Share

Bab 10

Ai yang merasa yang dirinya terancam dalam bahaya menguatkan dirinya untuk segera beranjak bangun walaupun tubuhnya kini tengah gemetar ketakutan. Kilasan - kilasan banyangan pria - pria berpakaian serba hitam dengan sebuah pedang mengkilap yang siap menebas lehernya kapan saja mulai berselewaran dalam pikirannya.

Instingnya memintanya untuk segera beranjak pergi melarikan diri dari tatapan pemuda yang menatapnya tajam penuh aura membunuh yang pengintimidasi. Walaupun jarak mereka lumayan jauh, Ai mampu merasakan aura membunuh menguar dari tubuh pemuda itu dengan begitu pekat sehingga mampu mengoyahkan setiap tulang dan persendian Ai.

Ai tak tahu, sejak kapan ia berlari dan berteriak memanggil Bobo untuk segera mengikutinya pergi dari suasana yang tiba - tiba mencekam hanya karena keberadaan sosok pemuda yang tidak jauh dari tempatnya. Naluri dan instingnya yang bergerak lebih cepat terus memaksanya pergi jauh dari tempat itu, dan satu - satunya tujuan yang paling aman untuk berlindung dari mara bahaya yang akan mengancamnya adalah kediaman kekuarganya, kediaman besar keluarga jendral Feng Holing.

Lie yang merupkan pemuda yang menatap Ai dari kejauhan dengan tatapan tajam dan membunuh seketika mengerjap saat melihat nona muda itu pergi meninggalkan tempat dengan gerakan yang sangat cepat. Lie tak menyangka, nona muda yang hendak ia dekati itu memiliki reflek yang cepat saat menyadari adanya bahaya yang akan menghampirinya.

Selain itu, Lie juga masih tak percaya dengan penglihatannya bahwa memang benar hutan dibawa kaki bukit barat memiliki siluman besar yang ternyata adalah seekor serigala putih. Lie berpikir jika rumor burung itu hanyalah opini publik untuk menakut - nakuti penduduk ibukota MingQi, siapa menyangka, disiang bolong seperti ini ia melihatnya dengan mata kepalanya sendiri dan lebih gila dari itu semua, siluman serigala putih itu bersama seorang nona muda cantik. Mungkinkah nona muda itu juga adalah jelmaan siluman? Jika memang ia Lie patut merasa merinding.

Saat Lie masih termenung menatap tempat yang baru beberapa menit yang lalu seorang nona muda tinggalkan dengan raut wajah yang ketakutan, sebuah tangan besar tiba - tiba saja menepuk salah satu pundak Lie sehingga menyentaknya dari lamunan.

"Gege Lie, mengapa kau melamun disini?" Tegur Yong, pemuda yang berhasil menyentaknya dari lamunan.

Lie mengerjap, ia lantas menoleh kebelakang menatap Yong dengan menampilkan raut wajah 'sejak kapan kau berada disana?'

Yong yang menangkap raut wajah terkejut saudaranya lantas memutar bola matanya jengah, ia lalu menjawab pertanyaan yang ditunjukan melalui raut wajah saudaranya dengan berkata "Aku sudah disini sejak sepuluh menit yang lalu, gege saja yang tidak menyadari keberadaanku" jawab Yong

"Aku bahkan mendengar sangat jelas jika gege Lie ingin membasmi nona muda Feng, karena keberadaannya ditempat persembunyian yang mulia putra mahkota Rui yang begitu mengejutkan gege" tambah Yong yang sontak membuat saudaranya terkejut.

"Selama itu?" Tanya Lie tidak percaya

"Hm" jawab Yong dengan gumaman "yang mulia putra mahkota Rui memintaku menjemput gege, kalau - kalau gege tersesat di tengah hutan. Tapi siapa yang menyangka, gege Lie nyaris memiliki niat membunuh orang yang berjasa dalam hidup yang mulia putra mahkota Rui" tambah Yong menggeleng dramatis.

