Share

06. Masa Lalu (Tuduhan)

Bram sejak awal bergabung dengan Xander Corp, memiliki niat licik ingin merebut secara perlahan perusahaan Xander Corp, tetapi selalu gagal. Akan tetapi, keesokan harinya Bram kembali berkunjung ke rumah keluarga Alexander, mulai mencoba menjalankan rencana liciknya lagi, Bram berjalan mengendap-endap menuju ruang kerja milik Rivo, langsung mendekati tempat penyimpanan, berkas penting.

Bersamaan dengan Rafan baru, yang saja keluar dari kamarnya. Seperti biasa ingin pergi ke halaman belakang rumah.

Lagi pula tidak ada rapat?

Rafan mulai melangkah di setiap anak tangga, hingga sampai dipijakan terakhir. Kemudian, berjalan menuju pintu keluar, tetapi langkahnya terhenti saat melewati ruang kerja Rivo. Rafan melihat Bram sedang mencari sesuatu, awalnya mengabaikan dan berniat pergi menuju halaman belakang, tapi terhenti lagi ketika Bram menyadari kehadirannya.

“Ini dia berk—” ucap Bram terhenti saat melihat Rafan, lalu mendekat ke arahnya. “Jika kau mengadu, kau akan kena akibatnya!” Bram langsung mengancam Rafan, di satu sisi panik. Karena takut perbuatannya—ketahuan.

Rafan tidak peduli dengan ancaman itu, tetapi saat melihat berkas milik Rivo diambil Bram, Rafan langsung bertindak—mencoba merebutnya.

“Itu milik ayah!” balas Rafan tidak peduli dengan ancaman, sambil menunjuk ke arah berkas yang dipegang Bram.

“Masalah!” balas Bram mulai kesal, karena rencananya terganggu oleh Rafan.

Sial pengganggu! Sepertinya aku harus melakukan sesuatu. Supaya niat licikku tidak terbongkar.

Bram tersenyum licik, lalu diam-diam mengeluarkan korek api yang tersimpan di saku celananya.

“Kembalikan!” pinta Rafan, berhasil merebutnya dari tangan Bram.

Saat ingin meletakannya kembali di tempat semula, gagal. Bram langsung merebut berkas itu lagi, lalu membakarnya di hadapan Rafan. Bersamaan Rivo masuk ke ruang kerjanya, dan melihat ada berkas yang terbakar langsung panik.

“Itu berkas hasil rapat kemarin, siapa yang membakarnya!” teriak Rivo, melihat berkasnya hangus dilalap api.

“Dia, aku melihatnya tadi!” sahut Bram, dengan liciknya langsung menuduh Rafan.

“Bukan ak—”

Rivo semakin kesal, langsung menampar keras tanpa memberikan kesempatan Rafan untuk menjelaskan.

“Diam! Beraninya kau membakar berkas itu! Pergi kau!” teriak Rivo muak.

Rafan hanya diam dan mulai menatap datar mereka, pikirannya kosong setelah dibentak dan ditampar keras, Rafan memegangi kepalanya. Lalu tersentak dan merasa tangannya dicekal, lalu ditarik paksa oleh Rivo keluar dari rumah dan mengusirnya.

Bram tersenyum licik melihatnya, lalu mengirim pesan singkat ke pembunuh bayaran yang selalu dia sewa untuk rencana liciknya. Untuk membunuh Rafan, menurutnya akan menjadi ancaman terbesar.

Haha! Ya mereka semua munafik!

Rafan pergi dari rumah, sebelum itu melirik sebentar dan melihat jelas senyum licik Bram.

Refan yang melihat Rafan diusir oleh Rivo, langsung berteriak memanggilnya, tetapi Refan ditarik paksa oleh Risa ke dalam rumah. Refan hanya bisa menatap kepergian Rafan.

****

Rafan terus berjalan, lalu menoleh ke belakang. Karena merasa diikuti seseorang, ternyata ada lima orang yang mengikuti dan langsung mendekatinya.

“Kejar dia!”

Rafan langsung lari cepat menghindar dari mereka, tapi gagal dan berhasil tertangkap.

“Lep—emphh!” teriak Rafan terpotong, mulutnya dibekap oleh mereka.

Lalu membawanya pergi, ke arah gang sempit yang jarang dilewati, Rafan berusaha melawan mereka, tapi gagal. Karena saat itu dia tidak berdaya.

“Lep—” teriakan Rafan kembali terpotong, karena mereka menendang dan menusuk perutnya.

Semakin memukul dan menendang keras tubuhnya, hingga lebam dan membiru. Bahkan dengan sengaja, menginjak keras dada kirinya.

“Mati kau!”

Arrrghh! Lep—aargghh!”

Rafan benar-benar tidak berdaya, terus berteriak kesakitan. Akan tetapi, mereka semakin memukuli, menendang, bahkan menusuk tubuhnya.

****

Mereka masih menyiksanya dengan terus menusuk pisau ke perut Rafan dan kembali memukulinya hingga wajah bahkan seluruh tubuhnya membiru dan lebam, membuat Rafan tidak bisa bergerak.

