Share

The Merman
The Merman
Penulis: AiniRhee

Bab 1

Dengan langkah terburu-buru, ia membawa nampan yang berisi pesanan pelanggan di tempatnya bekerja, Keana-nama gadis itu- begitu cekatan dalam melayani para pelanggan, tidak lupa dengan senyum manis yang terpasang sempurna di wajahnya.

"Silahkan dinikmati," ujarnya. Setelah meletakan pesanan, ia pergi ke meja lain, membersihkan sisa makan pelanggan. Gadis 20 tahun itu membawa piring dan gelas kotor itu ke belakang, untuk dicuci oleh orang yang bertugas.

Keana menghapus keringat yang meluncur di pelipisnya, jam menunjukan pukul 20:00 yang berarti waktunya ia pulang dari Cafe ini. "Ah, selesai."

"Hei, Keana, ini gajimu untuk bulan ini." Keana mengambil amplop yang disodorkan oleh pemilik Cafe tempatnya bekerja, membukanya lalu menghitung lembar uang di dalamnya. Keana mendesah pelan. Selalu begini, pria di depannya ini selalu memberi uang lebih.

"Jack, sudah kubilang, gaji aku seperti kau menggaji karyawan lainmu." Keana mengambil beberapa lembar lalu mengembalikannya pada Jack, pemilik Cafe sekaligus sahabatnya.

"Jangan mengembalikannya! Atau kau kupecat?" ancam Jack, ia menyipitkan matanya pada Keana, membuat gadis itu mendengus, ia tahu bahwa pria ini tidak serius. Jack tidak setega itu kepadanya.

"Tapi-"

"Kau sudah bekerja keras, ambillah dan beli makanan yang enak." Jack kembali memasukan uang yang di keluarkan Keana tadi ke amplop itu lalu memberikannya pada Keana.

Keana menghela nafas, Jack adalah satu-satunya sahabat yang ia punya, jika tidak ada pria ini, mungkin ia akan menemui banyak kesulitan dalam hidupnya yang sebatang kara. Jack begitu peduli padanya. Sudah seperti kakaknya saja.

"Terima kasih," ujar Keana, ia menunduk, sedangkan Jack hanya tersenyum lalu menepuk pelan pucuk kepala Keana. Ia tahu gadis ini kesulitan, ia hanya ingin membantu walau gadis ini selalu mencoba menolaknya, kata Keana ia sudah terlalu banyak membantu, gadis itu tidak mau merepotkannya.

"Sama-sama."

Tring

Spontan Jack dan Keana menoleh ke arah pintu masuk karena loncengnya berbunyi, menunjukkan jika seseorang batu saja membuka pintu itu. Jack kemudian berbicara pelan. "Dia kesini."

"Ada apa? Kenapa diam?" Orang yang baru masuk itu menghampiri Keana dan Jack. Bersidekap memandang keduanya dengan tatapan curiga. Orang itu cantik, sangat cantik. Di dukung dengan tubuh sempurnanya dan pakaian mewah yang melekat di sana.

"Bukan apa-apa, Honey." Jack langsung memeluk gadis yang di panggil 'Sayang' itu. Betapa ia merindukan gadisnya.

Jack sudah punya pacar, Angelina namanya, pencemburu namun Jack mencintainya. Angelina selalu menaruh curiga akan hubungan Jack dan Keana, baginya hubungan mereka tidak wajar. Namun, Jack tidak ambil pusing, Ia terkekeh karena menurutnya pacarnya ini menggemaskan.

"Kau jangan menggoda pacarku!" Angel menatap Keana dengan pandangan menuduh, sedangkan Keana hanya balas menatap bosan padanya. Angelina selalu seperti ini.

"Dia itu sahabatku, kenapa juga aku harus menggodanya?" kata Keana jengah.

"Aku tidak percaya adanya persahabatan antara pria dan wanita." Angel masih saja ngotot, membuat Jack mengeraskan tawanya. Bagi Jack, pertengkaran kecil di antara Keana dan Angelina itu lucu.

