Share

Bab 9

Pangeran Rong yang mendapat kunjungan dadakan pejabat pemerintahan kerajaan MingQi seakan merasa diatas awan. Pemuda berusia 24 tahun itu tersenyum menang saat menyaksikan para mentri dan pejabat mulai berebut mencari perhatian dan perlindungan darinya.

Saat ini kondisi kaisar Wei menurun drastis. Para mentri dan pejabat pemerintahan dengan yakin dan  percaya berpikir jika kematian sebentar lagi kan menyapa kaisar Wei, maka dari itu, sebelum kehancuran terjadi di depan mata, mereka berlomba - lomba menarik perhatian sang calon pewaris tahta yang masih bertahan dengan ambisinya yang besar. Terlebih lagi nampaknya pangeran Rong akan dengan mudah menaiki singgasana terlebih saat ini ia tak memiliki saingan.

Keberadaan putra mahkota Rui yang masih belum jelas, juga tidak minatnya pangeran Yan ikut dalam perebutan tahta membuat para mentri dan pejabat hanya memperioritaskan pangeran Rong.

Mereka dengan tak kenal lelah datang memberi sanjungan, kata - kata manis dan pujian yang kadang mampu membuat orang mual saking manisnya kata - kata yang mereka lontarkan. Mereka rela bersujud, merendahkan harga diri mereka hingga pada titik terendah sekalipun hanya untuk sebuah posisi dan jabatan yang lebih tinggi. Bagi mereka itu semua tidak masalah, asal apa yang mereka usahakan dan kerjakan sepadan dengan apa yang akan mereka peroleh kedepan. Pemikiran mereka jelas sama sempitnya dengan pemikiran Tong tangan kanan pangeran Yan.

Pangeran Rong bukanlah orang yang sebodoh itu, ia tumbuh besar dalam istana dalam. Ia sudah tahu banyak kejahatan dan kebusukan apa saja yang tersembunyi dibalik bangunan mewah nan megah yang nampak dari luar tersebut. Sedikit banyak kelicikan yang ia peroleh merupakan pelajaran yang ia dapatkan di istana dalam yang sangat kejam. Pangeran Rong tahu, dukungan yang mereka berikan bukan berarti tak memiliki maksud tertentu. Tentu saja para pejabat pemerintahan yang datang padanya suatu saat nanti akan menuntu balas budi atas berhasilnya ia kelak menduduki tahta kekaisaran.

Hidup itu kerasa dan kejam, tidak ada bantuan ataupun dalam dunia politik dan pemerintahan yang akan di peroleh dengan percuma. Semua pasti memiliki alasan dan maksud tertentu, seperti halnya yang dilakukan para mentri dan pejabat pemerintahan saat ini. Mereka berusaha membangun hubungan baik dengannya demi karir masa depan mereka yang mulai bersinar terang dengan kabar menurunnya kondisi kesehatan kaisar Wei.

Pangeran Rong tidak perlu terkejut akan hal itu, para pejabat pemerintahan yang mulai bergerak cepat seperti ini bukan lagi hal yang patut dikejutkan. Semua ini sudah lama dan sering terjadi, bahkan pergerakan mereka mulai transparan dikhalayak ramai dan mulai menjadi komsumsi penduduk kerajaan MingQi. Namun pangeran Rong tidak peduli. Ia akan menerima semua dukungan mereka dengan senang hati, tapi tidak pernah benar - benar berniat memberi imbalan apapun atas pencapaiannya nanti.

Katakan saja pangeran Rong begitu kejam memanfaatkan dukungan mereka, tapi sekali lagi pangeran berusia 24 tahun itu tekankan, kehidupan dibalik sangkar emas itu sangat kejam dan mengerikan. Mereka yang berkuasa selamanya akan berlaku seenaknya, tidak ada yang mampu membantah karena begitulah hukum alam dimana yang lemah akan selalu kalah dan ditindas oleh mereka yang memiliki kekuasaan, harta dan tahta.

