Share

Bab 7

Seorang wanita awal usia 40an yang masih nampak cantik dengan balutan baju kebesaran seorang permaisuri terus saja hilir mudik di depan seorang pemuda berusia 24 tahun yang mulai nampak jengah menyaksikan wanita yang melahirkannya terus mondar mandir dihadapannya.

"Ibu, tidak bisakah ibunda tenang?" Tanya pemuda itu

"Bagaimana ibunda bisa tenang? Pembunuh bayaran itu sama sekali tidak becus menjalankan tugas dan perintah Ben gong!" Geram permaisuri kedua Mu Li Lien

Pemuda yang duduk dihadapannya menampilkan raut wajah tenang, ia tahu apa yang membuat ibundanya begitu sangat marah dan ketakutan disaat yang bersamaan. Semua itu tidak jauh dari masalah adiknya, putra mahkota Rui yang sampai saat ini identitasnya masih di pertanyakan.

Tiga bulan telah berlalu semenjak insiden penculikan dan pembunuhan yang direncanakan oleh ibundanya, selama tiga bulan itu pula adiknya itu dinyatakan hilang tepat saat malam pesta jamuan dan penyambutan untuk para petinggi perang dan prajurit yang menenangkan wilayah selatan setelah memperebutkan tanah yang akan memperluas wilayah kerajaan yang dimenangkan kerajaan MingQi.

Ayahandanya terus mencari putra kebanggaan yang selalu ia eluh-eluhkan dan terlalu ia manjakan karena kondisi fisiknya yang lemah dibanding dirinya pangeran pertama Ming Shi Rong ataupun adik keduanya, pangeran kedua Ming Wen Yan.

Kaisar Wei memperlakukan putra mahkota Rui berbeda dari mereka karena fisiknya yang lemah, selain itu putra mahkota Rui merupakan buah cinta kaisar Wei dengan permaisuri pertama, mendiang permaisuri Hua Ning Yue yang sampai kapanpun tak mampu terhapus atau tergantikan dihati kaisar Wei.

Sebagai anak pertama yang lahir dari permaisuri kedua, pangeran Rong jelas merasa cemburu dan juga iri dengan kasih sayang yang di dapatkan putra mahkota Rui yang sangat berbeda dengan kasih sayang yang ia dapatkan dari kaisar Wei.

Namun sekarang pangeran Rong tidak peduli lagi dengan kasih sayang kaisar Wei yang nampak membeda - bedakan mereka. Sebab saat ini pangeran Rong hanya ingin fokus dengan perebutan kursi tahta kekaisaran terlebih lagi saat ini sang pewaris sah masih diragukan keselamatannya. Entah ia masih bernyawa atau kini sudah tinggal tulang belulangnya saja.

"Apa yang ibunda khawatirkan? Ibunda yakin Rui akan tetap selamat? Ini sudah tiga bulan waktu berlalu, ayahanda bahkan tak menurunkan pencarian namun sampai saat ini masih belum menemukan hasil" kata pangeran Rong tenang "jika mereka tak menemukan keadaan Rui dalam keadaan hidup, mungkin saja Rui telah mati dan tinggal seonggok tulang belulang yang telah dimangsa binatang buas" tambah pangeran Rong berusaha menghilangkan keraguan dan membuka sudut pandang ibundanya untuk memikirkan kemungkinan rencana mereka berjalan lancar dilihat dari banyaknya waktu berlalu dan keberadaan sang pewaris tahta sampai saat ini belum ditemukan. Ia seakan hilang, hilang ditelan waktu dan bumi tanpa meninggalkan jejak apapun.

"Biarpun demikian, para pembunuh itu juga tak berhasil melenyapkan nona muda kediaman Feng!" Bantah permaisuri Lien.

"Untuk apa kita melenyapkan nona muda kediaman Feng, nona muda kediaman Feng bahkan terlalu polos untuk memasuki urusan kita. Biarkan saja nona muda Feng tetap hidup, akan lebih baik jika kita membiarkan bunga itu terus berkembang" jeda pangeran Rong menerawang " ia akan sangat membantu dan berguna dimasa depan jika terjadi pernikahan yang akan menguatkan posisi Ben Wang karena kedudukan keluarganya" tambah pangeran Rong yang langsung membuat permaisuri Lien yang sedari tadi mondar mandir berhenti tepat dihadapan putranya dengan tatapan memincing curiga.

