Share

03 • Konflik dan Duel

Sekarang didalam kamarnya, William berdiri dengan mengenakan pakaian kemeja tipis berwarna hitam yang dimasukkan ke dalam celana panjang hitam. Di celana panjang yang di kenakannya terdapat kait untuk menaruh sarung pedang di samping kanan dan kirinya.

Itu adalah pakaian yang sering dia pakai untuk latihan. William sekarang sedang memilih pedang yang ada di depannya untuk digunakannya latihan.

William berencana untuk berlatih pedang, yang merupakan rutinitas hariannya.

William mengeluarkan pedang yang dia ambil dari sarungnya dan melihatnya.

"Hm, sepertinya pedang ini sudah mulai tumpul," gumam William sambil mengamati pedang yang dia pegang.

Pedang yang dipegangnya terlihat sudah banyak goresan pada permukaannya, dan lekukan bekas menghantam benda keras pada bagian bilah tajamnya.

Itu adalah pedang yang sebenarnya tidak layak lagi untuk digunakan, tetapi karena ini hanya latihan, William menganggap itu tidak terlalu penting.

"Hahh, apa boleh buat."

Sambil Mendesah, William memasukkan pedangnya kembali ke dalam sarungnya, dan membawanya.

William berjalan meninggalkan kamarnya, dan menuju tempat latihan.

Saat William membuka pintu kamarnya, dia melihat seseorang berdiri di sana.

Itu adalah Reny.

Penasaran dengan sosok Reny yang ada di depan kamarnya, dia bertanya kepadanya.

"Apa yang sedang kamu lakukan di sini?" tanya William.

"Maafkan jika aku mengganggu Pangeran. Tetapi Pangeran, ijinkan saya untuk mengawalmu, Pangeran," balas Reny Dengan sedikit membungkuk kearah William.

"Itu tidak perlu, aku hanya pergi latihan," kata William dengan ekspresi tidak nyaman.

William menolaknya, dan berdalih bahwa dia hanya pergi berlatih sehingga tidak perlu pengawalan.

Reny sudah menduga bahwa ini mungkin akan terjadi.

"Kalau begitu, izinkan saya untuk menemanimu pangeran," kata Reny sambil membungkuk dan memohon kepada William.

William tidak tahu harus menjawab apa lagi.  

Jika dia menolaknya itu sama saja dengan dia melarangnya, dan pasti akan membuatnya dipandang buruk. William hanya tidak ingin orang yang membencinya bertambah. 

'Ini, sangat tidak nyaman,' keluh William dihatinya

"Lakukan sesuka mu," jawab William dengan nada pelan, sambil berjalan tanpa menoleh ke arah Reny.

Sama seperti dia tidak peduli dengan apa yang ingin dilakukan Reny, karena sebenarnya tidak perlu bagi Renny untuk meminta persetujuannya.

Reny hanya tersenyum, melihat tingkah laku dingin William kepadanya. 

"Terima kasih, Pangeran," ucap Reny, sambil tersenyum.

William terus berjalan menuju tempat latihan, dengan perasaan tidak nyaman. Dia yang biasanya sendiri, sekarang diikuti Reny di belakangnya.

★★★

Beberapa saat kemudian William sampai di tempat latihan.

Itu adalah sebuah area terbuka seukuran dengan lapangan sepak bola.

Terlihat ada beberapa orang di sana yang juga sedang berlatih bersama teman-teman mereka.

Sedangkan William selalu berlatih sendiri di sudut lapangan.

Tidak biasanya dirinya berlatih jam segini. William lebih sering berlatih di sini sebelum matahari terbit. Tetapi karena dia ingin mengunjungi taman, dan juga karena panggilan ayahnya. Membuatnya terlambat dari waktu biasanya.

Ketika William berjalan, tiba-tiba William mendengar suara orang-orang yang dia lewati berbisik-bisik dengan orang-orang disebelahnya.

William sudah tau kalau mereka sedang berbisik membicarakannya.

William tidak memperdulikan mereka dan terus berjalan. Hal ini sudah dianggapnya sebagai rutinitasnya selama latihan.

William melirik sekilas kearah mereka. Matanya dan mata mereka saling bertemu.

William terus berjalan dan menghiraukannya.

William mengenalnya, dia adalah Lucas anak dari Komandan kesatria, yang juga sering berlatih di tempat ini.

