Share

04 • Luka

William mendengar sorakan riuh dari para penonton yang melihat pertarungannya dengan Lucas.

Walaupun begitu, tidak ada raut wajah senang sama sekali di wajahnya.

William sambil berbalik. "Reny, kita kembali," ajak William.

"Pangeran?" Reny berkedip bingung, melihat William berjalan pergi meninggalkannya. 

Reny hanya bingung melihat William yang terlihat seperti terburu-buru.

"Ba-baik, pangeran," ucap Reny sambil berlari menyusul William, lalu berjalan di belakangnya.

Semua orang yang sebelumnya bersorak karena melihat kemenangan William, sekarang terdiam. Melihat William pergi begitu saja meninggalkan mereka.

Bukan maksud William ingin bersikap angkuh kepada semua yang ada disana. Melainkan memang kondisi tubuhnya sekarang yang yang tidak memungkinkan, dan membuatnya tidak bisa berlama-lama berada di sana.

Tanpa diketahui semua orang, William sekarang merasakan rasa sakit berdenyut-denyut di dadanya, bersamaan detak jantungnya.

William memilih pergi meninggalkan mereka semua, karena dia tidak ingin orang lain melihatnya mengalami ini.

Bukan karena dia takut orang lain tau dengan apa yang dia alami, tetapi dia takut jika kedua adiknya tau.

Hal yang selalu disembunyikannya dari kedua adiknya. Bahwa dirinya sebenarnya adalah orang yang lemah.

Mengingat semua orang bersorak karena dirinya memenangkan duel. Hanyalah bukti ketidak tahuan mereka mengenai dirinya yang sebenarnya.

"Menang itu bagi mereka, tetapi kalah bagiku." gumam William.

William tidak menyadari, bahwa gumamannya barusan terdengar oleh Reny.

"Pangeran, apa kamu mengatakan sesuatu?" tanya Reny.

"Tidak, bukan apa-apa," balas William seolah tidak terjadi apapun.

Mendengar jawaban William, membuat Reny mengerutkan keningnya. Dia merasa William sedang menyembunyikan sesuatu darinya.

'...Mungkin hanya perasaan ku saja,' batin Reny.

Reny merasa mungkin itu hanyalah perasaannya saja.

★★★

'Jadi bagaimana aku harus mengatasi hal ini?' batin William sambil menahan rasa sakit yang dia rasakan.

Rasa sakit yang dirasakannya sekarang adalah akibat dari energi roh Lucas yang sedikit mengenainya.

'Jika ini terus terjadi setiap aku bertarung dengan pengguna roh. Dengan kata lain, yang bisa aku hadapi maksimal hanya satu orang,' batin William.

Melawan satu pengguna roh saja sudah membuat jantungnya terasa sangat menyakitkan seperti ini. Apa jadinya jika dia melawan dua pengguna Roh secara bersamaan? adalah apa yang dia tidak bisa bayangkan.

'Apa memang hanya sampai sini batas ku? Tidakkah ada cara lain melewati batas ini?' batin William.

William bertanya pada dirinya, apakah ada cara lain untuk mencegah hal ini terjadi, karena dia menganggap bahwa ini sama halnya dengan kekalahan telak baginya.

Disaat William berjalan, dia merasakan rasa sakit di dadanya tiba-tiba bertambah sakit.

"Ugh!" William mengerang sambil memegangi dadanya.

Reny yang menyadari ada yang aneh dengan William, dengan panik mendekat dan bertanya kepadanya dengan khawatir.

"Pangeran, Amapa kamu tidak apa-apa?" tanya Reny dengan tatapan khawatir.

"Aku baik-baik saja, kamu tidak perlu khawatir," jawab William sambil tersenyum, dan mengisyaratkan menggunakan tangannya bahwa dia baik-baik saja.

Reny hanya diam memandang William dengan wajah khawatir, dan melihat William kembali berjalan sambil mempercepat langkahnya.

★★★

Sesampainya di depan kamarnya. "Reny tinggalkan aku sendiri, aku mau istirahat, dan jangan ganggu aku," kata William.

William memberi perintah kepada Reny untuk meninggalkannya.

Ada rasa enggan di hati Reny, saat mendengar William mengatakan itu.

Tetapi, Reny hanya bisa menuruti apa yang William perintahkan.

"...Baik Pangeran, kalau begitu saya mohon undur diri," jawab Reny sambil membungkuk hormat ke arah William.

Reny berbalik dan berjalan meninggalkan William.

