Selamat tinggal hari kemarin. Kini hari berganti entah jadi hari apa lagi. Melayang 'ku di sela dingin dan sunyi. Menyongsong sesuatu yg tak terlihat bahkan tak terlintas dalam estimasi. Aku hanya mampu berserah pada Yang Maha Pengatur segalanya.
* * * * *
Satu per satu pakaian Ayu ditanggalkan oleh Gayatri di hadapan Farhan sambil memandangnya dengan tatapan nakal. Setelah dilucutinya celana dalam Ayu yang merupakan penutup terakhir tubuh molek itu lalu dilemparkannya celana dalam itu ke Farhan sambil tertawa nakal. Ayu hanya bisa tersipu malu dengan ulah bosnya itu.
"Giliranmu main nanti ya. Aku yang main duluan. Tugas kamu bantu aku cepet klimaks," perintah Gayatri.
Dia lalu meloloskan kaos dalam serta celana dalam Farhan.
Hari sudah fajar ketika Gayatri terbangun dari tidurnya. Tubuhnya terasa segar. Dia baru sadar sedang tidur di kamar hotel bersama Farhan dan Ayu. Mereka berdua masih terlelap dengan tubuh telanjang.Perlahan dia beranjak dari tempat tidur. Kandung kemihnya penuh minta dikosongkan. Dia lalu berjalan menuju kamar mandi. Dengan duduk di kloset, dikucurkannya air seninya. Selangkangannya masih terasa lengket sisa pertarungannya semalam. Dia belum sempat membasuhnya sebelum terlelap.Setelah lega melepas hajat kecilnya, dia lalu mencarishower capdi mejawastafel. Di antara sabun, sampo dan perlengkapan mandi yang disediakan hotel, dia menemukan benda itu lalu memasangnya di kepalanya agar rambutnya tak basah.Kucuran air hangat darishower
Farhan mengikuti Gayatri masuk ke ruang kerjanya. Mereka baru selesai melepas keberangkatan pengiriman pertama buah manggis ke Perancis."Daddytunggu di sini bentar ya. Aku mau nyuruh Ayu ngirim dokumen ekspor ke Albert dulu," ujar Gayatri.Gayatri lalu meninggalkan ruang kerjanya setelah Farhan mengiyakan. Farhan duduk di kursi tamu tempat Gayatri biasa menerima tamu di ruangannya."Albert, rekananku di Perancis, bilang nanti kalo salinan dokumen ekspor sudah dia terima, dia bakal transfer uangnya," kata Gayatri ketika sudah kembali ke ruangan."Pengaturan pengiriman selanjutnya gimana?" tanya Farhan."Nanti kita atur pengiriman 2 ton itu dibagi per minggu. Jadi
Aku Kirana, seorang perempuan yang tidak biasa. Meski bukan perempuan yang luar biasa, tapi aku bukanlah perempuan yang biasa-biasa saja. Meski aku berteman dengan kekurangan, tapi aku memiliki segudang kelebihan. Aku memilih untuk menang tanpa harus berperang.Aku belajar pada batu bagaimana cara bersimpuh agar tak dapat ditumbangkan. Aku belajar pada pohon bagaimana berdiri tegak, tapi memberi keteduhan dan kesegaran. Aku belajar pada sungai yang mengalir meski tak tahu akan bertemu apa di hilirnya. Aku belajar pada angin yang memberikesejukan meski tak ada yang memintanya. Aku belajar pada matahari yang rela bergantian dengan rembulan sesuai giliran masing-masing.Pengabdian adalah tugasku. Hanya perempuan tak biasa yang mengerti arti sebuah pengabdian. Perempuan biasa takkan sanggup menjala
Kirana sedang duduk memandang hamparan sawah di kejauhan. Dia duduk sendiri di teras depan rumahnya. Secangkir kopi panas menemaninya sedikit membantu Kirana menghangatkan tubuhnya di pagi yang masih berhias kabut."Gimana, Mas?" tanya Kirana pada Farhan yang baru turun dan memarkirkan sepeda ontel di depan paviliun."Bannya cuma kempis mungkin karena lama gak dipake. Tadi pak Paijo sempat meriksa ban depan dan belakang kalo-kalo ada bocornya," jawab Farhan sambil mendekati Kirana."Syukurlah kalo gak ada yang bocor," ujar Kirana sambil tersenyum."Jadi gimana rencananya mau keliling desa?" tanyanya lagi."Ya jadi. Kamu mau ikut gak?" tanya Farhan.
