Share

Bab 6

Keana telah bersiap siap, sore ini juga ia akan mengembalikan Arthur ke laut. Jam di dinding menunjukan pukul 5 dan rencananya Keana akan pergi mengantar Arthur ke tempat di mana ia menemukannya pertama kali.

"Ayo," ajak Keana lalu ia menarik tangan Arthur keluar rumah. Sebelum pergi ia memastikan pintu rumahnya terkunci rapat, meski tidak ada benda berharga tapi rumah yang dibobol maling itu sangat tidak bagus. Mereka bisa saja membuat rumah Keana nanti berantakan.

 "Aku akan mengantarmu ke tempat kita pertama kali bertemu, di sana tempatnya sepi, jadi akan akan aman." Arthur menoleh ketika Keana bersuara. "Oh, satu lagi, jangan lupakan aku,ya." Keana masih saja berceloteh walau tidak ditanggapi oleh Arthur. Pria itu hanya menatapnya.

Arthur masih saja diam sambil memperhatikan Keana, seperti ada sesuatu yang membuatnya tetap terpaku untuk menatap gadis itu.  Menatap paras cantik yang membuatnya tertarik. Lagi-lagi ia tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya.

Mereka tiba di jalan dekat pantai.  "Ada apa itu?" Keana menunjuk orang-orang yang berkumpul di tepi jalan. Lagi-lagi Arthur hanya diam. Mereka melanjutkan perjalanan menuju ke pantai.

Namun di pantai orang-orang semakin ramai, yang membuat Keana semakin heran adalah beberapa dari mereka membawa semacam jaring, perangkap dan benda lainnya. Padahal ini adalah pantai tempat rekreasi, sedangkan tempat kapal-kapal untuk menangkap ikan ada diujung sana.

Keana mendekati kerumunan orang-orang itu dengan tangan kirinya yang entah sejak bertautan dengan tangan kanan Arthur.

Ingin tahu apa yang terjadi, Keana memutuskan untuk bertanya. "Permisi, ini ada apa?" Keana bertanya pada seorang pria jangkung yang tengah membawa jaring.

"Kau tidak tahu?" tanya pria itu terkejut, sedangkan Keana menggeleng. Ia memang tidak tahu apa-apa.

Pria itu menghela nafas, lalu menceritakan. "Tadi malam disini ada manusia setengah ikan!" jawab pria itu.

Seketika Keana membulatkan matanya.

Deg!

"Dan kami berencana untuk menangkapnya," lanjut pria itu. Mengabaikan raut terkejut Keana yang ia pikir karena mendengar berita itu.

Spontan Keana mengeratkan pegangan tangannya pada tangan Arthur. Jadi, mereka akan menangkap Arthur? "Ahahaha, mana ada makhluk seperti itu." Keana tertawa sumbang. Ia tahu makhluk itu ada dan bahkan sekarang ia memegang tangannya. Hanya saja, entah kenapa Keana tidak menyukai orang-orang akan menangkap Arthur.

"Ini nyata, aku dan temanku kemarin melihatnya dengan mata kepala kami sendiri, awalnya kukira itu ikan besar tapi siapa menyangka itu adalah makhluk legenda. Bahkan kami hampir menangkapnya. Walau gagal, kami berhasil melukainya." Ucapan pria itu membuat Keana teringat luka di betis Arthur. Jadi, luka yang Arthur dapat klan berasal dari pria di depannya ini?

"Lalu, kenapa kalian mencarinya di sini?"

"Ah itu, makhluk itu kami kejar dari tempat kami biasanya menangkap ikan. Ah, kami juga mendapatkan sampel darahnya dan sekarang di teliti oleh ilmuwan." Penjelasan pria tadi membuat Keana meneguk ludahnya sendiri, ia tak bisa membayangkan Arthur menjadi objek penelitian. Tidak! Itu tidak boleh terjadi.

"Kalau begitu aku pergi dulu," kata pria itu. Keana memperhatikan punggung pria jangkung itu, pria yang akan menangkap Arthur.

