Keana telah bersiap siap, sore ini juga ia akan mengembalikan Arthur ke laut. Jam di dinding menunjukan pukul 5 dan rencananya Keana akan pergi mengantar Arthur ke tempat di mana ia menemukannya pertama kali.
"Ayo," ajak Keana lalu ia menarik tangan Arthur keluar rumah. Sebelum pergi ia memastikan pintu rumahnya terkunci rapat, meski tidak ada benda berharga tapi rumah yang dibobol maling itu sangat tidak bagus. Mereka bisa saja membuat rumah Keana nanti berantakan.
"Aku akan mengantarmu ke tempat kita pertama kali bertemu, di sana tempatnya sepi, jadi akan akan aman." Arthur menoleh ketika Keana bersuara. "Oh, satu lagi, jangan lupakan aku,ya." Keana masih saja berceloteh walau tidak ditanggapi oleh Arthur. Pria itu hanya menatapnya.
Arthur masih saja diam sambil memperhatikan Keana, seperti ada sesuatu yang membuatnya tetap terpaku untuk menatap gadis itu. Menatap paras cantik yang membuatnya tertarik. Lagi-lagi ia tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya.
Mereka tiba di jalan dekat pantai. "Ada apa itu?" Keana menunjuk orang-orang yang berkumpul di tepi jalan. Lagi-lagi Arthur hanya diam. Mereka melanjutkan perjalanan menuju ke pantai.
Namun di pantai orang-orang semakin ramai, yang membuat Keana semakin heran adalah beberapa dari mereka membawa semacam jaring, perangkap dan benda lainnya. Padahal ini adalah pantai tempat rekreasi, sedangkan tempat kapal-kapal untuk menangkap ikan ada diujung sana.
Keana mendekati kerumunan orang-orang itu dengan tangan kirinya yang entah sejak bertautan dengan tangan kanan Arthur.
Ingin tahu apa yang terjadi, Keana memutuskan untuk bertanya. "Permisi, ini ada apa?" Keana bertanya pada seorang pria jangkung yang tengah membawa jaring.
"Kau tidak tahu?" tanya pria itu terkejut, sedangkan Keana menggeleng. Ia memang tidak tahu apa-apa.
Pria itu menghela nafas, lalu menceritakan. "Tadi malam disini ada manusia setengah ikan!" jawab pria itu.
Seketika Keana membulatkan matanya.
Deg!
"Dan kami berencana untuk menangkapnya," lanjut pria itu. Mengabaikan raut terkejut Keana yang ia pikir karena mendengar berita itu.
Spontan Keana mengeratkan pegangan tangannya pada tangan Arthur. Jadi, mereka akan menangkap Arthur? "Ahahaha, mana ada makhluk seperti itu." Keana tertawa sumbang. Ia tahu makhluk itu ada dan bahkan sekarang ia memegang tangannya. Hanya saja, entah kenapa Keana tidak menyukai orang-orang akan menangkap Arthur.
"Ini nyata, aku dan temanku kemarin melihatnya dengan mata kepala kami sendiri, awalnya kukira itu ikan besar tapi siapa menyangka itu adalah makhluk legenda. Bahkan kami hampir menangkapnya. Walau gagal, kami berhasil melukainya." Ucapan pria itu membuat Keana teringat luka di betis Arthur. Jadi, luka yang Arthur dapat klan berasal dari pria di depannya ini?
"Lalu, kenapa kalian mencarinya di sini?"
"Ah itu, makhluk itu kami kejar dari tempat kami biasanya menangkap ikan. Ah, kami juga mendapatkan sampel darahnya dan sekarang di teliti oleh ilmuwan." Penjelasan pria tadi membuat Keana meneguk ludahnya sendiri, ia tak bisa membayangkan Arthur menjadi objek penelitian. Tidak! Itu tidak boleh terjadi.
"Kalau begitu aku pergi dulu," kata pria itu. Keana memperhatikan punggung pria jangkung itu, pria yang akan menangkap Arthur.
"Arthur di sini tidak aman, ayo pulang!" Keana menarik tangan Arthur, dan memutuskan kembali pulang. Ini tidak aman, ia tidak mau Arthur tertangkap.