Setelah melihat dan memastikan Reny pergi, William memasuki kamarnya.

Saat dia sudah didalam kamarnya, dia benar-benar sudah tidak bisa menahannya lagi.

William tiba-tiba jatuh berlutut.

"Uargh... Argh!" William muntah darah.

Dadanya semakin sakit, bersamaan detak jantungnya yang berdetak semakin cepat.

Tubuhnya perlahan terasa lemas, membuat tangannya tidak mampu menopang beban tubuhnya.

William pun dengan sengaja menidurkan tubuhnya dengan posisi terlentang di lantai.

"Ugh!" Cairan merah kental terus keluar dari mulutnya.

Sambil berusaha menahan suaranya agar tidak ada orang yang mendengarnya, dia telentang di lantai sambil memegang dadanya yang terasa semakin sakit. 

Cairan merah kental, terus keluar mengalir dari mulutnya.

'Sial, mengapa ini sangat sakit,' batin William.

Dihatinya, William kesal dengan rasa yang dia rasakan di dadanya.

"Hahaha, Jadi ini, Rasa sakit terkena dampak Energi roh," gumam William.

William mencoba menghibur dirinya sendiri. Sambil merasakan bagian dalam tubuhnya yang seperti perlahan hancur, karena tidak mampu menahan dampak dari energi roh.

Baginya, Lucas adalah seorang pemula, dalam menggunakan energi roh. Tetapi walaupun begitu, dia sudah mendapatkan dampak yang sangat besar pada tubuhnya.

'Sial Sial Sial, apa memang tidak mungkin bagiku?' tanya William di dalam hatinya.

William menutup matanya dengan pergelangan tangannya. Dia marah pada dirinya sendiri, karena ketidak mampuannya.

William meremas dadanya yang sakit. Tidak hanya karena rasa sakit yang dia rasakan karena luka. Tetapi, rasa sakit di perasaannya karena ketidak mampuan dirinya sendiri, membuatnya merasakan dua rasa sakit yang berbeda di dadanya.

"Sungguh sombongnya diriku… menganggap diriku pasti mampu membungkam mereka. Tetapi kenyataanya sebaliknya… aku tetap sampah," gumam William.

William tidak ingin selamanya disebut sampah. Tetapi mengetahui kenyataannya, William hanya bisa menyetujui bahwa dirinya memang lah sampah.

Disaat dirinya sekarang mengalami frustasi. "Wil…" Tiba-tiba terlintas bayangan ibunya di kepalanya, memanggil namanya.

William merasa dia seperti benar-benar dipanggil oleh ibunya.

Dan itu mengingatkannya dengan janji yang pernah dia buat dengan ibunya, bahwa dia akan menjadi kuat.

'Aku tidak boleh menyerah hanya karena hal seperti ini,' batin William.

William bertekad dihatinya. 'Tidak peduli sesakit apapun itu, aku pasti akan menjadi kuat,' tegasnya.

William berusaha bangun dan pindah ke tempat tidur untuk istirahat. 

Saat dirinya hampir berdiri, tiba-tiba.

"Egh!" William mengerang kesakitan.

Dia merasakan kepalanya yang sekarang terasa sangat sakit. Ditambah dadanya juga mulai terasa lebih sakit sakit dari sebelumnya. 

William merasakan nafasnya mulai terasa sesak.

"Ugh, gah, AAARGH! UAAAAGH!"

William muntah darah sekali lagi, dia terjatuh dan menahannya dengan lutut dan tangannya.

"Ah…"

Didepan matanya William melihat darah yang dia muntahkan. 

Pandangannya perlahan mulai tampak kabur. Disaat yang sama matanya terasa sangat berat, dan perlahan pandangannya pun ikut mulai gelap.

William merasakan dirinya lemas. Dia kehabisan tenaga dan tidak mampu lagi menopang berat tubuhnya.

William terjatuh dengan posisi tengkurap. 

Dengan darah yang masih keluar tidak hanya dari mulut, tetapi perlahan keluar dari hidungnya.

William perlahan kehilangan kesadarannya dengan posisi tengkurap, perlahan matanya terpejam.

*William pingsan.*

★★★

Di waktu yang sama.

Reny sekarang sedang duduk santai, di bawah pohon yang terdapat di pinggir lapangan tempat William latihan.

Setelah William menyuruhnya untuk pergi meninggalkannya. Reny bingung, mau kemana dia harus pergi untuk menghabiskan waktunya.

"Reny, dimana Pangeran? Dan juga, mengapa kamu bersantai di sini?" tanya seorang wanita.