Sedangkan orang yang ada di sekitarnya adalah bisa disebut sebagai pengikutnya.

"Hey, lihat-lihat siapa ini, ternyata si sampah." Lukas sambil tersenyum mengejek.

"""Hahahaha,"'" semua orang di sekeliling Lucas tertawa, karena perkataan Lucas.

William tidak menanggapinya, dia hanya diam dan terus berjalan. Tetapi,-

"Beraninya mereka!" gerutu Reny saat melihat bagaimana tuannya di lecehkan.

Reny langsung dalam posisi siap mengambil pedangnya dari tempatnya.

Tetapi, William yang menyadarinya langsung mencegahnya.

"Pangeran?!" Reny tercengang kaget. Melihat William mengahalanginya, sambil memegang tangannya.

"Hentikan Reny! Aku di sini untuk latihan, bukan untuk mencari masalah!" tegur William, sambil menatap serius ke arah Reny.

"Ba-Baik tuan," jawab Reny.

Saat Reny melihat William yang menatapnya, entah mengapa dia menjadi gugup.

Kegugupan yang Reny raasakan kali ini berbeda. Berbeda jauh dengan saat dirinya bertemu dengan seseorang yang berstatus lebih tinggi darinya. Ini seperti dia bertemu seseorang yang menatapnya dengan sangat dingin.

"Hee, jadi sekarang kau membawa ajudan bersamamu? Apa mungkin karena kamu takut jika terluka?" ejek Lucas.

Tidak ada jawaban dari mulut William, tetapi seseorang yang didekat Lucas malah menjawab menyetujuinya.

"Iya, benar tuan," balas salah satu bawahan sambil tersenyum sinis.

"Sepertinya dia sudah sadar, bahwa dia itu hanya sampah, hahahaha," ejek Lucas sambil tertawa lepas.

""""Hahahaha."""""

Para bawahannya yang tertawa, mengikuti tawa Lucas.

William hanya diam melihat mereka yang menertawakannya. Dia berbalik dan kembali berjalan, dia sama sekali tidak menghiraukan mereka.

Lucas marah karena diperlakukan seperti angin yang tidak menarik oleh William,dan berteriak ke arahnya.

"Oy sampah! berani sekali mengabaikan ku!" Bentak Lucas sambil berteriak ke arah William.

Reny yang mendengar sekali lagi bagaimana tuannya dilecehkan di depannya, benar-benar sudah tidak bisa menahan emosinya lagi.

Reny berbalik dan menarik pedangnya dari sarungnya.

"BERANINYAAA!" Reny sambil berlari kearah Lucas dengan Wajah penuh dengan amarah.

"Reny!" panggil William yang panik.

Reny berlari tanpa memperdulikan panggilan William, dan berlari lurus ke arah Lucas dengan niat membunuh.

Saat Reny siap menghujamkan pedangnya ke arah Lucas,

"Hentikan!"

Tiba-tiba ada seseorang yang melompat ke depan Reny, dengan melebarkan kedua tangannya ke samping, menghadangnya sambil berteriak.

Dia seorang wanita muda dengan rambut Merah panjang yang terikat kebelakang, dengan sepasang bola mata berwarna biru seperti permata, kulitnya yang seperti salju menambah keindahan bagi siapa pun yang melihatnya.

Dia bernama Rose Van Rastain, putri kelima perdana menteri Rustar Van Rastain, dan dia seumuran dengan William.

Reny yang kaget dengan tindakan Rose, dengan sigap berhenti tepat di depan Rose.

"Reny! Jika kamu tidak bisa mematuhi ku lebih baik kamu kembali saja!" Bentak William, memperingatkan Reny.

Reny yang mendengar tuannya yang membentak marah kepadanya, mulai tersadar akan tindakannya. Reny pun kembali memasukkan pedangnya ke dalam sarungnya.

Dan segera bergegas ke tempat William, lalu berlutut di depannya.

"Maafkan atas tindakan ceroboh ku, Pangeran," ucap Reny dengan penuh penyesalan sambil menunduk kearah William. "Aku hanya tidak bisa menahan perasaan ku, saat melihat Pangeran dilecehkan seperti tadi." Reny kepalanya lebih dalam. "Jadi aku mohon, maafkan aku pangeran."

William mengangguk sambil berkata. "Jangan ulangi lagi," ucap William dengan nada tegas.