Dari arah berlawanan, dua anak kecil berlarian sambil membawa ember berisi air, mereka tertawa riang. Salah seorang anak itu berlari ke belakang Arthur sedangkan temannya mengejarnya, berniat menyiram temannya itu dengan air.
"Hahaha ... Kena kau."
Mata Keana membulat melihat air yang disiramkan anak kecil itu meleset, dan air itu mengarah kepada tubuh Arthur.
Byurr
~~~
Deg!
Basah.
Kejadian itu berlalu dengan cepat namun dimata Arthur itu seakan diperlambat. Tidak! Arthur tidak basah, tapi Keana. Keana melindungi Arthur dengan tubuhnya sendiri, dengan cepat ia memeluk Arthur hingga air itu mengenai punggungnya."Kau tidak apa?" Keana mendongkak menatap Arthur, lalu tatapannya turun melihat kaki Arthur yang kering.
Sukurlah, batin Keana. Hela nafas lega terdengar walau lirih. Keana lega. Kemudian Keana berbalik lalu menatap tajam kedua anak itu seraya berkacak pinggang.
"Hei! kalian harus hati-hati jika bermain, kalian bisa membahayakan orang lain!" ketus Keana pada kedua anak kecil itu. Membuat kedua anak kecil itu takut dan melarikan diri.
Arthur menatap Keana, tidak tahu apa yang ada di pikiran Arthur yang pasti kedua sudut bibir Arthur tertarik.
"Sial, jadi basah." Keana mengusap pundaknya yang juga terkena air lalu berjalan menjauhi pantai diikuti Arthur di belakangnya.
~~~
"Keana!" Keana menoleh mendengar seseorang yang meneriakkan namanya. Suara itu terdengar dekat.
Keana menoleh dan menemukan sahabat bersama kekasihnya ada di sini. "Jack? Angelina? Kenapa kalian ada disini?" Keana menatap bingung pasangan di depannya ini.
"Ini pantai dan ini tempat yang bagus untuk menghabiskan sore dengan kekasihku," kata Jack. Tak lupa ia merangkul Angelina yang ada di sampingnya.
"Aku dengar ada yang melihat duyung disini," ujar Angelina dengan ketus. Ya, sepertinya ia tak bisa menerima jika Jack bersahabat dengan Keana.
Keana hanya tersenyum kikuk, kenapa banyak sekali orang yang tertarik dengan duyung?
"Oh, siapa ini?" Jack menatap Arthur yang tiba-tiba berdiri di samping Keana tidak hanya itu Arthur juga menggenggam tangan Keana.
"A-anu, ini Arthur, dia temanku," ucap Keana terbata, sebenarnya ia tidak siap untuk mengenalkan Arthur kepada Jack sekarang ini.
Jack meneliti pakaian Arthur, memandangnya dari atas sampai bawah. Apa-apaan ini pakaiannya. Terlalu kecil. Dan kenapa juga ia menggenggam tangan Keana. Batin Jack.
"Kau yakin?" Angelina bertanya dan diangguki oleh Keana.
"Aku Jack dan ini Angelina, kekasihku," ucap Jack memperkenalkan diri, ia juga mengulurkan tangannya.
Melihatnya Keana gelagapan, ia menunduk lalu menggaruk pipinya. Apa yang harus ia lakukan? Matanya bergerak liar, otaknya berpikir alasan yang tepat untuk mengatakan kepada Jack jika Arthur tidak bisa berbicara.
"A-ah, Jack sebenarnya Arthur itu agak ... Umm maksudku bi-"
"Arthur." Ucapan Keana terpotong saat mendengar suara berat dan serak milik Arthur. Spontan Keana menoleh, dilihatnya Arthur berjabat tangan dengan Jack.
Apa?
