Keana dengan telaten mengobati luka yang ada di kaki Arthur, pria itu sesekali meringis saat Keana mengoleskan obat merah di kakinya, luka di kaki Arthur bentuknya memanjang di bagian betisnya, seperti terkena benda tajam. Namun tidak seperti tadi malam, luka ini terlihat sudah membaik. Setelah selesai, Keana membalutnya dengan perban.
"Ahh, bosan juga, ya," kata Keana. "Bagaimana kalau kau belajar berjalan saja?" tanya Keana antusias. Sepertinya ia harus mengajari Arthur berjalan, tidak mungkin juga ia harus mendorong Arthur memakai gerobak ketika ia mengembalikan pria itu ke laut.
Keana berpikir sejenak. "Tapi, aku tidak yakin, kakimu masih sakit nanti saja, sekarang kau istirahat saja," kata Keana. Ia membiarkan Arthur duduk di kursi sedangkan ia pergi ke kamar. Mungkin ia akan mengajarinya nanti, yang penting Arthur akan beristirahat terlebih dahulu hingga kakinya sembuh.
Jam menunjukan pukul 11 siang, Keana bergegas turun dari ranjangnya yang sedari tadi ia menghabiskan waktu dengan bermain ponsel. Membuka sosial media. Keana keluar, dilihatnya Arthur masih duduk seperti terakhir kali yang Keana tinggalkan. Ya, mau pindah ke mana lagi? Ia saja tidak bisa berjalan. Keana mendekati Arthur.
"Kau lapar?" Keana duduk di sisi Arthur, menatap makhluk tampan yang balas menatapnya.
"Aa ... Aa." Arthur hanya bersuara sebisanya, lagi-lagi Keana tertawa kecil.
"Aku akan memasak mi instan, kau pasti suka." Kemudian Keana pergi ke dapur.
~~~
Keana tidak keluar rumah, yang dilakukannya hanya bersama Arthur di rumah dan bermain ponsel sambil tidur-tiduran. Keana menonton sebuah film di YouTube, film yang berkisah tentang kehidupan seorang gadis dengan atasannya.
"Aa wa." Keana menoleh mendengar suara Arthur. Pria itu menatap ponsel Keana penasaran.
"Apa? Kau mau menontonnya juga?" tanya Keana, lalu ia memberikan ponselnya pada Arhur, membiarkan pria itu memuaskan rasa penasarannya dengan menonton film yang terlebih dulu diunduh oleh Keana.
Keana berdiri ada hal yang harus ia lakukan. "Aku akan membersihkan rumah, kau diam disini saja," ucap Keana yang diabaikan oleh Arthur, pria itu sibuk menonton film di ponsel Keana.
Keana membersihkan rumah, dari dapur hingga ruang tamu, lalu ia pergi ke kamarnya, mengambil pakaian mendiang ayahnya yang masih disimpannya, ia akan meminjamkannya pada Arthur. Keana keluar kamar sambil membawa kotak P3K, dilihatnya Arthur sudah tidur.
Ponsel Keana masih menyala, ia mengambil ponselnya dari genggaman Arthur, lalu mematikannya. Keana menyingkap celana Arthur hingga betis, lalu membuka perban yang menutupi lukanya.
Astaga!
Keana terkejut, bagaimana luka ini bisa sembuh secepat itu, luka di kaki Arthur sudah sembuh hanya meninggalkan bekasnya saja. "Bagaimana bisa?" Keana terheran-heran. Tetapi Keana akhirnya ingat, pria ini bukan manusia.
"Arthur," panggil Keana, ia akan membantu Arthur mengganti pakaian, sebenarnya Keana akan menyuruhnya mandi namun Keana tidak tega pria itu kesakitan lagi.
Arthur membuka matanya perlahan, lalu ia duduk berhadapan dengan Keana.
"Ayo, ganti bajumu," kata Keana.
~~~
Arthur mengambil pakaian yang dipegang Keana, lalu ia membuka bajunya sendiri.