"Jangan katakan jika kau ingin memanfaatkan keluarga Feng untuk memuluskan perebutan tahta yang terjadi dalam istana?" Tebak permaisuri Lien

"Mengapa tidak?" Tanya pangeran Rong tersenyum penuh makna.

.

.

.

Yong baru saja kembali kemanor putra mahkota Rui ketika malam sudah beranjak semakin larut. Ujung pakaiannya tersapu tertiup angin malam yang berhembus kian kencang. Pepohonan yang rindang bergoyang seiring dengan berjatuhannya dedaunan yang dihempas angin dengan paksa dari cabang dan dahannya.

Raut wajah Yong nampak sangat lelah, setelah seharian ia mencari informasi baik dari dalam istana ataupun informasi diluar istana yang beredar dikhalayak ramai para penduduk.

Yong bisa saja memerintahkan para prajurit khusus yang merupakan abdi setia yang dilatih khusus olehnya dan putra mahkota Rui untuk mengantikan tugasnya, sayang informasi yang ia cari semuanya jelas mengenai nona penyelamat hidup mereka tiga bulan yang lalu, dan ini merupakan tugas yang amat sangat penting.

Selain itu, hari ini Yong juga harus bertemu dengan saudaranya secara diam - diam guna saling menukar informasi mengenai kekacauan yang terjadi didalam istana. Siapa lagi yang Yong temui jika bukan tangan kanan berhati dingin kaisar Wei, Kong Wen Lie.

"Semua ini adalah informasi pribadi nona Feng Ru Ai yang anda butuhkan yang mulia" kata Yong menyerahkan beberapa buku informasi yang ia salin dari pemerintahan bagian publik sampai pada bagian arsip yang dirahasiakan pemerintah dan negara.

"Kau yang terbaik Yong" puji putra mahkota Rui saat membuka tiga buku tebal dihadapannya secara acak.

"Sudahlah, kau tak usah memujiku. Saat ini aku hanya butuh istirahat dan tak ingin di ganggu sebagai tanda terima kasih atas kerja kerasku hari ini" balas Yong mendudukan dirinya di kursi yang ada di tengah ruangan, ia tak lupa menaruh kepalanya di atas meja sambil memejamkan mata yang mulai semakin memberat.

Saat Yong baru saja akan bergabung dengan alam bawa sadarnya, putra mahkota Rui dengan seenaknya mengganggu dan mengusik tidurnya dan berkata "kau masih hutang beberapa penjelasan mengenai informasi yang terjadi di istana Yong!" Kata putra mahkota Rui memperingati.

Seketika Yong mengumpat dan memaki dalam hati. Yong benci sahabatnya yang terlalu teliti dan tidak sabaran seperti putra mahkota Rui yang bahkan tak memberinya jeda untuk istirahat bareng sejenak.

.

.

.

"Yang mulia, mengapa anda hanya berdiam diri saja? Padahal saat ini pangeran Rong bahkan sudah bergerak mencari dukungan disaat posisi tahta kaisar masih goyah karena ketidak beradaan yang mulia putra mahkota" tanya Xiao Tong yang merupakan tangan kanan pangeran kedua, pangeran Ming Wen Yan.

Pangeran Yan yang sibuk membaca di kursi santai dekat jendela kamarnya lantas menurunkan buku bacaanya dan menatap Tong yang sudah ia anggap sebagai saudaranya sendiri dengan tatapan setenang air yang mengalir.

"Untuk apa membuang - buang waktu berharga Ben Wang untuk hal yang tak pasti?" Tanya pangeran Yan

"Kakak kedua adalah pewaris sah yang telah digariskan takdir mendapat posisi kaisar kelak, dan Ben Wang tak ingin ikut campur dalam masalah pemerintahan dan politik kerajaan yang menyusahkan" tegas pangeran Yan

"Kau tahu Tong, apa yang sudah ditakdirkan menjadi milikmu akan tetap menjadi milikmu. Dan apa yang sama sekali tidak di takdirkan menjadi milikmu akan membawamu pada kehancuran" jelas pangeran Yan penuh makna.