Gayatri kaget ketika tiba-tiba Wahyu, suaminya, masuk ke kamar. Dia sedang berganti pakaian sepulang dari kantor saat suaminya masuk. Dia tak dikabari kalau suaminya akan pulang sore itu."Mas, kok gak ngabari?" tanya Gayatri sambil melepas kulotnya."Maaf, aku lupa," jawab Wahyu pendek sambil melepas kemejanya.Mereka sama-sama berganti pakaian tanpa bicara."Ada yang mau aku omongin," ujar Wahyu ketika dia sudah selesai berganti pakaian."Apa?" tanya Gayatri."Kita ngomong di ruang kerja aja," jawab Wahyu sambil meninggalkan kamar.Gayatri mencoba menebak-nebak apa yang akan dibi
Detak jam dinding terdengar jelas detik demi detik di ruang yang sunyi. Bunyinya seperti derap kaki prajurit yang berbaris sendiri di keheningan. Sendiri tanpa pasukan. Sendiri tanpa teman. Meski sendiri, derap itu terus melangkah maju meninggalkan jalan berbatu yang dilaluinya.Lembar demi lembar album foto dipandangi Gayatri. Ada banyak foto-foto kenangan bersama Wahyu mulai dari masa mereka pacaran. Foto-foto yang dia kumpulkan dan pasang di album-album yang tak pernah dijamah Wahyu. Foto-foto yang sebagian mungkin terpaksa dilakoni Wahyu untuk sekedar memenuhi keinginan istrinya.Sejenak Gayatri tersenyum melihat foto dirinya bersama Wahyu dengan gaya konyol di plang jalan Malioboro saat mereka jalan berdua. Di plang jalan itu Wahyu menyatakan cintanya sekaligus meminta Gayatri untuk mau menikah dengannya. Saat itu Gayatri tak langs
"Gimana, Sri? Ngepak manggisnya sudah selesai semua?" tanya Kirana ketika pagi-pagi baru sampai ke balai desa."Beres, Mbak. Sebenernya kemarin sudah selesai semua, tapi ada kardus yang sobek satu jadinya barusan aku ganti," jawab Sri sambil mengangguk sopan."Buruan kalian bantu Tikno dan Joko ngangkut ke truk. Itu truknya sudah datang."Para perempuan pekerja itu lalu menyiapkan kardus-kardus manggis untuk diangkut Tikno dan Joko."Mas, yang ini dulu," ujar Sri pada Joko sambil senyum manis.Lelaki muda yang dipanggilnya Mas Joko itu berbadan cukup berotot dengan kulit coklat. Wajahnya cukup tampan. Mungkin bisa dibilang paling tampan di desa itu. Dia sebaya dengan Sri dan sama-sam
Farhan mulai terbakar hasratnya. Diangkatnya kaki kanan Kirana dengan tangan kirinya lalu diarahkannya batang kejantanannya pada celah kewanitaan istrinya yang sudah basah pelumas. Kirana merangkulkan kedua tangannya ke leher suaminya."Aaaaaahhhh ...." Kirana mendesah panjang ketika dirinya dimasuki secara perlahan.Mata Kirana tertutup menikmati batang yang mengisi rongga kewanitaannya. Otot-otot kewanitaannya berkontraksi karena rangsangan benda keras itu ditambah ulah nakal Gayatri yang menggarap buah dadanya. Dia tenggelam dalam hasratnya.Perlahan dan teratur Farhan bergerak. Kirana menikmati gerakan demi gerakan yang menghujamnya dengan lembut. Cairan kewanitaannya semakin bertambah melumasi liang senggamanya. Desahan-desahan halus terdengar dari mulutnya.