Mendengar seseorang memanggilnya, Reny menoleh ke arah sumber suara itu.

"Lilia," sahut Reny.

Reny melihat Lilia yang baru saja datang. Terlihat dia membawa keranjang makanan, yang ingin dia berikan kepada William.

"Jadi, apa yang kamu lakukan disini?" tanya Lilia sekali lagi.

"Pangeran menyuruhku meninggalkannya, karena dia ingin sendiri, katanya," jawab Reny sambil kembali bersandar pada pohon di belakangnya.

"Lalu dimana, Pangeran William sekarang?" tanya Lilia.

Lilia bertanya, karena dia ingin memberikan makanan yang sudah dia buat untuk William.

"Pangeran William ada di kamarnya, katanya dia juga mau beristirahat, dan tidak mau diganggu," jawab Reny.

"Ah, jika memang begitu, apa boleh buat," ucap Lilia dengan nada kecewa sambil memandang keranjang makanan yang dia bawa.

Karena dia tidak bisa memberikan makanan yang dia buat, untuk William.

Saat Lilia melirik kearah Reny, dia melihat ekspresi Reny yang terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Reny, apa telah terjadi sesuatu?!" tanya Lilia sambil mengerutkan keningnya.

Reny yang sepertinya sadar bahwa ekspresinya mungkin menunjukan hal aneh, membalasnya.

"Ini mengenai Pangeran William… Lilia ada yang ingin aku beritahukan kepadamu," kata Reny.

"Hm?! Apa itu?" tanya Lilia penasaran.

"Aku ingin menceritakan kejadian luar biasa," ucap Reny. 

Sambil melihat sekeliling. "Tapi sepertinya tidak disini," tambahnya.

"Hm?! Kalau begitu mari kita bicara di tempat lain," ajak Lilia.

Reny mengangguk, membalas ajakan Lilia.

Keduanya pun pergi menuju tempat dimana tidak banyak orang.

★★★

Keduanya sekarang sampai di taman tempat dimana William sering menghabiskan waktunya.

Di tempat ini Reny menceritakan semua kejadian yang baru saja dia lihat. 

Reny menceritakan tentang duel William melawan lucas, dan William dengan sangat luar biasa memenangkan duel itu.

"Serius?!" Lilia tercengang kaget.

Lilia tidak bisa menahan ketidak percayaannya, dengan apa yang Reny ceritakan kepadanya.

"Yah, mungkin kamu tidak percaya, tetapi itu ditonton banyak orang, saat Pangeran William berduel dengan anak sombong itu," jelas Reny.

Jujur di dalam pikirannya, ada rasa tidak percaya dengan apa yang dikatakan Reny.

Tetapi, mendengar Reny yang menceritakannya dengan ekspresi sangat kagum dan bangga, membuat Lilia ikut mempercayainya.

"Reny, ini adalah hal yang sangat luar biasa," ucap Lilia dengan wajah kagum.

"Benar," tambah Reny dengan ekspresi wajah bersemangat.

'Hal yang sangat tidak terduga. Bagaimana mungkin tuan William yang hanya orang biasa, bisa mengalahkan seorang pengguna roh? Walaupun itu hanya duel menggunakan pedang kayu, tetap saja itu sangat luar biasa,' batin Lilia.

Lilia sangat kagum dengan apa yang William capai, itu bukanlah hal yang sepele, melainkan sesuatu yang luar biasa, dimana seorang pengguna roh kalah telak dengan seseorang yang sama sekali tidak memiliki energi roh dan magic didalamnya.

"Tetapi Reny, apa Pangeran William benar-benar tidak mengalami luka apapun?" tanya Lilia.

Reny sambil sedikit menunduk. "Mengenai itu..."

Reny menunduk dengan ibu jari dan jari telunjuk di dagunya. Dia mencoba mengingat kondisi tuannya.

Dalam posisi yang sama Reny memberitahukan kondisi William setelah duel.

"Jujur, saat aku melihat Pangeran William, dia sama sekali tidak mengalami luka sama sekali," jelas Reny

Lilia yang mendengarnya merasa ada yang janggal.

'Jika memang benar, itu seharusnya tidak mungkin tanpa luka... Tunggu sebentar... luka!' batin Lilia.

Lilia yang mendengar penjelasan dari sudut pandang Reny mulai berpikir.

"Ada yang aneh," Lilia merasa ada yang janggal.

"Apa maksudmu, Lilia?" tanya Reny.