"Baik, Jika memang itu perintah mu Pangeran," balas Reny.

Setelah Reny menjawabnya, William berjalan ke arah Rose dan menundukkan kepalanya, sambil berkata.

"Nona Rose, terima kasih sudah menghentikan pengawal ku... jika tidak, mungkin hal buruk akan terjadi, dan aku benar-benar sangat berterima kasih," ucap William.

Jika tidak ada Rose, entah apa yang terjadi pada Lucas. William benar-benar sangat berterima kasih padanya.

"Pangeran?!" Reny panik dengan tindakan William.

Reny yang melihat tuannya menundukkan kepalanya demi kesalahan yang dia lakukan, hanya bisa melihat pahit sambil menggigit bibirnya sendiri. Dia sangat kecewa pada dirinya, yang tidak bisa menahan emosinya.

"Eh-um, ya itu,..."

Rose yang panik dengan wajah merona karena malu, tidak bisa menjawab dengan baik kepada William di depannya, yang menunduk ke arahnya.

William melanjutkan berjalan ke arah Lucas, tanpa menunggu jawaban dari Rose.

"Tuan Lucas, maafkan perlakuan pengawal ku," ucap William sambil menunduk kearah Lucas.

Melihat Lucas dan orang disekitarnya yang diam, dengan wajah yang pucat, membuat William merasa bersalah.

Bagaimana tidak? Seorang feteran dengan niat membunuh baru saja hampir menebasnya barusan.

Tetapi sepertinya Lucas memiliki ego yang besar.

Dengan badan gemetar ketakutan, Lucas menunjuk William. "Du-du, duel! Aku ingin menuntut duel dengan mu!"

Lucas menantang William berduel.

"Ha?!" William kaget dengan ekspresi bingung. 

William berusaha untuk tidak mempercayai apa yang didengarnya barusan.

"Lucas, apa yang kamu katakan?!" Rose dengan ekspresi kaget.

William hanya diam mengeluh, di dalam hatinya. 'Mengapa bisa menjadi seperti ini?'

"Beraninya kamu!" Teriak Reny.

"Reny!" 

Reny yang tidak mengira akan menjadi seperti ini, dan berteriak membentak Lucas, tetapi dia dihentikan oleh William.

"Ugh!" Reny terdiam. 

Reny sekali lagi hanya bisa terdiam, dengan tindakan tuannya yang memperingatkannya.

'Hahh, apa boleh buat!' di dalam pikirannya, William merasa tidak bisa menghindar kali ini.

"Baik! Jika memang itu yang kamu inginkan, Tuan Lucas...Tantangan mu, aku menerimanya," ucap William.

Reny dan Rose panik mendengar apa yang dikatakan William.

"Pangeran!" Reny keget. 

"Tunggu, Tuan William!" Rose kaget.

William tahu apa yang membuat keduanya panik. Tetapi William hanya diam.

Karena sebenarnya di dalam pikirannya, ini adalah salah satu kesempatan baginya, untuk mempraktekkan apa yang selalu dia pelajari dan dia bangun sendiri selama ini. 

Jadi William tidak ingin membuang kesempatan bagus ini.

★★★

"Ada apa ini?." "Sepertinya akan ada duel" "Lihat bukankah itu pangeran William?" "Siapa yang dia lawan?" "Lucas, anak komandan kesatria."

Banyak orang yang berkumpul mengelilingi William dan Lucas karena penasaran.

William dan Lucas sekarang berdiri saling berhadapan dengan jarak sepuluh meter.

Terlihat Willian membawa dua pedang di tangan kanan dan kirinya, sedangkan Lucas hanya satu di tangan kanannya.

"Aku bertaruh, dengan kemenangan Lucas." "Cih! Bukankah itu sudah jelas, bagaimanapun, William juga sering dipanggil sampah, karena dia tidak mampu menggunakan kekuatan roh."

William mendengar perkataan orang-orang yang mengelilinginya, tetapi dia tidak peduli, dan tetap fokus kepada Lucas yang ada di depannya.

Lucas yang melihat William hanya bisa tersenyum sombong, mendengar perkataan orang-orang di sekitarnya.

"Jadi peraturannya adalah aku akan bertarung tanpa kekuatan roh. Karena jika tidak begitu, maka tidak adil," ucap Lucas dengan sombong.

Lucas mengumumkan peraturan pertandingan, dan itu membuat keributan di sekitar.