"Apa maksudmu?" Tanya Lie tidak mengerti perkataan adiknya

"Nona muda yang baru saja hendak gege Lie ingin lenyapkan adalah nona muda yang menyelamatkan kami tiga bulan yang lalu saat insiden itu"

Jawaban Yong jelas sangat mengejutkan, tubuh besar Lie seketika membeku ditempat. Ia baru saja hendak ingin membunuh orang yang tak bersalah, terlebih lagi orang yang  berhasil menyelamatkan sang pewaris sah kerajaan MingQi. Sungguh biadab sekali pemikirannya barusan, bagaimana ia bisa memikirkan hal jahat dan kejam itu terhadap nona muda yang telah menyelamatkan harapan kerajaan MingQi yang tengah dilanda kekacauan perebutan tahta yang masih hangat dibicarakan kini.

"Sudahlah, jika gege merasa bersalah dengan niat gege Lie yang hampir mencelakai nona Feng. Ada baiknya di masa mendatang ketika gege Lie melihatnya, gege Lie bisa membalas niat buruk gege Lie padanyanya dengan cara menjaganya dari marah bahaya" kata Yong yang seakan tahu sudaranya tengah merenungi dan mengoreksi dirinya dari penyesalan akan timbulnya niat buruk ingin mencelakai Ai.

"Ayo kemanor, yang mulia putra mahkota Rui sudah menunggu gege Lie sejak tadi!" Tukas Yong menarik paksa Lie dari tempatnya berpijak untuk segera beranjak menuju manor persembunyian putra mahkota Rui secepatnya, pasalnya Yong tak ingin membuat putra mahkota Rui murka menunggu lebih lama terlebih lagi suasana hati junjungannya sedang buruk hari ini. Bisa gawat jika putra mahkota Rui murka, tentu saja kemarahan junjungannya akan berimbas padanya juga.

.

.

.

Ai berhasil keluar dari hutan yang tidak jauh dari halaman belakang kediaman Feng. Ai membungkuk seraya mengatur nafasnya yang memburu hebat, sesekali Ai menoleh kebelakang seraya memastikan bahwa ia telah aman.

Bobo terus memasang sikap waspada, ia terus saja mengitari tubuh Ai yang bergetar hebat, sesekali serigala putih itu mengeram ketika para penduduk kerajaan MingQi yang berlalu lalang menatap Ai dengan raut wajah bingung dan juga penasaran. Selain itu ada beberapa dari mereka yang memilih mengambil jarak lumayan jauh dari keberadaan Ai yang berada di pingir jalan besar ibukota karena takut dan ngeri dengan keberadaan Bobo yang melindungi Ai.

"Hengh.. henghh.."

Nafas Ai masih memburu hebat, Ai tak menyangka mampu berlari secepat itu. Refleks tubuhnya sangat baik ketika mengetahui adanya bahaya yang mengancam nyawanya. Ai tak tahu, mengapa hatinya begitu ingin kembali kemasa lalu. Mengapa hatinya ingin tinggal ketempat yang sama sekali tak mampu memberinya rasa aman dan kebebasan. Keinginan hatinya memang patut di pertanyakan, keinginan hatinya yang terbesar dan paling gila adalah pilihan dimana ia ingin menaruh dirinya dalam mara bahaya.

"Bobo, mari kita pulang!" Kata Ai menegakan tubuhnya melangkah meninggalkan para penduduk yang masih menatap Ai dengan tatapan penasaran akan sosoknya.

Ai yang ditatap seperti itu sama sekali tidak peduli, saat ini yang perlu ia lakukan adalah pulang kekediaman Feng dengan selamat. Mungkin besok - besok ia akan menghindari atau tidak akan pernah mendatangi hutan yang berada dibelakang kediaman Feng. Jujur saja Ai masih merasa takut dan trauma dengan ingatan yang diberikan padanya.

******

Sepanjang perjalanan, Ai baru saja menyadari bahwa ia mengambil rute yang berbeda. Sebelumnya saat ia hendak kehutan yang berada dibelakang kediaman keluarga Feng, ia tidak perlu melewati jalan raya ibukota MingQi. Tapi dibawah sinar matahari yang terik ini, ia harus melewati jalan yang berbeda untuk menuju kediaman keluarga Feng.