"Sudahlah, Honey. Kami hanya bersahabat," lerai Jack seraya menahan tawanya, kemudian ia meringis merasakan cubitan di pinggangnya.

"Honey, jangan melakukannya disini, nanti saja di kamar," bisik Jack yang sukses membuat Angel mendesis seraya melemparkan tatapan kesalnya.

"Kalau begitu, aku pulang dulu," Keana berlalu, meninggalkan dua sejoli yang bermesraan itu.

"Hati-hati, Keana."

"Jangan mengkhawatirkan gadis lain!"

~~~

Dari Cafe, Keana hanya perlu berjalan kaki selama 15 menit ke halte, ia merapatkan jaketnya karena udara mulai semakin dingin. Kaki yang dibalut celana bahan panjangnya melangkah semakin cepat, mendekati halte yang tidak ramai.

Keana duduk di tempat yang telah disediakan, lalu mengadah menatap langit yang terang karena malam ini adalah malam bulan purnama ditambah dengan bintang yang bertaburan. Indah.

Bus datang, Keana bergegas naik dan membayar tagihannya. Ia tidak menggunakan taksi karena mahal. Sebisa mungkin ia harus berhemat untuk kebutuhan yang nanti bisa saja mendesak, seperti tagihan air ataupun listrik.

Hidup sebatang kara membuat Keana mengerti apa itu perjuangan untuk bertahan hidup, ditinggal orang tua pergi untuk selama-lamanya tidak membuat Keana putus asa. Ia harus memanfaatkan kesempatan yang diberi Tuhan padanya. Ia bekerja keras untuk hidupnya sendiri.

Orang tua Keana meninggal karena kecelakan mobil bersama dirinya, hanya ia yang selamat dari peristiwa tragis itu. Saat itu Keana berumur 15 tahun. Malang sekali, orang tuanya tidak punya sanak saudara. Keana tahu karena ibunya pernah bercerita bahwa mereka-ibunya dan ayahnya- dari panti asuhan yang sama.

Bus berhenti, Keana langsung turun, tempat tinggal keana berada agak jauh dari jalan raya, jalannya sepi namun Keana sudah terbiasa. Malam semakin larut, namun Keana tidak ingin pulang terlebih dahulu, di rumah rasanya sepi dan Keana membenci itu.

Keana membelokan langkahnya menuju pantai, tidak terlalu jauh namun tidak terlalu dekat untuk orang yang mau berjalan kaki. Nanti saja kalau sudah mengantuk ia akan pulang, ia butuh udara segar.

"Aaa!!" Keana berteriak, mencoba melepaskan masalah yang dipikulnya. Suara deru ombak bagaikan membalas teriakannya. Keana membentangkan tangannya kemudian menutup mata, udara malam yang menghantam tubuhnya memang cukup dingin, tapi Keana juga merasa segar.

"Arghh." Keana terlonjak mendengar teriakan itu, ia menatap sekeliling was-was tidak ada orang, tentu saja Keana berada di spot yang jarang dikunjungi, selain itu ini sudah lumayan malam.

Keana berjalan perlahan, mencoba mencari asal suara itu, suaranya seperti teriakan seorang laki-laki. 'Apakah ada pembunuhan?' pikiran Keana mulai melantur. Bola mata Keana bergerak liar, menatap kiri dan kanan secara was-was.

"Aah." Suara itu kembali terdengar, langsung saja Keana berlari menuju batu karang yang berada di pantai ini, tempat dimana suara itu berasal. Karena tidak terlalu jauh, Keana cukup berlari hingga beberapa detik kemudian ia sampai di sana.

Perlahan keana mendekati batu karang yang cukup besar, hampir setinggi dirinya. Kemudian ia memutarinya hingga matanya membelalak saat melihat sesuatu yang di luar nalar manusia.

Astaga!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status