"Eh! Apa-apaan? Kau sudah bisa buka baju?" Keana terpekik kaget. Kemarin saja pria ini tidak tahu apa-apa. Arthur melanjutkan membuka celananya.
"Hey!" Mata Keana membulat melihat pertunjukan vulgar di depannya, tapi buru-buru ia menutup mata dengan kedua telapak tangannya.
Dasar, apakah ia tidak malu? Batin Keana kesal karena pria itu seenaknya melakukan hal itu didepannya.
Dengan mata tertutup, Keana meraba-raba pakaian yang tadi teronggok di lantai, Keana akan membantu Arthur memakai baju. Seperti inilah kemarin Keana memakaikan Arthur pakaian. Dengan mata tertutup. Mau bagaimana lagi, Keana tidak mau memandang hal seperti itu.
Tak kunjung menemukan pakaian tadi, Keana perlahan membuka matanya, mengintip di mana pakaian itu. Namun ternyata Arthur telah berpakaian lengkap, sedangkan pakaian kotor tadi telah berada di tangan kiri Arthur.
Keana cukup terkejut tapi ia bisa mengatasinya. "Ah! Kau juga sudah bisa berpakaian ya." Keana mengelus dadanya, untunglah pria ini sudah bisa berpakaian sendiri.
"Di mana kau belajar? Atau kau pernah mengintipku, ya?" Mata Keana menyipit manatap Arthur, telunjuk tangannya juga teracung di depan wajah Arthur.
Arthur menunjuk ponsel Keana yang mengintip di saku bajunya, membuat Keana bingung. Langsung saja Keana merogoh saku bajunya dan mengambil ponselnya dari sana, kemudian menunjukkannya pada Arthur.
Keana mengangkatnm ponselnya. "Kau belajar dari ponsel?" tanya Keana.
"...." Arthur tidak menjawab. Ia hanya menatap ponsel Keana lurus.
~~~
Keana membuka lemari pakaiannya, mengambil kaos lengan panjang dan celana dengan merek Adidas di sana, juga dengan dalamannya. Ia akan mandi dan segera mengantarkan Arthur ke laur. Sebelum itu ia harus bersiap-siap. Setelah selesai Keana menutup pintu lemari dan berbalik.
Keana terkejut.
"Astaga! Arthur!" Keana memegang dadanya, pria ini punya banyak kejutan, sekarang pria ini berdiri di depan Keana.
"Kau bisa berdiri?" Keana syok lalu ia memukul bahu Arthur pelan, membuat Arthur mundur karenanya.
"Dan berjalan?!" pekik Keana seraya menggelengkan kepalanya takjub.
Keana keluar kamar diikuti Arthur di belakangnya, sesekali Keana menoleh. Pria ini cerdas dan sepertinya Keana jangan terkejut lagi melihat sesuatu yang mudah di pelajari pria ini dengan cepat. Keana tiba di depan pintu kamar mandi, dengan Arthur yang masih setia mengekorinya.
"Kau kenapa ikut ke sini? Sana-sana, aku mau mandi," perintah Keana seraya mengipas-ngipaskan tangan. Bermaksud mengusir Arthur. Keana membuka pintu kamar mandi, masuk lalu menguncinya dari dalam. Meninggalkan Arthur di luar.