Lelucon macam apa ini?!Keana melongo, sedangkan Arthur telah melepaskan jabatan tangannya dengan Jack. Tapi buru-buru Keana menguasai diri. Tapi, sungguh, Arthur yang tiba-tiba berbicara itu sangat mengejutkannya. Semenjak tadi pria itu hanya diam, seperti tidak tahu apa-apa."Kalian sendiri kenapa ada di sini?" Jack bertanya kepada Keana. Sedikit curiga karena tidak biasanya Keana berjalan-jalan dengan seorang pria yang terlihat seperti 25 tahu ini."A-aku hanya ingin jalan-jalan, dan kebetulan aku bertemu dengan Arthur di sini," jelas Keana dengan kebohongannya, dalam hati ia meringis karena banyaknya kebohongannya hari ini. Maafkan aku, Jack."Benarkah? Bukan kencan?" Angelina bersidekap menatap pasangan di depannya, dengan cepat Keana melepaskan genggaman tangan Arthur."Tentu saja bukan!" bantah Keana."Okay, kalau begitu aku dan Angelina pergi dulu." Jack dan Angelina pun berlalu, meninggalkan Arthur d
"Aku akan bekerja, kau tunggu saja di rumah, aku juga sudah meninggalkan makan untuk makan siang mu nanti," ujar Keana seraya memakai sepatunya, tidak mungkin rasanya jika ia membawa Arthur ikut bersamanya nanti Jack pasti akan bertanya-tanya. Jack memang cerewet, tapi begitu peduli kepada. Sahabat pirangnya itu memang selalu begitu."Apakah tidak boleh ikut?" Arthur menatap Keana memohon. Ia ingin ikut dengan Keana.Keana menggeleng. "Tidak bisa, ini pakailah ponselku dari pada kau bosan dirumah." Keana menyodorkan ponselnya kepada Arthur. Arthur menerimanya tapi jelas sekali raut tidak rela di wajahnya."Tapi-""Di rumah saja, nanti aku usahakan cepat pulang," potong Keana. Arthur sudah seperti anak kecil saja ya g minta dibawa.Arthur menunduk, ada rasa tidak rela di dalam hatinya ketika Keana melangkahkan kakinya keluar dari rumah. Arthur tidak ingin kesepian."Dah ...
TokTokTok"Arthur!" Keana mengetuk pintu depan rumahnya, namun tidak ada jawaban. Kembali Keana mengetuknya tapi sama saja. Tidak ada respon. Keana memutuskan untuk mendorong pintu yang tidak dikunci itu lalu masuk dalam rumah."Astaga!" Di atas lantai sana, Arthur sedang tidur dengan posisi tengkurap, Keana menggelengkan kepalanya lalu mendekati Arthur. Padahal ada kasur angin yang bisa digelar untuk tidur, tapi Arthur malah memilih untuk tidur di lantai."Hei, Arthur," panggil Keana pada Arthur yang tak kunjung bangun. Keana menggoyangkan bahu Arthur, pria ini harus bangun.Usaha Keana berhasil, Arthur perlahan membuka matanya, menguceknya lalu duduk. "Keana!" Arthur yang melihat Keana langsung saja menghambur memeluknya, hingga gadis itu terjungkal ke belakang dengan posisi Arthur yang menindihnya."Aduh, berat," protes Keana sembari mendorong dada Arthur yang menghimpitnya. Ap
"Keana, pria tadi siapa?" tanya Arthur begitu mereka telah sampai di rumah, saat ini jam menunjukan pukul 6 sore dengan langit yang tadinya berwarna biru telah berganti dengan warna oranye. Mereka cukup lama menghabiskan waktu.Keana menatap Arthur, ia bisa menangkap nada jengkel yang pria itu katakan. Meski tidak terlalu kentara. "Arlan? Dia hanya kenalan, tadi tidak sengaja aku bertemu denganya, kenapa?" Keana balik bertanya setelah menjelaskan siapa pria tadi.Arthur mengalihkan pandangannya, ia menatap dinding rumah. "Dia seperti orang jahat," komentar Arthur. Keana mengerinyit heran, kenapa Arthur bisa berfikiran seperti itu?"Jahat? Bagaimana kau bisa tahu?""Dia itu selalu mengajak Keana berbicara tidak hanya itu ia juga mencoba mendekati Keana, seolah-olah ingin merebut Keana dariku." Kalimat terakhir hanya mampu Arthur katakan hati.Keana terkekeh, kenapa Arthur aneh begini. A
