Share

Bab 2

Jika memang Feng Ru Ai saat ini terlempar di masa lalu, ia tak tahu harus berkata apa. Seharusnya ia merasa cemas, seharusnya ia merasa takut dan gelisah, seharusnya ia merasa was-was dan menduga-duga segala kemungkinan buruk yang akan terjadi padanya. Tapi, bukan itu yang Feng Ru Ai rasakan. Ia tidak merasa cemas , ia tidak merasa takut dan gelisah sama sekali, ia juga tidak merasa was-was akan segala peraduga buruk yang akan menimpanya.

Anehnya hati Feng Ru Ai merasa senang, ia senang seakan dirinya memang sudah seharusnya berada disini. Ini aneh. Sangat aneh. Namun entah mengapa hatinya seakan mengatakan bahwa ia memang sudah di takdirkan berada disini.

Feng Ru Ai menjambak rambutnya yang basah, ia bingung dan pusing secara bersamaan. Ia tak tahu apa yang terjadi pada dirinya, ia tak tahu mengapa ia bisa berada disini, karena seingat Feng Ru Ai ia tengah berada di museum nasional membaca buku sejarah Ming yang membuatnya menangis tersedu - sedu tanpa sebab.

"Mei mei kau tak apa-apa?" Tanya pemuda berpakaian zirah prajurit yang selalu memanggilnya 'mei mei' dengan nada suara yang terdengar sangat cemas dan khawatir.

Feng Ru Ai mendongak menatap pemuda yang berpakaian seorang perajurit lengkap. Feng Ru Ai sampai lupa dengan keberadaan kedua pemuda yang sejak tadi bersamanya karena sibuk memikirkan bagaimana ia bisa berada disini.

"Aku tidak apa-apa" jawab Feng Ru Ai

"Hanya saja aku merasa sedikit pusing" tambahnya.

Mendengar keluhan Feng Ru Ai, pemuda yang mengenakan hanfu lantas mendekat. Ia lalu memberi saran kepada pemuda yang selalu memanggilnya dengan panggilan 'mei mei' agar membawa dirinya pulang.

"Tuan muda, hamba rasa sebaiknya kita segera membawa nona muda pulang. Kita harus memeriksa kondisinya terlebih dahulu" saran pemuda yang mengenakan hanfu.

"Kau benar Guang, kita harus membawa mei mei pulang lebih dulu. Aku rasa ayah dan ibuku juga pasti sangat mengkhawatirkan keadaan mei mei saat ini" balas pemuda berpakaian prajurit tentara lengkap.

Feng Ru Ai hanya mendengar percakapan mereka, ia bahkan tidak memberi protes ataupun komentar. Feng Ru Ai sangat bingung dan pusing menghadapi situasi yang ia alami saat ini. Disaat seperti ini, ia hanya butuh istirahat sejenak sebelum kembali memaksa otaknya untuk berpikir.

Sepanjang perjalanan Feng Ru Ai terus saja diam di dalam keretanya, ia sama sekali tidak memiliki tenaga untuk bergerak. Rasanya seluruh badannya terasa remuk dan sakit. Entah apa yang sebenarnya yang terjadi padanya, tiba-tiba saja ketika ia bangun ia terbatuk hebat dengan nafas memburu dan pakaian yang ia kenakan basah kuyup.

Mungkinkah ia tenggelam? Jika memang benar ia tenggelam, lalu bagaimana bisa itu terjadi?

Awalnya ia berada dimasa depan, disebuah Museum Nasional ibukota China sambil membaca buku sejarah Ming. Tiba-tiba saja cahaya terang datang dan sangat menyilaukan. Saat ia terbangun, ia sudah berada di pinggir danau dengan keadaan basah kuyup.

Ini sangat membingungkan. Mungkinkah saat ia tertarik ataupun terlempar kemasa lalu, portal waktu pintu menuju masa lalu muncul tepat di atas danau? Ataukah portal waktu pintu menuju masa lalu itu muncul di tengah danau seperti drama korea 'Moon Lover's Scerlet Ryeo' yang didasarkan pada novel Tiongkok 'Bu Bu Jing Xin' karya Tong Hua yang sempat buming di tahun 2016 yang pernah ia nonton?

Karena penasaran Feng Ru Ai sempat bertanya mengapa ia bisa berada disana pada pemuda yang selalu memanggilnya 'mei mei' itu sebelum mereka pergi dari danau tersebut, pemuda yang mungkin kerabat jauh atau keluarganya itu malah berkilah seakan menghindari pertanyaan Feng Ru Ai. Pemuda itu tidak menjawab dan malah menyuruhnya untuk tidur di kereta selama perjalanan pulang.