******

Disisi lain, Lie mengendap - ngendap keluar dari istana setelah memerintahkan beberapa prajurit khusus bahawannya untuk terus mengawasi dan menjaga keselamatan kaisar Wei yang kini terbaring sakit di atas peraduannya.

Saat ini tangan kanan kaisar Wei itu tengah melakukan tugas khusus dimana ia akan mengunjungi tempat persembunyian putra mahkota Rui untuk pertama kalinya semenjak kabar mengilangnya ia tiga bulan yang lalu.

Lie dengan kemampuan diatas rata - rata mampu keluar dari istana dengan mudah tanpa meninggalkan kecurigaan apapun.

Terlebih lagi, tangan kanan kaisar Wei itu tidak perlu takut dengan para bawahan yang berkerja dibawa asuhan pangeran Rong yang kemampuannya jauh dibahwanya tersebut, sebab saat ini para bahawan pangeran Rong melaksanakan tugas mereka sama santainya dengan junjungan mereka yang saat ini seakan sudah berada diatas puncak kemenangan dengan banyaknya dukungan yang datang.

Lie melangkah secepat angin yang berhembus, ia melewati kerumunan penduduk yang memenuhi ibukota MingQi dengan segala aktivitas mereka dengan mudah. Pergerakannya sangat lihai dan ringan, bahkan orang - orang disekitarnya sama sekali tidak menyadari bahwa Lie melewati mereka.

Ia bagaikan hembusan angin yang lalu, kemampuannya jelas luar biasa dan hal itu jelas merupakan sesuatu yang mengerikan. Bagi para penduduk, mereka yang memiliki kemampuan luar biasa adalah sebuah petaka. Tidak masalah jika mereka beragapan demikian, Lie ataupun orang - orang yang memiliki bakat sepertinya sama sekali tidak peduli dengan apa yang mereka katakan.

Langkah Lie perlahan melambat, ia telah memasuki pedalaman hutan lebat yang berada dibawah kaki pengunungan. Hutan tersebut merupakan hutan yang selama ini ditakuti oleh para penduduk MingQi karena sebuah rumor menyeramkan yang beredar dari mulut ke mulut para penduduk MingQi.

Menurut kabar burung yang beredar seperti wabah penyakit, hutan lebat yang berada dibawah kaki bukit barat memiliki penunggu yang menyeramkan. Rumor itu mengatakan ada silumunan berwujud harimau atau serigala putih besar yang menjadi penjaga hutan tersebut.

Wujud penunggu hutan tersebut belum terlalu pasti, namun ada beberapa penduduk yang pernah tak sengaja melihatnya. Dari situlah semua bermula. Hutan yang dulu menjadi sarana untuk berburu dan mencari tanaman herbal mulai berubah menjadi tempat menyeramkan dan terlarang bagi para penduduk MingQi.

Lie tetap melangkahkan kakinya memasuki hutan lebat tersebut, angin bahkan berhembus kencang ketika ia pertama kali melangkahkan kakinya memasuki hutan tersebut. Lie terus melangkah dengan berani mengikuti jalan setapak. Tidak ada yang menakutkan dari tempat tersebut, hutan tersebut bahkan terlalu indah untuk digambarkan sebagai tempat yang mengerikan.

Ada banyak keindahan dalam hutan yang begitu alami dan tak terjamah oleh tangan manusia, hal itu jelas membawa rasa nyaman dan damai bagi Lie. Semua yang ia lalui nampak indah, tak ada satupun hal yang menyeramkan seperti rumor yang tak berdasar yang beredar di khalayak ramai.

Lie patut bersyukur, dengan rumor tersebut, tak ada satu orang pun yang berani memasuki ditempat persembunyian putra mahkota Rui selama tiga bulan terakhir. Namun pemikiran Lie nampaknya salah, tidak jauh dihadapannya kini, ia tengah melihat seorang nona muda dengan keadaan sadar sepenuhnya tengah bermain dengan seekor harimau atau mungkin serigala berbulu putih dengan ukuran tubuh yang besar.