"Aku menolak," balas William dengan tegas.

William menolak peraturan yang disebutkan Lucas kepadanya.

Bukan tanpa alasan dia menolaknya, tetapi karena dia memang ingin benar-benar menguji kemampuannya, menguji semua metode yang dia pikirkan dan pelajari selama ini, jika dia harus bertarung dengan pengguna roh.

Baginya, kalimat mengenai (Tidak mungkin bagi orang biasa, bisa mengalahkan seorang pengguna roh!) adalah tidak benar. Dan William ingin menghancurkan kalimat itu.

Selain itu juga, William ingin mewujudkan keinginan ibunya yang terakhir. Yaitu menjadi kuat. Maka dari itu, William akan menjadi kuat. Walau hanya dengan kemampuan yang dimilikinya sekarang.

"Apa?!" Lucas kaget dengan apa yang baru saja didengarnya dari William.

"Pangeran! Apa yang kamu katakan?!"

Reny yang mendengar itu sama halnya dengan Lucas, kaget dengan apa yang William katakan.

"Tuan William, itu berbahaya!" Rose dengan ekspresi khawatir di wajahnya.

"Tidak perlu khawatir, aku tau apa yang aku lakukan, Nona," balas William dengan tatapan dingin.

"Um, tetapi…" ucap Rose dengan gugup.

Wajah Rose entah mengapa tiba-tiba memerah, setelah mendengar kalimat yang di katakan dengan tatapan yang William arahkan kepadanya.

Tapi, itu sama sekali tidak menghilangkan rasa kekhawatiran di hatinya.

"Cih, jadi kamu hanya ingin terlihat keren!" Dengan raut wajah kesal, Lucas berkata jengkel.

Lucas menganggap bahwa dia benar-benar diremehkan di sini.

'Bahkan sampah tetap akan menjadi sampah,' Lucas di dalam hatinya bergumam sambil menatap William dengan tatapan benci.

"Jika memang itu mau mu, akan aku tunjukkan padamu, bahwa betapa jauh selisih kita!" ujar Lucas.

"..." William hanya diam tidak menanggapi provokasi Lucas, dan tetap fokus.

"Kalau begitu, ijinkan aku menjadi wasitnya."  Reny menawarkan dirinya menjadi wasit.

William bertanya. "Bagaimana, Tuan Lucas?" 

Mendengar Reny yang mengajukan diri, William bertanya kepada Lucas, apakah Lucas setuju dengan usulan Reny.

"Tidak masalah!" jawab Lucas.

"Baik, Reny jadilah Wasit kami dengan adil!" perintah William.

"Baik pangeran!" Reny, sambil menunduk.

Setelah mengkonfirmasi persetujuan dari kedua belah pihak, dan memberi perintah kepada Reny bahwa dia harus adil, William siap dengan kuda-kudanya, begitupun sama dengan Lucas.

"Baik, izinkan aku menjelaskan Peraturannya. Pertama, dilarang membunuh. Keduanya bebas menggunakan semua kekuatannya, dan yang menang adalah jika salah satunya mengaku kalah, atau tidak bisa melanjutkan pertandingan lagi,.. Mengerti!" Reny mengumumkan peraturan pertandingan itu.

"Mengerti!" jawab William dan Lucas bersamaan.

Reny berteriak. "Baik, Mulai!"

Tanpa menyebutkan nama yang saling bertarung, Reny memulainya.

★★★

"HAAAAA!" 

Lucas langsung mengeluarkan kekuatan rohnya. Terlihat kekuatan roh Lucas menyelimuti seluruh tubuhnya.

Lucas langsung  berlari ke arah William dengan kecepatan yang luar biasa.

William yang sudah menduga itu, diam ditempat bersiap menangkisnya.

Tetapi tidak semudah itu, William merasakan seluruh badannya bereaksi akibat kekuatan Lucas, dadanya sedikit terasa sakit.

"Ck!" William mendecakkan lidahnya.

William sebenarnya tau bahwa pasti akan terjadi hal pada tubuhnya akibat kekuatan Roh Lucas, jadi dia sudah siap merasakannya.

Saat Lucas semakin dekat, William membuang pedangnya yang ada di tangan kirinya ke belakang.

"TERIMA INI!" Lucas menebaskan pedangnya, secara horizontal, mencoba menyerang bagian kiri William.

