Share

Bab 3

Keana berpikir keras, bagaimana membawa makhluk ini ke rumahnya apalagi manusia setengah ikan ini tidak dapat berjalan. Haruskah ku gendong? Keana menggelengkan kepalanya, mana mungkin tubuh besar itu bisa digendong olehnya. Tubuhnya kecil, jauh sekali dengan tubuh besar makhluk yang Keana tebak sekitar 185 cm itu.

Akhirnya Keana memutuskan memapahnya saja, ia mendekat lalu membantunya berdiri, agak sulit karena beberapa kali pria itu terjatuh, ya lebih baik di panggil 'Pria' dari pada 'Makhluk' mengingat ia sudah seperti manusia.

Setelah berhasil membuat pria itu berdiri, Keana cukup terkejut, ternyata pria itu benar-benar tinggi, ia hanya sebatas bahunya dan itu membuat sulit untuk membawanya pulang. Ditambah dengan bobot berat pria itu.

"Argh! Susah!" Keana jadi jengkel sendiri, tubuhnya terlalu pendek untuk menopang pria itu. Sedangkan pria itu hanya menatap Keana polos dengan mulut tertutup, tidak menampakan taringnya tadi. Keana mendudukkan pria itu ke batu karang di samping karang besar tadi.

Keana berpikir lagi. "Tunggu sebentar," kata Keana ketika ia ingat sesuatu. lalu ia berlari menjauh.

Keana mencari benda yang dapat membawa pria itu tanpa harus kesusahan. Mata Keana bergerak liar ke sekitarnya hingga matanya berbinar saat melihat sebuah gerobak. Langsung saja Keana mendekatinya, ada banyak sampah di dalamnya namun tidak masalah, Keana bisa membuangnya di tong sampah.

~~~~

"Tadaa!" Dengan penuh semangat Keana menunjukan benda yang akan membawa pria ini kerumahnya, dengan gerobak ini pasti akan lebih memudahkannya.

Sedangkan pria itu hanya menatap gadis berambut coklat itu dengan pandangan datar, menanti-nanti apa yang akan gadis itu lakukan kepadanya. Keana mendekat, kemudian membantu pria itu untuk naik ke dalamnya, setelah itu keana menarik gerobak itu, sebelumnya ia telah menutup gerobak itu dengan terpal bekas yang ditemukannya. Bahaya jika ada yang melihatnya membawa pria dengan kondisi seperti ini.

Setelah susah payah mendorong gerobak, akhirnya Keana tiba juga di gang masuk rumahnya, gang kecil yang tidak bisa dilewati oleh mobil. Memang, rumah Keana letaknya agak terpencil berjarak jauh dengan rumah tetangga lainnya.

Keana kembali mendorongnya, keringat sudah membasahi tubuhnya. Ia merasa haus juga ingin mandi. Kemana yakin, tubuhnya juga pasti bau sekali.

"Akhirnya ...." Keana tiba di rumahnya, lalu menaikan gerobak itu hingga teras, tanpa mengeluarkan pria yang diambilnya dari pantai tadi Keana langsung tidur terlentang di sana. Mengatur nafas, barulah Keana bangkit untuk mengeluarkannya.

Keana mendekati gerobak itu kemudian membuka terpal yang menutupi. "Umh, kau berat sekali," gerutu Keana. Ia memapah pria itu lalu mengeluarkan kunci dari tas kecilnya, kemudian membuka pintu.

Keana masuk kemudian mendudukkan pria itu ke atas kursi yang ada di ruang tamu, lalu ia ikut duduk di sebelahnya. Lagi-lagi Keana mengatur napasnya.

"Aaa." Keana mendelik mendengar suara pria itu. "Apalagi? Tunggu sebentar, aku lelah!" kata Keana, ia menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi. Betapa lelahnya.

Keana bangkit lalu menoleh melihat keadaan pria itu, seperti orang gila tampan. Keana menggelengkan kepalanya, tubuh pria itu penuh pasir yang menempel, ditambah dengan kuku dan rambut yang panjang belum lagi tanpa pakaian kecuali jaket yang Keana berikan tentunya. Sepertinya Keana harus membersihkan pria ini sebelum dirinya sendiri.

Keana menarik lengan kekar pria itu, lalu melingkarkan kepundaknya sendiri dan membantu pria itu ke kamar mandi. Ya ia akan memandikan pria ini. Entah apa yang Keana pikiran, mulai dari membawanya pulang hingga berencana untuk memandikannya.

Keana mendudukkan pria itu ke sebuah kursi yang telah ia letakan sebelumnya. Ia berencana memotong rambut pria ini. Keana keluar dari kamar mandi untuk mengambil gunting dan beberapa benda yang diperlukan.

Mengangkat gunting. "Rambutmu harus dipotong," kata Keana seraya ia bersiap mengguntingnya namun tangannya di cekal oleh pria itu, disusul dengan geraman seperti yang pernah keana dengar sebelumnya.

Keana agak panik, geraman itu berarti pria itu marah atau kesal. Keana mencoba melepaskan cekalan itu, tapi manusia setengah ikan itu terlalu kuat. Keana meringis, ia tidak mau dicakar lagi. Rasanya sakit.

Keana berpikir cara membuatnya tenang, tidak ada pilihan lain, Keana mengusap kepala pria itu lembut, sangat lembut hingga pria itu berhenti menggeram. Pria itu juga menutup matanya hingga cekalannya terlepas.

Gadis dengan warna mata yang senada dengan rambutnya itu menghela nafas lega, kemudian ia mengusap pergelangan tangannya. Lalu berjongkok di hadapan pria itu.

"Tenang saja, aku hanya ingin membersihkanmu," ujar Keana lembut. Keana juga tersenyum meyakinkan. Ia hanya ingin merapikan rambut hitam milik manusia setengah ikan itu.

Tidak menemukan perlawanan membuat Keana mulai memotong rambut sepunggung milik pria itu, rambut pria itu sepertinya telah pernah dipotong tapi tidak beraturan. Setelah selesai Keana juga memotong kuku milik pria itu, Keana takut nanti kuku itu melukainya lagi. Kembali ada perlawananan tapi Keana sudah tahu cara menenangkannya.

"Sekarang waktunya mandi!" Keana berujar ceria yang hanya di balas oleh tatapan polos dari pria itu. Keana mendekat lalu menutupi tubuh pria itu dengan kain yang telah di siapkan, ia membuka jaket miliknya yang melingkar di pinggang pria itu. Keana malu sendiri jika harus melihat pria itu tanpa busana, dan menutup pria itu dengan kain adalah solusi tepat. Tidak keseluruhan, Keana hanya menutupnya dari pinggang hingga paha pria itu.

Keana menarik pria itu agar masuk ke dalam bathub yang telah Keana isi penuh. Keana berbalik mengambil sabun, namun raungan kesakitan kembali mengejutkan Keana. Lantas Keana berbalik melihat pria itu. Sabun yang di pegang Keana terjatuh.

"Argh!"

Yang lebih mengejutkan Keana, kaki pria itu kembali menyatu dengan sendirinya, patahan tulang mulai terdengar. Keana menatap ngeri melihat bagaimana kulit itu menyatu dan membentuk seperti ekor ikan, sisik-sisik mulai muncul dengan sendirinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status