Lilia tidak menjawabnya, dia masih diam sambil merenungkan sesuatu yang janggal, menurutnya.

"Reny, apa yang kamu maksud tidak ada luka adalah luka luar yang tampak, bukan?" tanya Lilia.

"Ya, benar," jawab Reny dengan wajah bingung.

Reny hanya tidak paham mengapa Lilia menanyakan hal itu padanya, sambil memasang ekspresi wajah seolah bertanya, Apa ada yang salah?

*PLAK*

Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Reny. Dan yang melakukannya adalah Lilia.

"Lilia?! Mengapa yang kamu tiba-tiba menamparku?!" Reny dengan nada marah.

Reny kaget dengan Lilia, mengapa dia tiba-tiba menamparnya.

Tetapi Lilia tidak menghiraukannya, dan malah sebaliknya. Lilia menatap tajam ke arah Reny.

"Dasar idiot tidak berguna!" Bentak Lilia dengan tatapan penuh amarah.

"Apa maksudmu?!" balas bentak Reny.

Reny yang benar-benar tidak tahu apa salahnya.

"Kau yang menyebut dirimu seorang ahli pengguna roh?! Tetapi tidak tahu, efek dari orang biasa yang terkena dampak dari energi itu?! Benar-benar omong kosong!" sindir Lilia.

Reny melihat bagaimana Lilia mengatakan itu dengan tatapan matanya yang mencemooh.

Lilia merasa tidak ada gunanya berdebat dengan Reny sekarang. Dia pun berbalik dan pergi meninggalkan Reny yang masih terdiam bingung di belakangnya.

"Mungkinkah!" Reny teringat akan sesuatu.

★★★

Lilia terus berjalan, sambil terus mempercepat langkahnya.

"Semoga tidak terjadi hal yang buruk pada Pangeran," gumam Lilia.

Dengan perasaan gelisah di hatinya kepada William, dia berharap tidak terjadi sesuatu yang buruk pada William.

"Reny, kau memang tidak berguna," Lilia bergumam pada dirinya sendiri.

Lilia marah kepada Reny, yang dengan bodohnya bisa melupakan hal penting tentang kekurangan tuannya, yang mana tidak memiliki energi roh di dalam tubuhnya.

Setelah dia sampai di depan kamar William, Lilia mengetuk pintu kamar William dan memanggilnya.

"Pangeran William, apa kamu di dalam?" panggil Lilia.

Tidak ada jawaban sama sekali.

"Ini saya Lilia Pangeran, apa Pangeran ada di dalam?" panggil Lilia.

Lilia terus memanggil William, sambil mengetuk pintu kamar William. 

Ini sebenarnya adalah hal yang tidak pantas bagi pelayan, karena memanggil tuannya berkali-kali dengan nada keras. 

Tetapi, Lilia tidak memperdulikan hal itu karena rasa gelisahnya.

'Mengapa di dalam terasa sangat sunyi, apa mungkin pangeran keluar?' batin Lilia.

Lilia merasa ada yang aneh.

"!!!, Bau darah?!"

Lilia tiba-tiba mencium bau darah dari dalam kamar William.

Tanpa berpikir lama, Lilia langsung menempelkan telapak tangannya di pintu.

Saat itu perlahan dari telapak tangannya keluar cahaya hijau yang sangat terang.

"Teknik Roh… Hide!" Lilia sambil bergerak menarik tangannya.

Dalam sekejap, pintu yang ada di depannya menghilang tanpa jejak.

Dari tempatnya Lilia melihat William yang tergeletak dilantai dengan banyak darah di sekitarnya.

"Pa-pangeran!" Lilia panik, sambil bergegas menghampiri William.

Dia melihat William yang tergeletak di lantai dengan darah yang keluar dari mulut, hidung, telinganya, dan menggenangi bagian bawah William.

"Pangeran, apa kamu baik-baik saja?! Pangeran?!" 

Lilia benar-benar sangat panik, dengan kondisi William didepan matanya.

Selang beberapa saat, Reny yang mengikuti Lilia dibelakangnya, tiba.

"Pangeran?!" Reny tercengang kaget.

Dia melihat William yang berlumuran darah, dengan kepalanya yang berada di pangkuan Lilia.

"Reny, hiks... to-tolong bantu aku, Pa-pangeran, tolong Pangeran," Lilia memohon pada Reny.

Lilia sambil berlinang air mata, meminta bantuan Reny. Yang masih terkejut dengan kondisi William di depan matanya.

"Y-ya," sahut Reny.

Reny pun bergegas membantu Lilia menolong William.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status