Keana telah bersiap siap, sore ini juga ia akan mengembalikan Arthur ke laut. Jam di dinding menunjukan pukul 5 dan rencananya Keana akan pergi mengantar Arthur ke tempat di mana ia menemukannya pertama kali."Ayo," ajak Keana lalu ia menarik tangan Arthur keluar rumah. Sebelum pergi ia memastikan pintu rumahnya terkunci rapat, meski tidak ada benda berharga tapi rumah yang dibobol maling itu sangat tidak bagus. Mereka bisa saja membuat rumah Keana nanti berantakan."Aku akan mengantarmu ke tempat kita pertama kali bertemu, di sana tempatnya sepi, jadi akan akan aman." Arthur menoleh ketika Keana bersuara. "Oh, satu lagi, jangan lupakan aku,ya." Keana masih saja berceloteh walau tidak ditanggapi oleh Arthur. Pria itu hanya menatapnya.Arthur masih saja diam sambil memperhatikan Keana, seperti ada sesuatu yang membuatnya tetap terpaku untuk menatap gadis itu. Menatap paras cantik yang membuatny
Keana melongo, sedangkan Arthur telah melepaskan jabatan tangannya dengan Jack. Tapi buru-buru Keana menguasai diri. Tapi, sungguh, Arthur yang tiba-tiba berbicara itu sangat mengejutkannya. Semenjak tadi pria itu hanya diam, seperti tidak tahu apa-apa."Kalian sendiri kenapa ada di sini?" Jack bertanya kepada Keana. Sedikit curiga karena tidak biasanya Keana berjalan-jalan dengan seorang pria yang terlihat seperti 25 tahu ini."A-aku hanya ingin jalan-jalan, dan kebetulan aku bertemu dengan Arthur di sini," jelas Keana dengan kebohongannya, dalam hati ia meringis karena banyaknya kebohongannya hari ini. Maafkan aku, Jack."Benarkah? Bukan kencan?" Angelina bersidekap menatap pasangan di depannya, dengan cepat Keana melepaskan genggaman tangan Arthur."Tentu saja bukan!" bantah Keana."Okay, kalau begitu aku dan Angelina pergi dulu." Jack dan Angelina pun berlalu, meninggalkan Arthur d
"Aku akan bekerja, kau tunggu saja di rumah, aku juga sudah meninggalkan makan untuk makan siang mu nanti," ujar Keana seraya memakai sepatunya, tidak mungkin rasanya jika ia membawa Arthur ikut bersamanya nanti Jack pasti akan bertanya-tanya. Jack memang cerewet, tapi begitu peduli kepada. Sahabat pirangnya itu memang selalu begitu."Apakah tidak boleh ikut?" Arthur menatap Keana memohon. Ia ingin ikut dengan Keana.Keana menggeleng. "Tidak bisa, ini pakailah ponselku dari pada kau bosan dirumah." Keana menyodorkan ponselnya kepada Arthur. Arthur menerimanya tapi jelas sekali raut tidak rela di wajahnya."Tapi-""Di rumah saja, nanti aku usahakan cepat pulang," potong Keana. Arthur sudah seperti anak kecil saja ya g minta dibawa.Arthur menunduk, ada rasa tidak rela di dalam hatinya ketika Keana melangkahkan kakinya keluar dari rumah. Arthur tidak ingin kesepian."Dah ...
TokTokTok"Arthur!" Keana mengetuk pintu depan rumahnya, namun tidak ada jawaban. Kembali Keana mengetuknya tapi sama saja. Tidak ada respon. Keana memutuskan untuk mendorong pintu yang tidak dikunci itu lalu masuk dalam rumah."Astaga!" Di atas lantai sana, Arthur sedang tidur dengan posisi tengkurap, Keana menggelengkan kepalanya lalu mendekati Arthur. Padahal ada kasur angin yang bisa digelar untuk tidur, tapi Arthur malah memilih untuk tidur di lantai."Hei, Arthur," panggil Keana pada Arthur yang tak kunjung bangun. Keana menggoyangkan bahu Arthur, pria ini harus bangun.Usaha Keana berhasil, Arthur perlahan membuka matanya, menguceknya lalu duduk. "Keana!" Arthur yang melihat Keana langsung saja menghambur memeluknya, hingga gadis itu terjungkal ke belakang dengan posisi Arthur yang menindihnya."Aduh, berat," protes Keana sembari mendorong dada Arthur yang menghimpitnya. Ap