"Siapa nona muda itu, mengapa ia bisa berada disini? Jika ia berada disini, mungkinkah ia mengetahui jika putra mahkota Rui bersembunyi disini? Jika memang ia, nona muda itu harus dilenyapkan!"

.

.

.

Setelah melakukan perdebatan yang cukup panjang dengan ibunya, akhirnya Fan Hua memberi putrinya izin keluar mencari udara segar.

Awalnya Fan Hua melarang Ai berkeliaran karena khawatir putrinya akan kembali dengan kondisi penuh luka, sayang Fan Hua dikalahkan oleh argumen keras kepala putrinya yang membuat Fan Hua harus menghela nafas pasrah membiarkan Ai keluar kediaman dengan syarat, ia keluar harus membawa JieBobo kemanapun ia pergi.

Ai tentu saja tidak masalah membawa JieBobo atau biasa mereka sebut Bobo, tapi Ai tak menyangka, jika Bobo yang harus ia bawa serta mencari udara segara adalah seekor serigala jantan berbulu putih lebat dan tubuh yang besar.

Awalnya Ai berpikir Bobo adalah wujud dari seorang manusia yang akan menjadi pengawal pribadinya hari ini, sayang pikiran dan peraduga Ai melenceng jauh dari kenyataan yang ada di hadapannya.

Bobo merupakan binatang langka peliharaan keluarga Feng, spesies serigala berbulu putih seperti Bobo jelas sangat sulit di temukan didaerah seperti kerajaan MingQi karena habitat asli serigala berbulu seputih salju dihadapannya kini berada jauh dikerajaan NinFeng yang berada dibawa bukit salju abadi dinasti Ming yang merupakan rumah para leluhur keluarga besar Feng berasal.

"Ibu, tidak bisakah aku pergi dengan Guang saja? Dia terlihat mengerikan dan menakutkan? Bagaimana jika ia lapar dan tiba-tiba menerkam dan memakanku?" Kata Ai ketakutan melihat serigala berbulu putih yang baru saja dibawa oleh ayahnya.

"Guang akan ikut bersama gege, jadi hari ini jika mei mei ingin keluar, mei mei harus pergi bersama Bobo"

Itu jelas bukan jawaban dari ibu ataupun ayahnya, tapi sahutan dari Qiang yang baru saja bergabung dengan mereka di halaman barat pavilium Lan milik Ai.

"Tks, kalau begitu. Aku tidak ingin keluar saja" kata Ai merajuk.

"Mengapa putri ayah cepat sekali berubah pikiran? Bukankah Ai sejak tadi bersikukuh ingin pergi keluar mencari udara segar, lalu kenapa sekarang membatalkan? Apa karena Ai tak ingin pergi dengan Bobo?" Tanya jendral Holing yang salah satu tangannya tidak pernah lepas mengelus binatang peliharaannya dengan sayang.

"Aku ingin pergi, tapi tidak dengan Bobo. Dia nampak sangat mengerikan dan aku takut!" Keluh Ai menyuarakan kekhawatiran dan ketakutannya.

"Tenanglah mei mei, Bobo adalah serigala jantan yang jinak. Cobalah bermain bersama terlebih dahulu, lagian apa yang kau takutkan dengannya? Sejak  mei mei masih merangkak, mei mei adalah bayi kecil perempuan pertama yang berani bermain dengan Bobo tanpa takut saat mengunjungi keluarga besar Feng dikerajaan NinFeng" jelas Qiang tak lupa membahas kenangan masa kecil Adiknya saat bermain dengan Bobo beberapa tahun terakhir. Saat itu Qiang yang berusia 8 tahun sangat ingat dengan jelas, adiknya yang baru berusia beberapa bulan sudah berani bermain dengan binatang buas.

