'Jangan marah, jangan mengamuk dan bersabarlah Shayra! Ok tarik nafas lalu buang perlahan-lahan.' Shayra membatin berusaha menahan diri.
Pria yang bernama Adien benar-benar mengujinya saat ini. Bagaimana mana tidak?
Shayra tidak pernah menerima menerima lamarannya, tapi Adien dengan seenaknya membawanya ikut menyebar undangan penikahan mereka yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat.
Bukan cuma hal itu, masalah lain yang baru saja Shayra ketahui sungguh jahat membuatnya keningnya mengerut. Rasanya kepalanya mau meledak sangking membuat pening. Tak kala penjelasan Adien mengenai persiapan pernikahan mereka yang sudah hampir selesai dan mencapai sembilan puluh persen selesai.
Gedung, gaun pernikahan, undangan, cincin dan sebagainya sudah selesai Adien persiapkan dan tinggal beberapa hal lagi yang belum.
Sungguh pria itu ber
Percayalah walaupun Shayra sedang melakukan liburan berkelana ke luar kota untuk menikmati pantai, nyatanya Shayra hanya bergelung di kamar hotelnya.Shayra hanya tidur, makan dan tidur selama dua hari berturut-turut. Meski kabur dari acara pernikahannya adalah rencananya sendiri, nyatanya hal itu tetap saja membuat Shayra kepikiran. Perasaan Shayra tak enak dan mengkhawatirkan ibunya.Tapi apa boleh buat ia benar-bebar tidak mau menikah dengan seorang Adien.Pada saat bosan menghampiri barulah Shayra keluar kamar hotelnya. Gadis itu menuju pantai untuk merilekskan diri dan membuang kejenuhannya. Siang yang terik sepertinya sangat cocok untuk berjemur atau mungkin berenang.Shayra pun hendak membuka pakaiannya akan tetapi baru dua kancing bajunya yang terlepas, sesuatu terlempar keras kearahnya. Sontak Shayra menangkapnya dan ternyata itu adalah jas seorang pria.Shayra mengerut lantas melepas
Shayra menatap atap langit-langit kamar tempatnya berada dengan tatapan kosong. Wanita itu terdiam sambil duduk di tempat tidur menyandar pada kepala ranjang.Ada banyak alasan yang membuatnya merasa tidak hidup atau sekarang ingin mati saja.Beruntungnya akal sehat masih menguasainya, Shayra tidak menjadi gila setelah hal terburuk yang ia hindarkan kini kejadian dan sedang menimpanya.Beberapa saat kemudian Shayra mulai berpikir dan merutuk dalam hatinya. Ribuan umpatan yang tersimpan erat siap meledak untuk mencaci maki pria yang berbaring pulas jug nyenyak yang berada disampingnya.Ya pria itu adalah Adien Raffasyah Aldebaran memangnya siapa lagi?Beberapa saat lalu pria itu dengan tanpa perasaan merubah status Shayra dari gadis menjadi wanita. Shayra terluka, Shayra kecewa dan Shayra amat teramat terluka. Tapi memangnya mau bagaimana lagi, mau berteriakpun apa yang direnggut takkan bisa kem
Selang lima menit kemudian setelah Shayra menutup matanya, wanita itu tiba-tiba saja membuka kelopak mata dan melotot disertai raut wajah syok."Tunggu!" Celetuknya sambil menoleh menatap Adien dan mengulurkan telapak tangannya untuk merasakan suhu tubuh Adien."Kamu benar-benar sakit? Duh gimana ini ...," ratap Shayra tak percaya dilanda kebingungan.Wanita itu mengusap wajahnya kasar sambil mendengus kesal. Dia dan pria yang sakit disampingnya terjebak dalam kamar hotel berdua, Shayra kebingungan tak tahu harus melakukan apapun dan Shayra tak tahu cara keluar, juga tak tahu harus berbuat apa kepada Adien.Namun jelas saat ia bangkit rasa tak enak menyertai tubuhnya dan hal itu menyebabkan umpatan yang keluar dari mulutnya tak terelakkan."Brengs*k dan menyusahkan saja. Ch!! Mau gue tinggal tapi akutuh masih punya jiwa peri yang baik
Percaya atau tidak, Shayra dan Adien sungguh mengurung di dalam kamar selama dua hari. Entah apa alasan dibaliknya, padahal Adien sendiripun juga sudah membaik dua hari lalu. Pria itu dengan mudahnya mengenyahkan rasa sakit pada tubuhnya.Entahlah apa yang membuat Adien sudah seperti orang sakti saja, akan tetapi tubuhnya yang kokoh disertai dada bidang miliknya mungkin adalah alasan dibaliknya. Dari bentuk tersebut dapat diketahui bahwa Adien adalah pria yang suka olahraga dan itu juga yang membuat ia cepat sembuh, ditambah luka pada kepalanya yang didapatkannya dari Shayra telah diobati.Orang yang mengobatinya tidak lain adalah Shayra yang terpaksa melakukannya setelah Adien mengancamnya.Kini Adien menunjukkan kekuasaannya dihadapan Shayra, sedangkan Shayra sendiri tidak berdaya melawannya.Boleh jadi Shayra hebat dalam perang debat melawan Adien, tapi dalam hal kekuasaan, keuangan, kekuatan, serta hal lai