Ai mendesah, karena ketakutan ia berlari mencari jalan keluar yang berbeda dari jalan yang ia masuki. Alhasil saat ini Ai harus menahan diri untuk tidak menyemprot luapan kemarahan yang sudah mencapai ubun - ubunnya karena tatapan penasaran banyak orang yang kini tertuju pada dirinya.

Disaat Ai tengah merutuki kesalahannya yang mengambil jalan yang salah, tiba - tiba saja tubuhnya terhuyung kebelakang dan tubuh mungilnya terhempas jatuh ke atas tanah yang kasar dan memancarkan hawa yang panas.

Buk!

Ai meringis merasakan sakit ketika pantatnya dengan keras menghantam permukaan tanah. Ai mendongak, ia menatap tajam benda yang baru saja menabraknya dengan begitu keras dan kasar.

Dihadapannya, seorang pemuda tampan berusia 24 tahun dengan dibalut baju kebesaran seorang pangeran tengah menatap Ai dengan raut wajah bersalah. Pemuda itu lantas mengulurkan tangannya hendak membantu Ai, namun diluar dugaan, sebelum pemuda itu mengulurkan bantuan, Ai lebih dulu berdiri dengan susah payah dan membersihkan rok bahawannya yang kotor tanpa mempedulikan pemuda yang nampak terkejut dengan sikap yang Ai tunjukan.

Pemuda itu adalah pangeran Rong, siang ini ia memang berencana keluar dari istana menghindari kepenatan dan keagresifan para pejabat pemerintahan yang tak pernah surut datang menemuinya dan terus mencari perhatiannya. Karena bosan dan jenuh, pangeran Rong memilih keluar istana mencari udara segar.

Siapa yang menyangka, disaat ia asik bercanda dan bercerita dengan sahabatnya Ji YuSu ditengah keramaian ibukota MingQi yang semakin padat walaupun cuaca siang ini sangat panas, pangeran Rong tak sengaja menabrak seorang nona muda hingga terjatuh dan menghantam permukaan tanah dengan begitu keras.

Pangeran Rong menarik uluran tangannya yang sempat tergantung diudara saat hendak membantu nona muda yang sibuk membersihkan hanfunya yang kotor, pangeran Rong lantas meringis dan berucap "apakah kau tidak apa - apa nona muda?" Tanya pangeran Rong hati - hati pasalnya nona muda dihadapannya nampaknya sangat kesal dengan kejadian yang baru saja di alaminya.

Ai yang mendengar pertanyaan itu mengalihkan tatapannya pada pemuda yang baru saja berhasil membuat pantatnya bercumbu dengan mesra dengan permukaan tanah yang kasar. Ai menatapnya dengan tatapan amat kesal. Coba beritahu Ai, apakah ada seseorang yang tidak marah mendapat perlakuan seperti ini? Walaupun Ai tahu mungkin pemuda dihadapannya tidak sengaja menabrak Ai, tetap saja Ai yang dalam suasana hati buruk merasa marah.

Ai menghela nafas berat, percuma jika ia membuang waktunya dan tenaganya berhadapan dengan pemuda dihadapannya. Ai cukup menyelesaikan semuanya dengan cepat dan pergi dari kerumunan orang yang semakin menatap mereka dengan tatapan penasaran.

"Saya tidak apa - apa" jawab Ai sopan

"Tapi lain kali, saya harap anda berhati - hati. Ini jalan raya ibukota MingQi, banyak orang yang berlalu lalang disini" Tukas Ai lalu lantas membungkuk meninggalkan pangeran Rong dan YuSu yang tertengun dengan ucapan sarkas Ai yang kini berlalu meninggalkan mereka di bawa tatapan terkejut para penduduk MingQi yang baru saja menyaksikan tontonan yang menarik.

"Entah hanya perasaanku saja, mengapa aku merasa bahwa kita seolah - olah baru saja dicampakan?" Gumam YuSu sepeninggal para penduduk MingQi yang mulai berhamburan meninggalkan tempat mereka berdua.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status