"Jack, ada yang ingin ku bicarakan dengan mu," ujar Keana. Saat ini ada yang harus ini bicarakan dan ini penting.Jack menaikan alisnya, kenapa Keana tidak langsung mengatakannya saja? "Apa?"Keana melirik sekitarnya, di sini terlalu ramai. "Bisakah kita bicara di ruanganmu saja?" pinta Keana."Baiklah." Mereka pergi ke ruangan Jack. "Jadi apa?" tanya Jack, ia duduk di kursi kerjanya. Sedangkan Keana berdiri di depan.Keana terlihat agak ragu, gadis itu sesekali menghela nafas. "Aku ingin mengajukan pengurangan jam kerja, maksudku aku ingin bekerja sampai jam 3 dan kau boleh memotong gajiku." Keana menunduk dan meremas tangannya sendiri, Jack memang sahabatnya tapi tetap saja ia merasa tidak enak.Jack terdiam sama halnya dengan Keana yang berharap-harap cemas. "Baiklah, tapi apa alasannya?" Akhirnya Jack bersuara. Keana mengangkat wajahnya. Apa yang harus ia katakan? Apakah ia harus jujur jika
"Jack!"Keana terkejut begitu Jack datang dan memukul keras kepala Arthur dengan vas bunga hingga vas bunga itu pecah. Jack menghampiri Keana dan langsung menyingkirkan tubuh Arthur, mendorongnya hingga Arthur jatuh di lantai."Kau tidak apa-apa?" Jelas sekali raut cemas di wajah Jack, ia memindai tubuh Keana dari atas ke bawah. Jack membuka blazernya dan menutup bagian tubuh Keana yang terbuka.Jack merogoh ponselnya. "Aku akan lapor polisi." Jack mendial nomor polisi.Keana yang melihat itu panik. "Tunggu!" cegah Keana. Sebenarnya Keana merasa ada yang aneh, kenapa Arthur bisa melakukan ini. Arthur itu polos. Keana tahu itu.Jack menatap Keana. "Ada apa? Keana?" Jack heran, ini pelecehan dan pelaku harus dilaporkan. Kenapa Keana mencegahku."Ugh." Arthur mengusap kepalanya, lalu berdiri. Kepalanya sedikit terasa sakit kerena ia merasa terkejut luar biasa tadi. Ketika mel
"Ugh ...." Jack memegang kepalanya, saat kejadian tadi melintas di benaknya, langsung saja Jack terlonjak bangun. "Keana!" Jack menarik Keana dan menyembunyikan tubuh Keana di belakangnya. Arthur bukan manusia, dan bisa saja ia membahayakan Keana. Begitulah yang ada di pikiran Jack.Keana mendengus melihat apa yang dilakukan oleh Jack, padahal ia baru bangun dari pingsannya. Arthur sendiri menatap tidak suka pada Jack, Jack sama saja dengan pria jahat itu, mau memisahkanya dengan Keana, begitu pikirnya."Sudahlah Jack, jangan berlebihan." Keana memberikan teguran pada Jack. Ia maju agar ia berada di tengah-tengah Jack dan Arthur.Jack menatap Keana dengan kesal. "Aku tidak berlebihan, Keana. Bagaimana kau bisa tinggal dengan makhluk seperti dirinya?" sergah Jack. Keana memegangi keningnya, kenapa Jack bisa seoverprotektif ini padanya, jika Angelina melihat pasti akan terjadi salah paham."Keana punyak
Pria 26 tahun itu mengusap wajahnya, lagi-lagi mimpi itu, mimpi yang selalu menghiasi tidur lelapnya. Gadis yang selalu hadir dalam mimpi-mimpinya, gadis yang memandangnya berbeda dan satu-satunya gadis yang tidak peduli dengan statusnya anak siapa. Ia bangkit dari ranjangnya, ia harus mempersiapkan sesuatu. Hari ini ada operasi dan ia harus melakukannya.Pria itu melangkahkan kakinya memuju sebuah ruangan, tak lama kemudian ia keluar dengan memakai baju operasi lengkap dengan sarung tangan dan masker. Pria dengan warna rambut cokelat itu melangkah menuju tempatnya yang akan melakukan operasi."Tidak! Kumohon jangan lakukan ini." Suara itu menjadi penyambutnya ketika ia memasuki ruangan dimana ia akan melakukan operasi. Di atas ranjang sana, terbaring seorang wanita dengan tangan dan kaki yang terikat. Di sampingnya berdiri beberapa pria yang berpakaian sama seperti dirinya.Dia mengambil beberapa pisau bedah yang akan