"Keana, pria tadi siapa?" tanya Arthur begitu mereka telah sampai di rumah, saat ini jam menunjukan pukul 6 sore dengan langit yang tadinya berwarna biru telah berganti dengan warna oranye. Mereka cukup lama menghabiskan waktu.Keana menatap Arthur, ia bisa menangkap nada jengkel yang pria itu katakan. Meski tidak terlalu kentara. "Arlan? Dia hanya kenalan, tadi tidak sengaja aku bertemu denganya, kenapa?" Keana balik bertanya setelah menjelaskan siapa pria tadi.Arthur mengalihkan pandangannya, ia menatap dinding rumah. "Dia seperti orang jahat," komentar Arthur. Keana mengerinyit heran, kenapa Arthur bisa berfikiran seperti itu?"Jahat? Bagaimana kau bisa tahu?""Dia itu selalu mengajak Keana berbicara tidak hanya itu ia juga mencoba mendekati Keana, seolah-olah ingin merebut Keana dariku." Kalimat terakhir hanya mampu Arthur katakan hati.Keana terkekeh, kenapa Arthur aneh begini. A
"Jack, ada yang ingin ku bicarakan dengan mu," ujar Keana. Saat ini ada yang harus ini bicarakan dan ini penting.Jack menaikan alisnya, kenapa Keana tidak langsung mengatakannya saja? "Apa?"Keana melirik sekitarnya, di sini terlalu ramai. "Bisakah kita bicara di ruanganmu saja?" pinta Keana."Baiklah." Mereka pergi ke ruangan Jack. "Jadi apa?" tanya Jack, ia duduk di kursi kerjanya. Sedangkan Keana berdiri di depan.Keana terlihat agak ragu, gadis itu sesekali menghela nafas. "Aku ingin mengajukan pengurangan jam kerja, maksudku aku ingin bekerja sampai jam 3 dan kau boleh memotong gajiku." Keana menunduk dan meremas tangannya sendiri, Jack memang sahabatnya tapi tetap saja ia merasa tidak enak.Jack terdiam sama halnya dengan Keana yang berharap-harap cemas. "Baiklah, tapi apa alasannya?" Akhirnya Jack bersuara. Keana mengangkat wajahnya. Apa yang harus ia katakan? Apakah ia harus jujur jika
"Jack!"Keana terkejut begitu Jack datang dan memukul keras kepala Arthur dengan vas bunga hingga vas bunga itu pecah. Jack menghampiri Keana dan langsung menyingkirkan tubuh Arthur, mendorongnya hingga Arthur jatuh di lantai."Kau tidak apa-apa?" Jelas sekali raut cemas di wajah Jack, ia memindai tubuh Keana dari atas ke bawah. Jack membuka blazernya dan menutup bagian tubuh Keana yang terbuka.Jack merogoh ponselnya. "Aku akan lapor polisi." Jack mendial nomor polisi.Keana yang melihat itu panik. "Tunggu!" cegah Keana. Sebenarnya Keana merasa ada yang aneh, kenapa Arthur bisa melakukan ini. Arthur itu polos. Keana tahu itu.Jack menatap Keana. "Ada apa? Keana?" Jack heran, ini pelecehan dan pelaku harus dilaporkan. Kenapa Keana mencegahku."Ugh." Arthur mengusap kepalanya, lalu berdiri. Kepalanya sedikit terasa sakit kerena ia merasa terkejut luar biasa tadi. Ketika mel
"Ugh ...." Jack memegang kepalanya, saat kejadian tadi melintas di benaknya, langsung saja Jack terlonjak bangun. "Keana!" Jack menarik Keana dan menyembunyikan tubuh Keana di belakangnya. Arthur bukan manusia, dan bisa saja ia membahayakan Keana. Begitulah yang ada di pikiran Jack.Keana mendengus melihat apa yang dilakukan oleh Jack, padahal ia baru bangun dari pingsannya. Arthur sendiri menatap tidak suka pada Jack, Jack sama saja dengan pria jahat itu, mau memisahkanya dengan Keana, begitu pikirnya."Sudahlah Jack, jangan berlebihan." Keana memberikan teguran pada Jack. Ia maju agar ia berada di tengah-tengah Jack dan Arthur.Jack menatap Keana dengan kesal. "Aku tidak berlebihan, Keana. Bagaimana kau bisa tinggal dengan makhluk seperti dirinya?" sergah Jack. Keana memegangi keningnya, kenapa Jack bisa seoverprotektif ini padanya, jika Angelina melihat pasti akan terjadi salah paham."Keana punyak