"Arthur di sini tidak aman, ayo pulang!" Keana menarik tangan Arthur, dan memutuskan kembali pulang. Ini tidak aman, ia tidak mau Arthur tertangkap.

Dari arah berlawanan, dua anak kecil berlarian sambil membawa ember berisi air, mereka tertawa riang. Salah seorang anak itu berlari ke belakang Arthur sedangkan temannya mengejarnya, berniat menyiram temannya itu dengan air.

"Hahaha ... Kena kau."

Mata Keana membulat melihat air yang disiramkan anak kecil itu meleset, dan air itu mengarah kepada tubuh Arthur.

Byurr

~~~

Deg!

Basah.

Kejadian itu berlalu dengan cepat namun dimata Arthur itu seakan diperlambat. Tidak! Arthur tidak basah, tapi Keana. Keana melindungi Arthur dengan tubuhnya sendiri, dengan cepat ia memeluk Arthur hingga air itu mengenai punggungnya.

"Kau tidak apa?" Keana mendongkak menatap Arthur, lalu tatapannya turun melihat kaki Arthur yang kering.

Sukurlah, batin Keana. Hela nafas lega terdengar walau lirih. Keana lega. Kemudian Keana berbalik lalu menatap tajam kedua anak itu seraya berkacak pinggang.

"Hei! kalian harus hati-hati jika bermain, kalian bisa membahayakan orang lain!" ketus Keana pada kedua anak kecil itu. Membuat kedua anak kecil itu takut dan melarikan diri.

Arthur menatap Keana, tidak tahu apa yang ada di pikiran Arthur yang pasti kedua sudut bibir Arthur tertarik.

"Sial, jadi basah." Keana mengusap pundaknya yang juga terkena air lalu berjalan menjauhi pantai diikuti Arthur di belakangnya.

~~~

"Keana!" Keana menoleh mendengar seseorang yang meneriakkan namanya. Suara itu terdengar dekat.

Keana menoleh dan menemukan sahabat bersama kekasihnya ada di sini. "Jack? Angelina? Kenapa kalian ada disini?" Keana menatap bingung pasangan di depannya ini.

"Ini pantai dan ini tempat yang bagus untuk menghabiskan sore dengan kekasihku," kata Jack. Tak lupa ia merangkul Angelina yang ada di sampingnya.

"Aku dengar ada yang melihat duyung disini," ujar Angelina dengan ketus. Ya, sepertinya ia tak bisa menerima jika Jack bersahabat dengan Keana.

Keana hanya tersenyum kikuk, kenapa banyak sekali orang yang tertarik dengan duyung?

"Oh, siapa ini?" Jack menatap Arthur yang tiba-tiba berdiri di samping Keana tidak hanya itu Arthur juga menggenggam tangan Keana.

"A-anu, ini Arthur, dia temanku," ucap Keana terbata, sebenarnya ia tidak siap untuk mengenalkan Arthur kepada Jack sekarang ini.

Jack meneliti pakaian Arthur, memandangnya dari atas sampai bawah. Apa-apaan ini pakaiannya. Terlalu kecil. Dan kenapa juga ia menggenggam tangan Keana. Batin Jack.

"Kau yakin?" Angelina bertanya dan diangguki oleh Keana.

"Aku Jack dan ini Angelina, kekasihku," ucap Jack memperkenalkan diri, ia juga mengulurkan tangannya.

Melihatnya Keana gelagapan, ia menunduk lalu menggaruk pipinya. Apa yang harus ia lakukan? Matanya bergerak liar, otaknya berpikir alasan yang tepat untuk mengatakan kepada Jack jika Arthur tidak bisa berbicara.

"A-ah, Jack sebenarnya Arthur itu agak ... Umm maksudku bi-"

"Arthur." Ucapan Keana terpotong saat mendengar suara berat dan serak milik Arthur. Spontan Keana menoleh, dilihatnya Arthur berjabat tangan dengan Jack.

Apa?

Lelucon macam apa ini?!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status