Shayra berjalan mengiring langkahnya dengan bersemangat. Setelah dua minggu berlalu sejak dia dan Adien menghabiskan waktu libur alias bulan madu sebelum menikah ala mereka, kini keduanya pulang.Turun dari pesawat tangan lancang Adien langsung saja mendarat dengan seenaknya di pinggang Shayra. Menyadari hal itu Shayra hanya menyipitkan matanya pertanda ia tak suka, namun ia tidak menepis ataupun protes.Shayra sudah terlalu lelah ia melakukan hal itu, menepis tangan Adien merupakan hal yang sia-sia dan menurut Shayra ujung-ujungnya hal itu hanya akan membuat Adien memaksakan kehendaknya.Bagian buruknya pria itu selalu muncul sebagai pemenang hampir dalam semua hal. Berdebat dengannya hanya akan mengakibatkan kepala Shayra menjadi pusing dan meladeninya akan mengakibatkan perasaan Shayra terombang-ambing ingin meledak.Intinya Shayra terhadap Adien, yasudahlah, biarkan pria itu melakukan apapun kemauannya. Te
Shayra kembali menjalani aktivitasnya sebagaimana biasanya. Bangun pagi, pergi kerja, pulang, dan jika ada pekerjaan Shayra lembur di rumah. Begitulah siklus hidupnya selama beberapa terakhir ini.Hanya satu rutinitas yang tidak bisa dilakukan olehnya untuk beberapa bulan kedepannya, setelah ia menerima fakta terburuk sekaligus terbaik dalam hidupnya.Wanita itu melakukan hal biasa sebagaimana biasanya, akan tetapi terasa berbeda oleh orang-orang terdekatnya. Bukan hanya Dinda, Mamanya Karina, atasan jahat si penyihir dan juga Raga yang merupakan rekan kerja orang yang kini Shayra anggap musuh sejak kejadian pria itu memberitahu keberadaan dirinya kepada Adien. Hampir semua orang merasa ada yang berbeda pada dirinya, namun hampir semua orang itu pula tidak tahu perbedaan apa itu."Kamu kenapa Shayra?" Bingung Dinda penasaran dengan Shayra yang menurutnya tidak sama lagi dengan biasanya.Shayra memejamkan mata
"Ekhem!!" Adien berdehem guna menyadarkan para staf di perusahaan miliknya agar menyadari kehadirannya dan berhenti kepo.Semuanya menoleh dan seketika merinding merasakan aura mendominasi sedang mengintimidasi mereka satu-persatu.Perlahan hal itu berhasil membuat mundur staf karyawan dan kembali bekerja."Sialan padahal masih seru!" Nyinyir salah satu stafnya membuat Adien yang masih bisa mendengarnya, menatap penuh peringatan."Habislah kamu ..." ringis staf yang lain menatap prihatin pada temannya yang kelepasan bicara.Sementara itu Shayra yang juga mendengar malah acuh dan biasa saja terhadap celotehan rekan kerjanya tersebut.Ketika beralih menatap Adien yang tengah memperingatkan, justru hal itu yang malah membuat Shayra menjadi kesal.Baru saja ia malu luar biasa karena kehamilan di luar nikahnya diketahui banyak orang, bertambah dengan perasaan kesal lu
Dua minggu bersama Adien menikmati bulan madu berdua, dua minggu pula usia kehamilan Shayra dan dua minggu yang akan datang ia pun akan digelar resepsi pernikahannya dengan Adien."Apa dua minggu tidak terlalu cepat, Ma?" Tanya Shayra ragu diperhatikan oleh semua orang yang hadir dalam jamuan makan yang diadakan di restoran ternama untuk membicarakan perihal rencana pernikahan.Mendengar hal itu Adien yang tidak setuju buru-buru menjawab dan menimpali."Bukannya dua minggu justru terlalu lama, terlebih lagi setelah kondisimu yang sudah hamil anakku. Tidakkah kamu takut perutmu membuncit, orang lain mengetahuinya dan menggosipi kamu?" Sarkas Adien."Orang lain memang sudah terlanjur tahu dan aku yakin kehamilan sudah jadi gosip. Kamu liat sendiri siang tadi, jangan pura-pura lupa. Aku bahkan masih ingat dengan jelas kamu berada diantara staf penggosip itu untuk mencuri dengar pembicaraanku," cibir Shayra ketus