Feng Ru Ai tidak tahu kata 'pulang' yang pemuda itu maksud. Entah pulang ke masanya, atau pulang ketempat di mana pemuda itu tinggal. Yang ada di pikiran Feng Ru Ai saat ini hanyalah mungkin para bodygurdnya mulai mencarinya diseluruh ibukota China saat ini, karena berpikir Feng Ru Ai kembali melakukan aksi nekat kabur dari sangkar emasnya seperti yang sudah-sudah.

.

.

.

Sepanjang perjalanan Feng Ru Ai atau biasa dipanggil Ai lebih banyak diam di dalam kereta yang ia tumpangi. Ai tidak tahu, mengapa ia bisa terdampar di tempat yang penuh dengan orang - orang yang mengenakan pakaian Hanfu.

Sepanjang perjalanan, dibalik jendela yang sengaja ia buka, Ai terus mengamati sekitarnya. Matanya tidak pernah lepas memandang kesibukan orang - orang yang tengah hilir mudik dengan segala aktifitas mereka sore ini.

Ai terus merekam segala kegiatan mereka dan menyimpannya dalam memori ingatannya agar ia bisa menghubungkan dengan ingatan - ingatan yang ia miliki agar menemukan titik terang dari keberadaannya disini.

Ai berpendapat keberadaannya disini pasti memiliki sebuah alasan, tidak mungkin Sang pencipta membawanya kemari tanpa sebuah alasan yang jelas dan masuk akal. Walaupun hati Ai terus berkata tak ada alasan special yang membuatnya berada disini, ia tidak akan percaya begitu saja jika takdirlah yang membawanya kemari tanpa sebab dan alasan yang mampu Ai terima dengan nalar dan akal sehatnya.

Ai mendesah nafas lelah tak lupa memijit keningnya yang berdenyut. Ia sudah beristirahat di sepertiga perjalanan, namun karena terlalu banyak berpikir akhirnya tidurnya tak pulas karena semua pikirannya terbawa kedalam alam bawa sadarnya.

Ini sangat menjengkelkan. Untuk mengistirahatkan tubuh dan pikirannya yang lelah saja ia tak bisa. Masalah yang Ai hadapi jelas bukanlah sesuatu yang patut di sepelekan apa lagi diremehkan. Ini menyangkut hidupnya. Keberadaanya yang tak pasti dan tak menentu dimana ia sekarang adalah musibah yang akan menjadi tanda tanya besar.

Tidak ada yang tahu keberadaannya saat ini, bahkan Ai pun tak tahu ia dimana? Entah ia terlempar di dinasti Zhao, dinasti Xia, dinasti Han atau dinasti Ming? Tetap saja Ai tidak tahu ia dimana dan bagaimana caranya untuk ia kembali pulang kemasanya.

Alat teknologi yang semakin berkembang dan canggih sekalipun tak akan mampu menemukannya ataupun membawanya kembali kemasanya, tak peduli Feng Ru Ai dari masa depan adalah anak seorang konglomerat yang kaya raya hingga 7 turunan, yang dapat membawa Ai kembali hanyalah keajaiban dari sang pencipta sebagaimana ia telah membawanya kemari.

Ai menyandarkan punggungnya pada bantalan sandran yang ada dalam kereta, jika ia menunggu keajaiban dari sang pencipta datang, akan butuh waktu berapa lama ia akan terjebak di tempat asing ini?

Pada akhirnya Ai tertidur kembali di sepertengahan perjalanan, setelah berpikir cukup keras, tubuh dan pikirannya lebih memilih mengalah, pasrah dan tak berdaya karena terlalu kelelahan.

Semua orang yang mengawal putri jendral besar Feng Holing sama sekali tidak berani mengusik, mengganggu ataupun membangungkan putri kesayangan jendral besar yang terhormat dan disegani di kerajaan MingQi dinasti Ming. Walaupun kereta yang membawa putri Feng Ru Ai telah berhenti beberapa waktu yang lalu, bahkan pintu kereta dan tirai penutup telah dibuka, diantara para pengawal dan pelayan tidak ada sedikit pun yang berani menganggu tidur lelap sang nona muda.