Melihat Rafan tidak bergerak, mulai berpikir Rafan sudah mati, mereka langsung menghubungi Bram bahwa berhasil membunuhnya. Tanpa disadari oleh mereka, Rafan masih tersadar dan samar-samar mendengar percakapan mereka.

Pembunuhan berencana kah?

Rafan tetap diam, bersamaan merasa tubuhnya terangkat.

Ternyata mereka membawa tubuh Rafan ke arah jurang curam lalu melemparnya, dan pergi begitu saja. Sedangkan Rafan, terus berguling ke dalam jurang hingga menghantam batu besar dan bersimbah darah.

Sshh sa-sakit,” ucap Rafan lirih, berhasil bangkit dan jalan terseok-seok untuk keluar dari jurang. Rafan terus berjalan, hingga berhasil sampai di jalan besar.

Ssshh, aku bisa kehabisan darah!

Rafan menahan rasa sakit, sambil memegangi kepala dan perutnya yang terus mengalir darah. Lalu ambruk karena sudah tidak kuat berjalan lagi, tubuhnya lemas dan sudah sulit digerakkan. Rafan hanya diam terbaring di jalanan sambil melihat darahnya yang terus keluar banyak.

Hee, ini darahku kah? Sshh, sakit juga ya? Padahal sering melukai tubuhku sendiri. Uhh aku kedinginan, apa aku akan mati?

Rafan, masih terbaring lemah di jalanan. Lalu merasa ada yang mendekat. Rafan melihat sebentar, ternyata ada polisi dan melihat keadaan Rafan sekarat, langsung membawanya masuk ke dalam mobil. Rafan diam saja, lalu semuanya gelap.

Sampai di rumah sakit, Rafan langsung dibawa ke ICU dan ditangani oleh dokter. Kondisinya sangat parah, dan mengalami koma.

****

Rafan masih terbaring koma, alat bantu pernapasan masih terpasang dan selang infusan juga. Bagian kepala diperban dan perutnya juga karena mengalami luka tusuk untung saja tidak terlalu dalam. Akan tetapi, Rafan kehilangan banyak darah. Apabila tidak ditangani dengan cepat nyawanya tidak akan tertolong.

“Bagaimana keadaanya?” tanya Polisi.

“Dia koma, kondisinya sangat lemah,” jelas Dokter.

Setelah itu, mereka meninggalkan ruang ICU tempat Rafan terbaring koma.

Mereka tidak sadar, anak kecil yang mereka tolong adalah anak sulung Alexander, yang disembunyikan dari publik. Karena Rafan mengalami luka lebam hingga membiru di seluruh tubuhnya, hal itu membuat polisi tidak mengenalinya.

Setiap hari polisi selalu datang, untuk bertanya tentang keadaan Rafan. Ternyata masih koma, bahkan sudah enam bulan lebih belum ada tanda-tanda Rafan akan sadar.

“Kemungkinan dia koma dalam waktu yang lama,” jelas Dokter, lalu pergi dari ruang ICU.

****

Sudah satu tahun, Rafan masih terbaring koma. Terlihat suster sedang mengecek keadaanya, kemudian pergi untuk mengecek pasien lain. Setelah suster pergi, terlihat jari Rafan bergerak dan perlahan membuka matanya, mulai melihat sekelilingnya saat ingin bangun, tubuhnya langsung sakit dan kaku.

Di rumah sakit kah?

Rafan meringis pelan, kembali berbaring.

Kebetulan ada suster lain yang masuk ke ruang ICU dan melihat Rafan sadar, langsung memanggil dokter. Dokter datang langsung memeriksa keadaannya, dan melepas alat bantu pernapasan karena sudah stabil.

“Satu tahun kau koma, lukamu sangat parah. Sebenarnya apa yang terjadi padamu?” tanya Dokter pelan.

Akan tetapi Rafan, tidak menjawab dan dokter pun tidak memaksanya.

“Lebih baik kau istirahat lagi,” ucap Dokter, lalu pergi meninggalkan Rafan sendirian.

“Hee, lama juga aku tertidur. Mereka benar-benar membuatku hampir mati,” gumam Rafan, sambil mengingat kejadian yang menimpanya.

Pintu terbuka, tenyata polisi datang untuk melihat keadaannya setelah dikabari oleh pihak rumah sakit.

“Kau baik-baik saja?” tanya Polisi.

“Ya.” Rafan hanya membalas singkat.

“Apa kau ingat apa yang terjadi padamu?” tanya Polisi, mencoba memastikan.

“Tidak, aku lupa.” Rafan menggeleng dan sengaja bohong pada polisi.

Sebaiknya tidak aku beritahu, karena aku ingin membalasnya sendiri perbuatan mereka!

Rafan mulai melirik datar polisi.

“Hm, baiklah kau istirahat saja. Kami akan datang lagi.” Setelahnya, polisi pergi untuk patroli lagi.

Rafan masih harus dirawat di rumah sakit, untuk pemulihan agar tubuhnya tidak kaku setelah mengalami koma. Perlahan, kondisi tubuhnya mulai membaik. Terbukti sesekali terlihat, keluar dari kamar inapnya—guna menghilangkan rasa bosan akibat terus-menerus berada di kamar inap.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status