat ototnya meregang.

"Kau belum pulang?" tanya suara maskulin di belakangnya, merasa kepergok dalam posisi yang memalukan, Amanda berbalik dengan posisi masih sama. Kedua tangan terentang keatas.

Ya ampun, malunyaa. Batin Amanda.

"Kau sedang apa?" tanya Thomas tidak menyembunyikan senyuman penuh geli melihat kelakuan konyol gadis di depannya itu. Membuatnya semakin bertekat memiliki gadis itu secepatnya, sebelum ada yang mendahuluinya.

"Aku ... Aku sedang melakukan gerakan senam, iya itu," Amanda merasa konyol sekarang.

"Kau ini lucu sekali sih," seloroh Thomas gemas, tangannya mengacak rambut Amanda lembut. Tapi tetap saja membuat gadis itu berdecak kesal.

"Kau membuat rambutku berantakan,"

"Ayo temani aku makan malam," kata Thomas sambil berjalan terlebih dahulu, dia tidak mau menerima penolakan Amanda. Karena dia sudah menyiapkan kejutan buat Amanda.

Kejutan yang akan menjadikan Amanda menyerahkan dirinya seutuhnya kepadanya. Bahkan mungkin gadis itu nantinya yang merengek padanya.

Seringai licik tercetak disudut bibirnya.

'Ini karena sudah mengusik egoku cantik' batin Thomas memberi pembenaran atas kejahatan yang akan dilakukannya sebentar lagi kepada Amanda Dexter.

"Hei, aku pulang saja," teriak Amanda dari arah belakang Thomas.

"Aku tidak terima penolakan, anggap saja sebagai ucapan terima kasih karena sudah menolongmu," kata Thomas sambil memutar tubuh menunggu Amanda yang kesulitan menyamai langkahnya.

"Kakimu pendek ternyata," goda Thomas membuat Amanda cemberut semakin kesal.

"Itu karena kakimu lebih panjang dari kakiku," elak Amanda.

šŸŒ¼šŸŒ¼

"Bagaimana kau tahu tempat makan favoritku?" tanya Amanda penasaran, karena tidak banyak yang tahu kalau Amanda maniak makanan Korea, dan lelaki itu membawanya ke restoran yang sering dikunjunginya.

Thomas hanya tersenyum menanggapi ucapan Amanda. ā€˜aku tau semua tentangmu cantikā€™.

"Apa kamu terharu?" goda Thomas. Membuat Amanda terkekeh dan melanjutkan makan Ramen pedas kesukaannya.

"Aku ke belakang dulu," kata Thomas yang dibalas anggukan Amanda, gadis itu lebih tertarik untuk melahap ramen dari pada mengeluarkan jawaban untuk Thomas.

Thomas berjalan kearah dapur dan membisikkan sesuatu kepada pelayan yang mau mengantarkan minuman ke mejanya. Dia memberikan bungkusan dan senilai besar uang ketangan pelayan itu.

Thomas bergegas kembali ke tempat semula. Amanda bahkan tidak curiga kenapa Thomas begitu cepat datangnya.

Thomas merasakan detak jantungnya tidak beraturan saat pelayan tadi menghampiri meja mereka, dan meletakkan pesanan mereka diatas meja dengan pelan.

Pandangan mata Thomas beradu dengan mata pelayan itu, pelayan itu mengangguk pelan dan berlalu.

Amanda mulai menyesap minumannya sampai tandas. Karena mulutnya terasa kepedasan.

Dengan masih mengipasi mulutnya yang kepanasan, Amanda juga mulai merasa badannya ikut memanas. Dia menarik-narik bajunya supaya udara bisa memasuki pori-pori tubuhnya yang memanas.

Keringat mulai mengucur dari pori-pori tubuhnya, badannya sudah basah oleh keringat.

Thomas yang bisa melihat reaksi dari obatnya sudah mulai bereaksi. Tersenyum lebar. Thomas menyeringai.

Langkahnya semakin dekat untuk memiliki gadis ini.

"Thomas ... Oh ... Ahsss ... Badanku terasa panas," kata Amanda semakin tersiksa dengan reaksi obat itu ke tubuhnya. Gadis polos itu bahkan tidak sadar dengan perbuatan Thomas padanya. Dia masih berpikir itu mungkin reaksi panas dari ramen yang dimakannya tadi. Poor Amanda.

"Ayo kita pergi dari sini, aku akan menghilangkan sakitmu," bujuk Thomas, tubuh Amanda sudah tidak dalam kendali pikirannya. Thomas memeluk tubuh Amanda keluar dari restoran itu dengan senyuman tak pernah lepas dari bibirnya.

Sebentar lagi....

Sedikit lagi...Amanda...youā€™re be mine!!



>>Bersambung>>

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status