Mereka tak berani karena lantaran takut mendapat kemarahan dari nona muda mereka yang dikenal sangat angkuh, sombong, dan suka berlaku seenaknya. Apalagi hari ini mereka kembali melakukan kesalahan fatal yang nyaris membuat nona mereka merenggan nyawa. Mereka memang tidak menyukai nona muda mereka, tapi hari ini mereka patut bersyukur sang pencipta masih menyayangi nona muda mereka yang dingin dan kejam, jika tidak, nyawa mereka pasti akan musnah dalam gengaman jendral Holing yang baru saja pulang dari peperangan. Jika jendral Holing mengetahui mereka kembali lalai dalam tugas dan membuat putri kesayangan tuan besar mereka nyaris celaka untuk kesekian kalinya, mereka tak tahu akan bernasib bagaimana kedepannya.

Diantara mereka, tidak ada yang tahu mengapa setiap kali nona mereka keluar kediaman akan selalu mendapat celaka atau bahaya. Padahal mereka selalu mengawasi setiap pergerakan nona mereka tanpa berkedip sekalipun. Sayang mereka selalu kecolongan, dan pada akhirnya kejadian serupa akan selalu menimpa nona mereka.

Beruntungnya nona mereka tidak sampai mengalami luka parah, ia hanya akan mengalami luka - luka ringan seperti yang sudah - sudah. Tapi hari ini nampak sangat berbeda dari biasanya, nona muda mereka nampaknya ingin di lenyapkan oleh seseorang tanpa mereka tahu alasan apa yang membuat orang tersebut begitu ingin melihat nona mereka mati karena tenggelam.

Setahu mereka, nona Ai tidak pernah bersikap buruk di hadapan orang lain. Ia hanya akan berlaku kejam dan dingin kepada bawahannya yang tidak becus melakukan tugas dan tanggung jawabnya. Walaupun kadang kala nona mereka menunjukan keangkuhan dan kesombongannya di hadapan banyak orang, nona mereka selama ini tidak pernah menyinggung hati atau melukai hati orang lain sehingga membuat mereka begitu mendendam hingga ingin melenyapkan nona muda mereka.

Para pengawal dan pelayan memang bukan dari kalang yang berpendidikan tinggi, namun melihat situasi yang terus menimpa nona muda mereka secara berulang jelas patut membuat mereka curiga dengan ketidak beresan yang mereka rasakan.

"Apa yang kalian lakukan, mengapa kalian hanya tinggal diam disitu?" Tanya Ong Rong Guang yang merupakan pengawal pribadi Feng Ru Ai yang menyentak para pengawal dan pelayan dari lamunan mereka.

Para pengawal dan pelayan lantas membungkuk dalam, tak peduli usia mereka bahkan lebih tua dari pemuda berusia 25 tahun di hadapan mereka, mereka tetap menunduk dalam karena posisi dan kedudukan mereka yang terlampau jauh di bawah pemuda yang baru saja menegur mereka.

"Guang, kami tak berani membangunkan nona muda. Maka dari itu kami hanya diam dan menunggu hingga nona muda bangun" jelas salah satu pengawal paling senior.

"Mengapa kalian tidak bilang dari tadi, seharusnya kalian melapor jika nona Ai tertidur. Maka dengan begitu, aku bisa langsung meminta tuan muda mengangkat nona muda masuk kedalam" kata Guang mulai mengomeli kelakuan para pengawal dan pelayan yang tidak mengambil tindakan cepat. Padahal hari ini telah memasuki musim akhir gugur, udara semakin dingin saat menyambut musim dingin. Nona muda mereka bahkan belum menganti pakaiannya yang basah, bagaimana bisa mereka membiarkan nona muda mereka kedinginan begitu saja terlebih pintu kereta pun mereka telah buka.

Guang hanya menggeleng dramatis, ia lalu menutup pintu kereta dan berkata " Kuharap kalian tidak mengulang kesalahan yang sama lagi, jaga nona Ai baik - baik selama aku memanggil tuan muda. Kalian harus ingat sudah seberapa banyak kalian bertindak ceroboh dan lalai dalam melakukan tugas. Jika tuan besar mengetahui kalian membiarkan putri kesayangannya kedinginan seperti ini, apakah kalian bisa menjamin mendapat keringanan?" Tanya Guang mulai jengah dengan tingkat kepayahan para pengawal dan pelayan yang mungkin sudah sepatutnya diganti oleh orang - orang yang lebih cekatan.

"Maafkan kami, kami tidak akan mengulangi kesalahan yang sama" pinta mereka serempak.

"Ini yang terakhir kali, aku tidak akan segan melapor pada paman Wu Huizhong untuk menganti kalian semua" ancam Guang meninggalkan mereka yang kini mematung dengan kulit wajah berubah pucat saat mendengar nama kepala pelayan rumah kediaman Feng diseret masuk dalam kelalaian dan kecerobohan mereka.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status