William yang sudah membaca gerakannya, melompat ke belakang dengan posisi jatuh kebelakang, yang membuat Lucas menebas udara.

Saat bagian pedang Lucas berada disisi kanan-nya, William menggunakan pedang di tangan kanannya, untuk menahannya, agar tidak bisa membalikkan rebasannya kekiri.

"Apa?!" Lucas kaget.

Lucas yang benar-benar tidak mengira, bahwa gerakannya akan ditahan oleh William dalam posisi seperti ini.

"Secepat apapun kau, jika masih terlihat oleh mata, itu tidak akan ada artinya," kata William.

Lucas yang mendengar gumaman William, memandangnya.

Dia melihat mata yang melihatnya adalah mata yang tajam, mata penuh keyakinan dan kepercayaan, mata yang menunjukkan bahwa dia bukan orang lemah.

"!!!" Lucas tercengang kaget.

Hal itu terjadi begitu cepat, sehingga Lucas kaget dengan apa yang dilakukan William selanjutnya.

William mengambil pedang yang dia buang sebelumnya tepat di bawahnya dan memutar tubuhnya, membuat pedang yang dia pegang di tangan kanannya membelokkan pedang yang dibawa Lucas, hingga menancap ke tanah.

Tidak berhenti di situ, William langsung menendang kaki kanan Lucas. Membuat Lucas kehilangan keseimbangannya.

Disaat Lucas kehilangan keseimbangannya, William memanfaatkannya untuk menyerang balik lucas.

William menebasnya menggunakan pedang yang dia ambil.

Terjadi beturan antara pedang Lucas dan William.

Tapi karena tidak bisa menjaga cengkeramannya pada pedang yang dia bawa, pedang Lucas pun terlepas dari tangannya, dan terlempar ke belakang.

William yang melihat Lucas kehilangan fokusnya, langsung melompat dan menendang wajah Lucas.

"Urgh!!" Lucas mengerang kesakitan sambil berguling di tanah.

Lucas mencoba bangun dan mengambil pedangnya lagi.

"Sial, Ugh!" Lucas, sambil mengerang.

Tetapi semua itu sudah terlambat.

Lucas melihat William yang berlari ke arahnya dengan cepat, mungkin tidak secepat dirinya, tetapi itu masih cepat.

"!!!" Lucas merasakan perasaan ngeri.

Lucas merasakan ketakutan saat melihat William yang berlari ke arahnya, bukan karena pedang yang William bawa, tetapi karena tatapan William yang berlari ke arahnya seolah dia adalah macan yang lapar sedang melihat ke arah mangsanya.

"Bersiap lah!" Teriak William.

William melompat dan memutar seluruh tubuhnya, membuat Lucas tidak tahu harus bagaimana menghindarinya.

"TIDAAAK! AKU KALAH! AKU MENGAKU KALAAAAH!!!!"

Lucas yang takut, akhirnya berteriak dan mengaku kalah.

Reny yang mendengarnya pun segera menghentikan pertarungan. Jujur, dia tercengang dengan apa yang dilakukan tuannya, itu benar-benar tidak terduga.

"Berhenti!" teriak Reny.

William sudah berhenti sebelum Reny menyuruhnya berhenti, dengan satu pedang yang tertancap di tanah di celah antara kedua kakinya sedangkan yang satunya diarahkan ke leher Lucas.

Lucas yang tersadar melihat William yang ada diatasnya, hanya diam. Dia dibuat tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

"Apa kamu baik-baik saja?" tanya William.

Saat Lucas melihat William, William sudah berdiri dan menawarkan tangannya untuknya.

Lucas pun menerima itu, dan bangun dengan di bantu William.

"Pertandingan selesai, dan pemenangnya adalah Pangeran William!" Reny dengan suara keras.

""""""Uoooh!"""""" Sorakan.

Sorakan kagum dengan pertandingan yang mereka lihat, walau pertandingan selesai sangat cepat, tetapi bagi mereka itu tetap luar biasa.

"Mustahil..." gumam Rose dengan ekspresi kagum.

Rose tidak percaya dan tidak menyangka, bahwa pertandingan akan dimenangkan oleh William secepat ini.

Mengesampingkan hal itu, Rose benar-benar dibuat kagum dengan pertarungan William yang dilihatnya barusan.

Pertandingan pun selesai, dan berakhir dengan kemenangan William.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status