"Benarkah?" Tanya Ai tidak percaya pasalnya ia adalah jiwa rengkarnasi dari masa depan. Ia tidak mendapat banyak ingatan dari masalalunya, ingatan - ingatan yang ia miliki hanyalah ingatan - ingatan dasar yang baru saja ia alami.

"Apa yang gegemu katakan benar Ai" jawab jendral Holing membenarkan. "Diantara kami, Bobo hanya lebih jinak dan akrab denganmu karena kalian sudah bersama sejak Ai masih bayi" tambah jendral Holing yang tak mampu untuk tidak membuat Ai menganga terkejut.

'Yang benar saja, jiwanya dimasa lalu bermain dengan binatang buas yang bisa saja membunuhnya kapan saja. Ini sungguh gila!' Jerit Ai dalam hati

******

Karena merasa bosan, akhirnya Ai memilih keluar kediaman Feng. Tentu saja ia keluar tidak sendiri, ia keluar bersama Bobo yang senang tiasa menjaganya di sampingnya.

Saat ini karena tak tahu ingin kemana, akhirnya Ai menjatuhkan pilihan mencari udara segar dibelakang kediaman Feng saja. Hutan yang berada dibelakang kediaman Feng sangat indah untuk disia-siakan, terlebih lagi tempatnya yang sepi dan juga tenang tentu saja menjadi poin utama mengapa Ai lebih memilih mencari suasana baru disana.

Kepergian Ai dari kediaman Feng tidak ada yang tahu, para pelayan ataupun pengawal bahkan tak ada yang menyadari kepergian nona mudanya. Tentu saja mereka tidak tahu. Saat ini jam makan siang, para pengawal dan pelayan tengah menurunkan kewaspadaan dan pengawasan mereka di kediaman Feng untuk beristirahat sejenak. Terlebih lagi mereka berpikir nona muda mereka tengah merajuk dan tak ingin pergi keluar karena bukan Guang yang menemaninya, alhasi mereka sama sekali tidak tahu jika nonanya kembali berubah pikiran dan keluar kediaman tanpa sepengetahuan mereka.

"Aku tidak tahu, ternyata dibalik wajah mengerikan dan membawa gertakan ketakutan yang mengetarkan hati, kau juga dapat bersikap semanis ini" kata Ai mengelus bulu lebat Bobo dengan begitu gemas.

Saat ini mereka berdua menikmati suasan hutan yang tidak jauh dari halaman belakang kediaman Feng. Saat keduanya asik menikmati semilir angin yang berhebus, Bobo yang sedari tadi berbaring di samping Ai yang duduk bawa sebuah pohon pinus sambil meluruskan kakinya kedepan seketika bangun saat pendengarannya yang tajam menangkap suara langkah kaki dari kejauhan mendekat kearah mereka.

Bobo yang merupakan serigala militer yang terlatih dengan sigap memasang posisi waspada. Wajahnya yang tenang nampak memancarkan kilatan membunuh, suara geraman dan raungan yang mengertakan siapa saja menggema di segala penjuru hutan.

Suara Bobo yang begitu keras dan nyaring membuat Ai yang sempat memejamkan mata lantas terjaga dan menatap Bobo dengan tatapan bertanya namun memasang gestur tubuh waspada.

"Bobo ada apa?" Tanya Ai pada Bobo yang terus menggeram menatap sosok pemuda dari kejauhan dengan tatapan nyalang dan waspada.

Ai yang menyadari tatapan binatang peliharaan keluarganya lantas mengikuti arah pandang Bobo yang kini tertuju pada pemuda asing yang tidak jauh dari tempat mereka.

Seketika ingatan dimana sekumpulan orang berpakaian hitam yang berusaha mencelakai dan ingin membunuh Ai berulang kali terlintas , seketika tubuh Ai menjadi lemas dan seketika ia merasakan tubuhnya menggigil ketakutan.

"Apakah ia adalah salah satu dari mereka yang ingin melenyapkanku?" Gumam Ai lirih.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status