"Intinya anda tak berniat memperebutkan tahta?" Tanya Tong tidak percaya dengan  junjungannya yang sama sekali tidak berambisi dengan kekuasaan.

"Hmm, itu hanya buang - buang tenaga. Ben Wang lebih memilih hidup seperti ini tanpa perlu membuang tenaga dan pikiran bersaing dengan kakak pertama dan kakak kedua" jawab pangeran Yan acuh lalu melanjutkan bacaannya.

Tong hanya mampu melongo saking tidak percayanya dengan pangeran Yan yang lebih memilih menyandang status sebagai pangeran selamanya, ketimbang ikut bersaing memperebutkan tahta dan posisi tertinggi kerajaan.

*******

Disisi lain, Yong terus saja menguap disela - sela penjelasannya. Ia sekuat tenaga mempertahankan kesadarannya agar tuntutan penjelasan yang putra mahkota Rui pinta cepat selesai dan ia bisa melanjutkan tidurnya yang tertunda dengan lelap.

"Lalu apa yang kakak Lie katakan?" Tanya putra mahkota Rui mulai memasuki topik pembahasan istana dalam

"Gege Lie belum memberitahukan yang mulia kaisar mengenai keberadaan kita, gege masih menyembunyikannya, mungkin gege menunggu waktu yang tepat sebelum memberitahukan masalah ini kepada yang mulia. Huawwaamm.. -- Yong menguap lebar -- terlebih lagi saat ini istana dalam masih kacau akan hilangnya anda. Posisi tahta kaisar kini tengah goyah. Banyak perdana mentri dari berbagai fraksi mulai bergerak membuat aliansi dukungan untuk para pangeran yang ingin maju memperebutkan posisi anda yang tengah kosong. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan pertimbangan gege Lie belum memberitahukan yang mulia tentang kita yang berhasil selamat, kondisi istana yang tidak stabil juga kondisi yang mulia yang semakin menurun menjadi bahan pertimbangan gege. Gege Lie takut keberadaan kita bocor dan tersebar disaat kondisi istana dalam tengah lengah" jelas Yong panjang lebar.

"Ayahanda terlalu kebiasaan memikirkan Ben gong sehingga kondisinya menurun" dumel putra mahkota Rui.

"Pinta kakak Lie untuk terus mengawasi asupan makanan dan tonik kesehatan untuk ayahanda, Ben gong takut, mereka mulai bergerak untuk melenyapkan ayahanda secara perlahan" perintah putra mahkota Rui yang diangguki setengah sadar oleh Yong.

"Kau dengar Yong?" Tanya putra mahkota Rui memastikan sahabatnya tetap mendengar penjelasannya.

"Hmm" balas Yong dengan gumaman

"Tks, Ben gong tidak yakin kau mendengar dan menyimaknya dengan baik" decak putra mahkota Rui

"Berhentilah mengangguku Rui" kata Yong mengibas-ibaskan tangannya mengusir putra mahkota Rui "sebaiknya kau beristirahat sekarang, ini sudah larut. Kau juga butuh istirahat, terlebih lagi selain kau akan bersaing memperebutkan tahta, kau juga akan bersaing memperebutkan wanita yang sama" Yong menguap "mengapa kau tidak pernah bisa lepas bersaing dengan pangeran Rong, tidak masalah kekuasaan dan tahta, tidak pula dengan masalah wanita" gumam Yong setengah sadar.

Putra mahkota Rui yang jelas tahu bahwa pendengarannya masih berfungsi dengan baik, juga kesadarannya yang masih sepenuhnya terjaga seketika membeku ditempatnya. Rahangnya mengetat, bibirnya menakup rapat. Warna kulitnya yang putih kini telah berubah memerah saat mendengar perkataan Yong yang mampu membuat setiap darah yang mengalir di pembuluh darahnya berdesir hebat.

Pangeran Rong selalu saja ingin merampas apa yang seharusnya menjadi miliknya, dan putra mahkota Rui jelas tidak akan membiarkan ia merebut segala yang telah ia klaim sebagai miliknya terutama wanita incarannya, Feng Ru Ai.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status